Bab 15

1284 Kata
Amelia dan Alrich berencana untuk pergi periksa ke rumah sakit atas usul Kevin. Sebenarnya gadis itu malas harus kembali ke tempat yang menyesakkan itu, meski hanya sekedar periksa saja. Akan tetapi karena Alrich begitu baik padanya, ia jadi tak tega mau menolak ajakan pria itu. Tidak ada salahnya juga memeriksa kesehatan untuk tubuhnya. “Kondisimu baik,” kata Kevin. “Aku sudah bilang, kalau aku baik-baik aja. Kalian berdua tak percaya sama sekali,” sindir Amelia dengan wajah bahagia. “Untuk antisipasi, apa salahnya.” Alrich merebut rekam medis milik Amelia di tangan Kevin. “Tubuhmu lebih kuat dari yang aku duga. Seharusnya kau masih lemah,”kata Kevin terlihat heran. Pasalnya Amelia mengalami kecelakaan hebat, bisa saja ia terluka parah di bagian otak. Tidak heran jika gadis itu amnesia. “Yang penting aku tak apa-apa.” Dari pada di tanya lebih lanjut dan Kevin curiga, mending segera kabur meninggalkan mereka berdua. “Aku akan pergi dulu karena sibuk, bye.” Secepat kilat ia keluar ruangan. “Bisa gila aku kalau mereka bertanya banyak hal,” gumam Amelia sambil mengelus d**a. Langkah kakinya di percepat agar Alrich tak menyusulnya. Belum sempat ia belok kanan, pria itu sudah memanggil namanya berulang kali. “Sial! Kenapa sulit sekali pisah dengan parasit itu sih...” Ada yang harus dilakukannya saat ini, yaitu mencari data mengenai Lian di rumah sakit. Bicara mengenai Lian, Alrich belum membahas apapun. Kemungkinan besar pria itu tidak mendapatkan informasi mengenainya. Ketika menelusuri koridor, tidak di sangka ia malah bertemu dengan orang yang dihindarinya. “Kenapa dia ada di sini?” monolog gadis itu terheran. “...lupakan... bukan urusanku juga.” Ia sudah lolos dari Alrich dan tak mau terjerat oleh bos dingin menyebalkan seperti Dave. “Namanya aja yang bagus, tapi perangainya begitu buruk.” Tidak ingin berlama-lama, Amelia balik arah. Sayang sekali gadis itu malah menabrak seseorang. Yang lebih sialnya, orang itu adalah Rosa. “Kalau jalan pakai mata!” sentak nya cukup keras. Amelia diam, menatap gadis itu dengan malas. Dari sekian orang, kenapa harus Rosa yang ditabraknya? Sungguh membuat kesal saja! “Karena kau baik-baik saja, aku pergi.” Mendengar suara yang familiar, Rosa yang membenahi pakaiannya langsung mendongak ke atas. “Kau!” tunjuk-nya. “Jangan bilang kau mengikuti Dave!” tudingnya cukup keras. “Kenapa aku harus mengikutinya?” Amel;ia balik bertanya. “Karena kau cinta gila dengan Dave! Ingat... Dave adalah tunanganku. Tunangan Rosa Bryan!” jelas Rosa menekankan kata tunangan. Amelia terlihat acuh tak peduli, memilih bermain kukunya yang sangat cantik. “Membuang waktu berdebat denganmu.” Gadis itu hendak pergi, tapi tangannya di cekal oleh Rosa. “Minta maaf! Kau harus minta maaf.” Mendengar suara keributan di koridor, semua orang yang tak jauh dari sana langsung mendekat. Amelia tahu kalau Rosa mencari perhatian publik dan menjadi orang yang begitu menyedihkan. “Oke, aku minta maaf.” Gadis itu melepas tangan Amelia karena bingung melihatnya yang minta maaf dengan mudah. Padahal biasanya dia selalu saja membela diri dengan berkoar-koar tak jelas. Dave yang melihat Amelia menjauh langsung balik arah berjalan memotong, tentu saja untuk mencegat gadis itu. Benar saja, Amelia masih berjalan sambil mengumpat Rosa dnegan banyak k********r. Dave berdiri di sampung tembok sambil menunggunya. Ketika gadis itu hendak belok ke kiri, pria itu langsung menghadangnya. “Kenapa kau?” Amelia melipat ke dua tangannya dengan kesal. Dave mengerutkan kening karena merasa ada yang aneh dengan penglihatannya. Hal itu terjadi sejak bertemu dengan Amelia di kantor. Melihat pria itu yang bengong, Amelia memutuskan pergi.” Tidak cewek, tidak cowok sama-sama gila. Psiko,” gumamnya di dengar oleh Dave. “Apa kau bilang?” Amelia tersenyum paksa, “Kau tak mengerti bahasa planet. Jadi, jangan hiraukan.” Gadis itu hendak melangkahkan kaki, tapi Dave menghalanginya lagi. “Gila, psiko... itukan k********r yang kau labelkan untukku.” Gawat... kenapa dia mendengarnya? “Kau salah dengar, Bos.” Dave berjalan ke depan membuat Amelia mundur ke belakang. Bertemu dengan Dave benar-benar membuatnya tak berkutik sama sekali. Dan juga, apa-apaan jantungnya! Ini bukan jantung miliknya, ini alami karena reaksi orang yang di sukai Amelia. Tenang... kau adalah Lian. Lakonku hanya sementara menjadi Amelia. Jadi, perasaan ini tak akan nyata Dari pada terjebak, lebih baik bertindak. Amelia menyentuh d**a Dave, menarik dasi pria itu agar wajah mereka berdekatan. Mata mereka saling memandang satu sama lain. Pria itu sedikit terkejut dengan tindakan berani gadis tersebut. Amelia meraba d**a Dave dengan penuh kelembutan. “Kau benar-benar membuat semua orang bertekuk lutut oleh ketampanan mu.” Suara itu serak, membuat Dave merasa merinding padahal bukan berbisik. Pria itu bingung mau menanggapi Amelia seperti apa, karena baru pertama kali mengalami hal seperti ini. Dulu sewaktu gadis itu bergelayut manja, ia risih bukan main. Akan tetapi sekarang ada yang aneh, merasa mendebarkan seolah minta lebih. Jakun Dave naik turun, terbukti bahwa siasat Amelia berhasil. Gadis itu melirik ke bagian bawah. Eitt, tapi bukan bawah yang itu melainkan kedua kakinya. Jangan mengharapkan banyak hal dariku Amelia langsung menginjak kaki Dave cukup keras membuat pria itu terkejut dengan mata melotot sempurna. Karena pria itu tak mengaduh, gadis tersebut terus menekan pijakannya. “Kau cukup kuat menahan semuanya, Bos. Orang m***m sepertimu harus di ingatkan sedini mungkin.” Amelia berdiri tegak, merapikan bajunya yang kusut. Berjalan meninggalkan Dave dengan elegan. Setelah gadis itu benar-benar pergi, Dave langsung mengaduh kesakitan. “Kenapa tenaganya kuat sekali?” Anehnya, dia tak marah dengan kelakuan Amelia yang kelewat batas, melainkan merasa senang dan juga wajahnya terlihat memerah. “Aku bisa gila!” Lihat... warna merah itu menjalar hingga ke cuping telinga sampai ke leher. Meskipun masih sakit, ia terus saja tersenyum lebar. Dasar orang gila memang! Kesakitan malah tersenyum. Mungkin karena dia sudah jatuh, tapi tak menyadari sedikitpun. Sementara itu, Amelia yang sudah berjalan menjauh memukul kepalanya sendiri. “Kenapa juga aku menginjak kakinya? Kalau aku besok di pecat.... Bagaimana?” Gadis itu berhenti, mondar-mandir tak jelas. “Haruskah aku minta maaf?” Walau bagaimanapun, Dave adalah bosnya di perusahaan. Dia bisa memecatnya kapan saja. “Alah... kalau di pecat ya hubungi Lee Sun. Aku bisa menjadi managernya.” Tunggu! Jika jadi manager Lee Sun, nasib Amelia juga di ujung tanduk karena besar kemungkinan ketika ia kembali nanti ke tubuh, pasti kebingungan dengan pekerjaannya. “Sial!” Amelia pun memutuskan mencari keberadaan Dave dengan berlari, menyelusuri koridor tapi orang itu sudah tak ada di tempat. “Kemana dia pergi?Ah... semua salahku!” erangnya frustasi. Gadis itu terus berlari mencari keberadaan Dave hingga melihatnya masuk ke dalam ruangan dengan keadaan kaki pincang. “Bukankah itu ruangan Kevin?” Karena penasaran, Amelia pun mendekati ruangan guna untuk menguping. “Apa yang terjadi dengan kakimu, Dave?” tanya Kevin menahan senyumnya. “Di gigit oleh macan betina,” jawab Dave dengan asal. Kevin tak bisa menahan tawanya hingga menggelegar di ruangan. Amelia yang mendengar itu kesal setengah mati. “Bukannya aneh kalau kau di gigit macan betina!” seru Kevin masih cekikikan. “Diam! Periksa kakiku. Aku yakin itu lecet!” ringis Dave. Amelia menggigit bibirnya cemas, pastinya itu memiliki luka karena ia menginjaknya cukup keras. “Hanya tergores... tidak apa-apa, besok sembuh.” Kevin mulai mengobati Dave. “Apa ada perkembangan mengenai penyakitmu?” tanyanya sambil terus melakukan pekerjaannya. Amelia memasang telinganya lebar-lebar untuk mengetahui pembicaraan mereka. “Dia sakit... memangnya sakit apa?” Gadis itu pun penasaran dengan pembicaraan mereka, dan terus berkosentrasi ingin mengetahui penyakit yang di derita Dave. “Kenapa tak bersuara juga sih....?” Ketegangan pun terjadi karena mereka yang ada di dalam ruangan diam cukup lama sehingga membuatnya semakin penasaran dengan isi pembicaraan tersebut. Amelia terus saja menempelkan daun telinganya erat-erat di pintu ruangan milik Kevin. Aku harus mendengarnya. Siapa tahu menjadi kelemahan bos menyebalkan itu? Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN