Prolog

429 Kata
"Hei, Jun. Jangan di tengah jalan bisa nggak?!" Namanya Bobby, siswa yang sedang berteriak padaku itu. Dia adalah siswa paling populer di SMA Ingin Pintar ini. Di samping karena orang tuanya yang kaya, juga karena wajahnya yang tampan di antara yang lainnya. Aku selalu menjadi bahan perundungannya sejak awal masuk sekolah ini.  Aku segera saja menepi, padahal aku sudah berjalan di pinggir. Tapi, baginya masih saja salah. Beginilah kehidupan sehari-hariku di sekolah.   Namaku Arjuna. Sejak kecil aku mempunyai sebuah impian. Klise, layaknya anak-anak lain seumuranku dulu. Yang hingga kini impian itu masih membekas di hati dan hampir seperti obsesi. Kadang aku bermain dengan laba-laba dengan harapan bisa digigit dan menjadi spiderman. Tapi, tentu saja hasilnya nihil. Mana ada cerita seperti itu di dunia ini. Itu hanya sebuah cerita fiksi yang tidak akan pernah ada ceritanya di dunia nyata. Aku juga senang berandai-andai. Andai aku berasal dari Planet Crypton, pasti aku akan menjadi Superman. Superhero yang bisa terbang. Biar kalau sekolah aku tak perlu naik angkot dan dempet-dempetan dengan emak-emak tukang ghibah. Sungguh hal yang sangat aku benci. Tapi, apakah itu terbukti? Tentu saja juga tidak. Aku hanyalah Arjuna, anak dari Pak Sabeni dan Mak Jubaedah. Bapak hanyalah seorang tukang becak, sedang Emak cuma buruh cuci di tetangga. Anak kelas sebelas di SMA Ingin Pintar, salah satu SMA favorit di Jakarta. Biasanya hanya orang-orang kaya dan pintar yang bersekolah di sana. Entah bagaimana asalnya aku bisa sekolah di sana. Denger-denger, sih karena bantuan seseorang. Tapi, aku sendiri pun tak tahu dia siapa. Yang penting sekarang aku bisa sekolah di sekolah terbaik. Aku Arjuna, anak paling ganteng, setidaknya menurut Emak di rumah, yang sebentar lagi akan genap berusia 17 tahun. Sangat terobsesi dengan cerita superhero hingga akhirnya dipertemukan dengan teman yang mempunyai obsesi yang sama, Dave. Keren 'kan namanya? Dave lebih tua dariku, dia sangat tampan dan juga anak orang kaya. Bahkan kekayaannya mungkin tidak akan habis hingga sembilan turunan. Yang lain cuma sampe tujuh turunan punya dia sampe sembilan. Dave juga sangat pintar, betapa sempurnanya hidupnya. Tapi, sayang dia tidak pernah pergi ke sekolah hanya karena satu kekurangannya. Dave ... cacat, hingga harus selalu bergantung pada kursi roda untuk berjalan. Kami berkenalan di salah satu grup penggemar superhero di dunia maya. Kami saling cocok karena pikiran kami sama. Ketika yang lainnya hanya menjadikan tokoh superhero sebatas khayalan saja, aku dan Dave menjadikannya obsesi. Orang-orang sering mengatakan kami gila, tapi kami tidak peduli. Seiring berjalannya waktu, akhirnya kami memutuskan untuk bertemu dan mewujudkan obsesi kami. Bukan hanya sebatas percakapan di dunia maya. Akankah obsesi kami menjadi kenyataan?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN