Bab 41

1182 Kata
Amelia benar-benar tak bisa tidur karena memikirkan perkataan Alrich semalam karena merasa berdosa. Bisakah dia membuka pintu hatinya kembali? Apakah cintanya terhadap Ramon telah hilang sudah? Gadis itu tak tahu, sampai tidak bisa tidur hingga ada lingkaran hitam di kedua matanya. Seperti panda yang kelelahan. Lingkaran hitam itu nampak jelas. Ketika Amelia keluar rumah, Alrich sudah menunggunya di depan itu. Senyum tampan menyapa dirinya memang pemandangan yang luar biasa. Di masa depan, dia harus terbiasa dengan perilaku Alrich. “Kita berangkat sekarang.” Seperti yang di rencanakan, mereka pergi ke rumah Tuan Wilson untuk berkunjung. Tidak hanya berkunjung, tapi berusaha menjalin kontrak untuk menulis biografi tentang atlit tersebut. Jalan menuju rumah Tuan Wilson tidaklah jauh dari Apartemen Luxury. Bisa di pastikan bahwa pria itu tinggal di lingkungan elit. Sampai di rumah Tuan Wilson, tampak pagar menjulang tinggi. Amelia menengok ke kanan dan ke kiri untuk mencari orang lain, siapa tahu tetangganya keluar rumah. “Apakah dia benar-benar hidup sendirian?” tanya gadis itu sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. Mereka sudah berdiri selama tiga puluh menit lamanya. Dan juga sudah memencet bel yang tak terhitung jumlahnya. Tapi tetap saja tak ada orang yang membuka pintu. “Kita tunggu lagi saja.” Alrich masih mencari informasi mengenai Tuan Wilson dari berbagai sumber. Amelia yang capek menunggu memutuskan untuk masuk ke halaman rumah. “Mel...” panggil Alrich karena tak mau Amelia di anggap pencuri. “Aku tak tahan kalau harus berada di luar ruangan.” Gadis itu terus melangkahkan kaki menuju ke pintu masuk rumah. Dapat di lihat dengan jelas bahwa taman rumah nampak hidup. Itu artinya halaman ini benar-benar di rawat oleh seseorang. “Tapi jika kau masuk, kita akan di anggap kurang sopan.” Alrich menarik tangan Amelia agar berhenti melanjutkan aktivitasnya. “Ingat... kita datang atas nama perusahaan.” “Salah besar... kita datang untung atlit masa depan.” Amelia melepas tangan Alrich dengan pelan. “Pikirkan cara untuk bertemu dengan Tuan Wilson. Kau terlihat lembek karena mudah menyerah,” sindirnya sedikit mencibir. Seseorang yang berada di lantai atas sedang melihat mereka dengan pandangan sulit di artikan. “Apakah kau tak mengunci pagarnya? Kenapa mereka bisa masuk ke rumahku?” “Maafkan saya, Tuan,” jawab gadis yang sedang menunduk itu. pria muda pintu menghela nafas panjang, lalu berjalan menuju ke sofa dengan kaki pincang. Karena kecelakaan, dia tak bisa lagi meneruskan cita-citanya untuk menjadi atlit nasional. “Usir mereka. Jangan biarkan mereka menemuiku.” Di umurnya yang ketiga puluh, dia harus pincang karena cedera setahun lalu. Maka dari itu, Tuan Wilson memutuskan untuk pensiun dini. “Baik, Tuan.” Gadis pelayan itu bergegas keluar ruangan, segera menuju ke luar rumah untuk menemui tamu. Saat pintu terbuka lebar, Amelia dan Alrich terkejut seketika. Gadis itu sangat lega karena bertemu dengan seseorang. Matanya pun melirik sekilas ke arah jendela kaca yang ada di lantai dua. Sepertinya dia melihat kami. Gadis pelayan itu tersenyum ramah. “Saya berharap Anda berdua segera pergi dari tempat ini.” “Kenapa?” tanya Amelia penasaran. “Kita datang baik-baik untuk bertamu.” “Benar... bisakah kami bertemu dengan Tuan Wilson?” tambah Alrich meyakinkan gadis pelayan itu. “Ini permintaan tuan. Anda berdua harus pergi.” Amelia tak tahan jika harus pulang dengan tangan kosong. Ada pikiran konyol yang terlintas di dalam otaknya. Biarlah di kata gila, yang penting ia harus melakukan cara itu. “Saya tahu Anda melihat kami!” Suaranya lantang membuat sang pelayan kebingungan dan langsung mengusir mereka berdua. “Tuan Wilson!” teriak Amelia sudah ke tiga kalinya saat pagar pintu di tutup oleh pelayan itu. Alrich diam saja, memikirkan banyak cara agar bisa bertemu dengan Wilson. “Aku akan meminta Rosa datang kemari. Dia harus bertanggung jawab karena memberikan projek sulit.” “No!” pekik Amelia cukup keras. “Aku bisa masuk lagi. Tenang.... kau pergilah ke kantor, cetak berita tentang Tuan Wilson, termasuk prestasinya. Jangan berita negatif.” Alrich tak bisa meninggalkan Amelia sendirian di rumah asing. “tapi, Mel...” “Ini perintah,” kata Amelia dnegan tegas. Alrich akhirnya pasrah, menuruti keinginan Amelia. Golden Group Book Dave bernafas lega karena bisa kembali setelah mengalami masa yang panjang. Sehari tidka bertemu dengan Amelia, seperti ada yang hilang. Pria itu pun masuk kantor, dengan langkah terburu-buru untuk bergegas ke ruangan gadis yang dirindukan. Sayang sekali sampai di ruangan itu, Amelia tak ada di tempat. “Kemana dia pergi?” rasa kecewa pun tampak jelas. “Nona Amelia sedang tugas di luar kantor,” kata salah satu bawahan Amelia. Dave tahu kalau Rosa telah bertindak melangkahi dirinya. Tak bisa di biarkan, gadis licik itu harus tahu tempat. Dengan wajah dinginnya, Dave menuju ke ruangan Rosa untuk membuat perhitungan. “Apa yang kau lakukan?” Mendengar suara Dave, Rosa yang tadinya kerja, langsung berdiri menatap pria itu. “Kau sudah pulang! Aku merindukanmu!” pekiknya dengan girang hendak memeluk Dave tapi di tolak oleh pria itu. “Kenapa? Kenapa kau menghindari ku.” “Aku butuh kejelasan mengenai projek yang kita bicarakan.” Dave duduk dengan tenang di sofa, di ikuti Rosa. Mereka pun duduk saling berhadapan satu sama lain. “Kau sudah menyerahkan semuanya kepadaku. Tiga projek itu kau sudah menyetujuinya.” “Aku ingin memberikan kesempatan untuk karyawan lain. Kau selalu meminta Amelia untuk melakukannya.” Alasan Dave sangat masuk akal, membuat Rosa tak bisa berkelit. “Lagi pula Amelia tidak sendiri. Dia bersama dengan Alrich.” Rosa menekankan nama Alrich agar Dave sadar bahwa Amelia sudah ada yang memilikinya. “Dua projek lainnya, aku yang urus. Kau kirim berkas di emailku.” Dave bangkit sambil membenahi jasnya yang kusut. “Jangan lupa kirim secepatnya.” Rosa mengangguk setuju karena suasana hatinya senang bisa menunjukkan kepada Dave bahwa Amelia sudah menjadi milik orang lain. Dengan begitu, Dave akan menyerah. “Aku akan membuat mereka selalu saja bersama. Kau tak akan memiliki celah apapun, Dave.” Rencana untuk memiliki seluruh harta Dave masih berjalan. Dan untuk mendapatkan itu semuanya, ia harus membuat Dave jatuh cinta padanya. “Orang bilang, jika pria jatuh cinta akan menjadi gila. Dan aku akan membuat Dave tergila-gila padaku seperti dulu, sebelum Amelia datang.” Obsesi bisa mengikis kebahagian. Cinta karena karena tujuan, bukan kemurnian adalah mala petaka. Rosa tak tahu kalau dia sudah berjalan di tepi jurang. Yang artinya sebentar lagi gadis itu akan jatuh. *** Dave tak bisa lagi menunggu waktu dan langsung bergegas menuju ke rumah Tuan Wilson. Seharusnya dia meeting bersama kolega, tapi karena lebih mementingkan Amelia. Dia meminta Ken untuk mewakilinya. “Del... menyetirlah dengan kecepatan penuh,” titah Dave sambil masuk mobil. “Apakah bos sengaja ingin membunuhku? Aku tak bisa kalau menyangkut nyawa.” “Jika kau tak mau... aku akan melakukannya.” Dave mendorong Delon keluar mobil sampai terjungkal ke tanah. “Bos... kau tak bisa melakukan ini!” Delon bangkit sambil mengejar mobil Dave yang melaju itu. “Bos... hati-hati di jalan!” Suara Delon tertelan deru mobil, jadi Dave hanya melirik ke kaca bagian depan saja, lalu fokus kembali menyetir. “Aku harus menemui Amelia sekarang...” katanya sambil melajukan mobilnya membelah jalan raya. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN