Bab 6

1090 Kata
Amelia keluar kamar mandi setelah memutuskan untuk lebih fokus mencari cara kembali ke tubuh aslinya. Walau bagaimanapun dia tak mungkin berada di tubuh ini untuk selamanya. Gila benar jika harus pasrah menerima keadaan. Ingat! Lian adalah gadis kuat bermental baja seperti yang di katakan July. Hanya saja karena syok di tinggal Ramon, mentalnya mulai melemah. Saat gadis itu beranjak ke ranjang, Alrich membuka pintu dengan kasar. “Astaga... jantungku masih di tempat,” kata Amelia sambil mengelus dadanya. Dia menoleh tajam ke arah Alrich. Pria itu benar-benar sesuatu, menguji iman dan kesabaran dalam satu waktu. Sungguh menyebalkan. “Maaf..., aku hanya khawatir,” sesal Alrich dengan kepala menunduk karena merasa bersalah. Sudah;ah, toh dia bermaksud baik. “Aku baik-baik saja, Al,” kata Amelia dengan wajah datar. Untung pria itu tampan, kalau jelek sudah dihempas olehnya keluar ruangan. Kepala Alrich di angkat perlahan untuk melihat wajah Amelia. Ada yang berubah dari gadis itu, terlihat lebih berseri dan ceria. Sorot matanya benar-benar hidup, seperti bukan Amelia yang di kenalnya. Melihat Alrich yang diam tak menanggapi, mungkin bagi dia curiga sekarang. Sebisa mungkin, dia harus bisa menjadi Amelia. Hah! Bagaimana caranya menjadi Amelia? Ia saja tak mengenal gadis itu. Mulai hari ini. Identitas iu adalah Amelia. Aku harus menjadi dia untuk mencari tahu kebenarannya. Kali ini, Lian memutuskan untuk benar-benar menjadi Amelia. Namun sebelum itu, ia harus menggali informasi mengenai gadis itu. Sepertinya hanya Alrich yang dipercayainya di dunia ini. “Emm... karena aku lupa semuanya, jadi apakah kau mau memberitahuku tentang diriku yang dulu?” tanyanya dengan hati-hati. Wajah Alrich terlihat hangat. Dia melangkahkan kaki dengan semangat duduk di samping Amelia. “Namamu adalah Amelia Caroline. Kau adalah Kepala Bagian Biografi di perusahaan milik Dave.” Pria itu melihat reaksi Amelia saat mengatakan nama Dave di sebutkan. Tak ada perubahan di wajahnya, terlihat tampak biasa. Bagaimana bisa? Padahal Amelia sangat mencintai Dave. Apakah ini kesempatanku untuk dekat dengannya? “Lalu? Lanjutkan lagi. Aku ingin mendengar lebih banyak lagi,” ucap Amelia menantikan dengan penasaran. Alrich sedikit terkejut dengan permintaan gadis itu. wajah pria itu tampak sumringah. “Baiklah..., aku akan melanjutkannya. Citramu di perusahaan buruk karena kau selalu saja memusuhiRosa yang merupakan pacar Dave.” Amelia hanya mengangguk-angguk tanda mengerti. Apa yang dibicarakan Alrich sama seperti n****+ yang ada di buku. Hanya saja dia lupa n****+ yang mana. Alrich melirik sekilas, lalu melanjutkannya lagi. “Kau juga terkenal dingin dan memiliki kinerja buruk.” “Apa?” teriak Amelia cukup keras. Kinerjanya selalu baik, buruk dari mana? Sial! Si Amelia itu ternyata memiliki kesan jelek di mata orang lain. “Maaf, lanjutkan,” katanya sambil melihat Alrich yang sedikit terkejut karena suaranya. “Haruskah aku bicara mengenai Dave?” tanya Alrich dengan hati-hati. “Kenapa kau harus tanya padaku? Apakah Dave itu begitu penting? Aku tak tertarik dengannya sama sekali.” Amelia melipat kedua tangannya. “Ada yang salah denganmu, kenapa kau selalu saja membicarakan Dave?” Alrich bingung harus menjawab apa, tapi ia akan jujur. “Karena kau mencintai Dave.” Haruskah Amelia berteriak keras? mencintai Dave yang merupakan kekasih gadis bernama Rosa itu? Bisa di katakan dia calon pelakor. “Mana ada? Aku tak menyukainya! Setampan apa sampai aku tertarik dnegan pria itu?” bela Amelia. Baginya hanya Ramon yang bisa mengisi hatinya ketika menjadi Lian. Alrich memperlihatkan foto Dave kepada Amelia. “Ini Dave. Benarkah kau tak menyukainya? Dahi Amelia berkerut. Dilihat dari manapun, Dave memang tampan. Bisa di bilang lebih tampan dari Ramon. Sayang sekali ketampanan jenis ini, dia tak menyukainya. “Biasa saja,” katanya mengembalikan ponsel tersebut. Alrich menganga lebar tak percaya dengan ucapan Amelia. Gadis itu benar-benar berubah menjadi orang lain. Seperti bukan Amelia. “Ada apa? Apakah ada yang salah?” tanya Amelia karena melihat Alrich bersikap aneh. "Tidak, hanya saja aku tak menyangka kau sudah tak mencintai Dave.” Alrich hendak bangkit, tapi di cegah oleh Amelia. “Ceritakan tentang keluargaku?” pinta Amelia. Sebenarnya Alrich tak mau menceritakan tentang keluarga Amelia. Jika bukan karena keluarga Dave yang memasukkan gadis itu ke perusahaan, dia tak mungkin menjadi kepala bagian. “Mereka sudah meninggal. Kau sendirian,” jawab Alrich dengan pelan di tambah raut wajah sendu. Amelia diam, ingin tertawa tapi ada Alrich. Bagaimana Tuhan menghukumnya? Sepertinya kehidupannya menjadi Amelia tidaklah mudah. Sangat kasihan sekali. “Tak apa, aku baik-baik saja.” Entah kenapa air matanya menetes tanpa pemberitahuan. Itu bukan air mata Lian, melainkan air mata Amelia dari dalam lubuh hatinya. “Apakah kau baik-baik saja?” tanya Alrich sambil mengusap air mata itu. “Maafkan aku, Mel.” Pria itu memeluk Amelia cukup erat, membuatnya kebingungan. “Aku tak ingin membuka luka lamamu mengenai keluargamu.” Benar-benar persis n****+. “Masa iya aku benar-benar hidup sendiri. Tak ada teman satu pun,” kata Amelia memastikan. Apakah tubuh ini hidup di hutan? Teman saja tak punya, benar-benar gadis menyedihkan dan malang. “Hanya aku temanmu.” Alrich melepas pelukannya. “Kau boleh bersandar di pundakku.” Amelia yakin kalau Alrich menaruh rasa padanya. Mana ada pria dengan senang hati, rela menunggu sepanjang hari hanya untuk menemani seorang gadis. “Tenang, aku baik-baik saja.” Amelia berbaring terlentang di ranjang. “Mulai hari ini aku akan hidup sebagai Amelia yang baru.” Alrich senang dengan perubahan positif dari gadis itu. Ia yakin kalau dia akan bersinar seperti dulu. “Aku akan mendukungmu.” Pria itu bangkit hendak keluar ruangan. “Mau kemana?” tanya Amelia. “Bisakah aku meminta bantuan kepadamu?” Baru kali ini gadis itu minta bantuan pada pria asing. “Tentu, katakan saja,” jawab Alrich girang. “Aku ingin minta bantuan mu mencari seorang gadis bernama Lian Annabela.” Amelia bingung harus meminta bantuan siapa lagi selain Alrich yang di kenalnya. “Baiklah... kau tinggal menunggu kabar dariku.” Alrich pun meninggalkan Amelia di ruangannya. Gadis menatap langit kamar yang tampak asing. “Apakah aku benar-benar sudah mati?” Kenapa hidup Amelia sangat tragis sekali? Tak punya sanak saudara. Banyak yang membencinya. Teman juga tak punya. Tidak hanya itu, Dave yang di cintai tak pernah melirik sama sekali. “Di masa depan, aku akan menjauhi pria bernama Dave,” final Amelia dengan mantab. Sementara itu di sebuah ruangan yang minim cahaya, seorang pria sedang menatap foto Rosa dalam waktu cukup lama. “Haruskah aku menikahi Rosa sekarang?” katanya sambil mengepalkan tangan dengan kuat. Dia sangat mencintai gadis itu, tapi tak pernah sekalipun dilirik olehnya. Cinta sepihak yang sangat menyakitkan itu bertahan cukup lama dari yang dikira. “Aku harus bersabar dengan semuanya,” kata pria itu lagi. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN