Yang tidak di sukai Amelia dalam hidupnya adalah di kendalikan oleh seseorang. Gadis itu terbiasa menjadi Tuhan dalam novelnya, melakukan apa yang di mau meskipun dalam pertimbangan.
Dan saat ini, ketika tubuh tidak sinkron dengan keinginannya dia terlihat enggan dan malas berjalan. “Cepat sedikit,” kata Dave dingin terus menyeret pergelangan tangan Amelia menjauh dari Lee Sun yang jelas-jelas terobsesi pada gadis itu.
Amelia berhenti seketika, tak mau berjalan lagi. Dave sangat kesal dan menarik tangan gadis itu lebih kasar dari sebelumnya. “Apakah aku b***k mu? Kenapa kau melakukan ini padaku?”
Dave menoleh seketika, tak tahu dengan apa yang dilakukannya saat ini. Semua hal yang berurusan dengan Amelia di luar kendalinya, termasuk sekarang.
“Lepaskan tanganku,” geram Amelia tertahan. Pasti tangannya sudah memerah karena pegangan Dave yang terlalu kuat.
“Maafkan aku. Aku tak bermaksud.” Dave terlihat kikuk saat menarik tangannya. Matanya memicing ketika melihat bahwa pergelangan tangan Amelia begitu merah.
“Dengar, Bos. Ku tak berhak memperlakukanku seperti ini.” Pacar bukan, kekasih bukan, main tarik menarik tangan aja. Seharusnya dia bersikap layaknya bos dan karyawan. Sungguh menjengkelkan.
Tak mau meladeni Dave, Amelia pergi begitu saja. Lebih baik segera melakukan pekerjaan yang tertunda. Sejujurnya, penyesalan yang di rasakan karena memisahkan kedua pria itu.
“Kalau tahu begini, aku tak akan memisahkan mereka,” gumamnya kesal setengah mati. Melihat Amelia yang pergi meninggalkannya, Dave tak tahu harus berbuat apa di masa depan. Dia bingung bagaimana mengatasi gadis itu nanti.
“Bos,” panggil Delon sambil menepuk bahunya. Dave tak menoleh sedikit pun, meraba jantungnya sendiri. Delon terlihat khawatir karena hal tak biasa terjadi pada bosnya. "Apakah kau sakit? Aku akan memanggil Tuan Kevin.”
Dave menggelengkan kepala lemah, berjalan gontai menuju ruangannya. Yang ada di pikirannya saat ini menyendiri, introveksi diri dengan kejadian Lee Sun.
Ruangan Amelia
Amelia menghela nafas kasar sambil duduk menghadap ke jendela kaca. Matanya melirik ke arah meja Alrich yang tampak kosong. “Kemana perginya bocah itu?” Jika ada saja dihindari, tapi jika tak ada di cari, begitulah manusia.
Sepertinya, Amelia akan menerima cinta Alrich di masa depan. Tapi kembali lagi ke perasaan gadis itu, dia belum siap menjalin cinta dengan orang lain. “Aku akan mencoba dekat dengan Alrich.”
“Aku senang jika kau ingin mulai dekat denganku,” seru Alrich tiba-tiba membuat Amelia terkejut. Gadis itu menoleh, tambah tersentak karena Alrich membawa setangkai bunga mawar merah untuknya.
“Ini untukmu. Spesial dariku.” Tidak lupa dia membawa sekotak coklat yang terlihat enak. Amelia terbengong menatap Alrich yang begitu tampan.
Aku baru menyadari kalau dia sangat tampan.
Siapa yang bisa menolak rejeki untuk melihat pria tampan, contohnya seperti Alrich. Dan dia satu-satunya orang yang juga peduli kepadanya.
“Terimakasih... aku senang.” Tak sungkan-sungkan, Amelia mengambil kotak itu untuk segera dilahapnya.
“Aku juga senang kau mau dekat denganku. Untuk memulainya, haruskah kita kencan?”
Amelia langsung tersedak ketika Alrich mengajaknya kencan. Mereka belum resmi pacaran, dan ia juga belum menerima perasaan pria itu.
“Aku belum menerimamu,” kata Amelia lirih di dengar oleh Alrich yang menyodorkan minum kepadanya.
Gadis itu segera meraih botol minuman tersebut meskipun canggung. Alrich tahu kalau gadis itu belum menerima cintanya, tapi setidaknya perasaan itu tersampaikan. Selamat berjuang Alrich. “Aku tahu. Makanya kita mulai pendekatan terlebih dulu.”
Amelia menoleh sekilas, “Meskipun lama!”
“Tentu... sampai kau memiliki perasaaan kepadaku.” Alrich tak ingin meninggalkan peluang untuk mendekati Amelia. Setidaknya, perasaan yang dimiliki di sambut dengan tangan terbuka oleh gadis itu, meski di gantung.
“Oke... kalau begitu kita memulainya menjadi teman dekat terlebih dulu,” kata Amelia dengan penuh keyakinan. Kasihan juga Alrich digantung, tapi semua yang dilakukan untuk masa depan, terhindar dari Ken dan juga Dave.
Apakah aku terlalu egois karena mempermainkan perasaannya? Maafkan aku Al... dan jangan membenciku.
Keduanya saling tatap satu sama lain, terlihat percikan cinta di mata semua orang. Rosa yang melihat mereka dekat sangat senang. Dia akan menambahkan sesuatu untuk memperkuat hubungan mereka berdua.
Rosa datang sambil berdehem beberapa kali, mencari perhatian semua Divisi Biografi. Bawahan Amelia langsung menoleh ke arahnya. “Aku datang ke sini ingin memberikan projek baru kepada kalian.”
Dahi Amelia berkerut, memikirkan kejadian kemarin. Apakah dia sengaja membuatnya kerja seperti kemarin, menjebaknya lagi.
“Karena projek kemarin ada hal yang perlu di perbaiki, aku akan memberikan projek baru lagi.”
Semua mata tertuju kepada Amelia. Mereka saling memandang satu sama lain, bukan tidak mungkin kalau gadis itu telah berbuat sesuatu yang menyinggung Lee Sun.
“Padahal Lee Sun sudah berbaik hati mau bekerja sama dengan kita. Pasti Amelia yang merusak kesepakatan.”
Banyak sekali kata-kata negatif yang keluar dari mulut mereka. Sementara Amelia hanya acuh tak peduli sama sekali. Rosa mulai angkat bicara. “Projek untuk Lee Sun di tunda, bukan di batalkan. Dia lebih fokus dengan novelnya dulu.
Pembohong, geram Amelia di dalam hati.
“Untuk itu, aku memberi kalian projek yang bagus. Tapi sebelum itu, kita akan mengadakan meeting terlebih dahulu, untuk meminta persetujuan dari Dave,” tambah Rosa dengan detail.
“Siapa yang bertugas untuk projek itu?” tanya salah stau dari mereka.
“Tentu saja ketua Divisi Biografi kalian, Amelia!”
Lagi dan Lagi, Amelia harus menjadi sasaran empuk untuk rencana Rosa. Di masa depan, ia pasti akan lebih menderita lebih dari yang dikiranya.
Rosa tersenyum lembut, mendekati Amelia. “Aku minta maaf atas kejadian tadi malam. Semua tindakan Tessa bukan atas namaku. Dia hanya cemburu denganmu.”
Si licik itu.
Amelia sangat kesal, ingin merobek topeng Rosa detik ini juga. Dengan robeknya topeng pasti sifat aslinya keluar.
“Kau!” desis Alrich emosi. Dia sudah menahannya sejak tadi. Kalau bukan karena Rosa tunangannya Dave, pasti pria itu sudah duluan bertindak.
“Baiklah... karena sepakat. Kita meeting pribadi sekarang!” teriak Amelia menggelegar. “... mohon Nona Rosa keluar ruangan,” usirnya dengan halus.
Setelah Rosa pergi tanpa embel-embel kata mencurigakan lagi, Amelia mengumpulkan semua orang. “Kita tolak projek nya.”
“Tapi, Mel,” sela salah satu dari mereka.
“Aku tak mau nyawaku terancam seperti tadi malam.” Amelia bersiap mulai menebarkan gosip. Alrich menyenggol bahunya sambil berbisik.
“Apakah kau akan membuka aib Lee Sun?” tanyanya khawatir.
“Tidak... aku tak ingin membukanya,” jawab Amelia santai. Alrich menatap semua bawahan gadis itu satu persatu, takutnya ada mata-mata Rosa yang sengaja di tempatkan dalam Divisi Biografi.
Amelia mencubit paha Alrich cukup keras, sampai dia mendesis kesakitan. Sementara gadis itu tetap tersenyum profesional. “Jika projek nanti tak masuk akal, kita tolak. Tapi jika masuk akal, kita terima.”
Masuk akal di sini, adalah jika tak ada kendala rumit untuk orang yang di wawancarai. Amelia hanya ingin, mereka dengan tulus mau memberikan kisah pribadi untuk semua orang sebagai panutan.
Bersambung