PROLOG
Tidak ada yang menginginkan sebuah kenangan buruk tercipta begitu saja di ingatan setiap insan. Namun, masa lalu buruk selalu saja menyeruak menghantui pikiran pria bernama Aditya Regha Kavindra. Pria pemilik wajah tampan, rahang tegas ,hidung mancung dan manik mata berwarna hazel yang membuat siapa pun terkesima dengan keagungan makhluk sempurna yang Tuhan ciptakan. Akan tetapi, kesempurnaan fisiknya tak membuat hatinya turut sempurna. Ia memiliki sifat apatis, bengis, tak memiliki perasaan bahkan untuk mengenal indahnya cinta pun ia tak ingin merasakannya.
Ia menatap ke sisi luar jendela pesawat yang tengah mengudara. Membawanya kembali menuju ke tempat kelahirannya di Ibukota Jakarta. Masih termenung dengan pemikirannya sendiri akan hal yang baru saja ia putuskan sepihak. Tak ingin rasanya ia menyudahi segala bentuk hubungannya dengan seseorang yang sudah memberinya keturunan bahkan seseorang yang ia cintai selama dua tahun terkahir. Namun, perilakunya yang membuat Aditya sakit hati seakan membuat pria itu yakin akan keputusan sepihaknya.
Bukan aku yang menginginkan ini Sabrina, tapi kau sendiri yang menyudahinya, batin Aditya.
••••••••
Satu jam sebelumnya....
Tubuh wanita itu di tarik dengan kasar oleh seorang pria berparas tampan namun memancarkan cahaya kematian saat ia sedang di kuasai oleh amarah. Bahkan wanita itu nampak kesakitan akibat genggaman tangan kekar milik pria yang berstatus suaminya itu. Pria itu lantas melempar tubuh istrinya ke dalam ranjang kamar pribadi mereka setelah ia kedapatan berselingkuh dengan seorang pria di sebuah apartemen mewah siang itu.
Mata merah yang seakan ingin menghakimi namun terpancar sorot kekecewaan dan kesedihan mendalam tertangkap jelas oleh netra Sabrina. Namun, amarah telah menguasainya, ia tarik rambut wanita yang sudah menangis sesegukan sehingga kini mendongak ke arahnya yang menunjukkan raut wajah seolah ingin mencabik-cabik dirinya.
"Berani -beraninya kau berselingkuh di belakangku wanita jalang!" bentak Adit kepada istrinya.
Plakkk ... Tamparan manis mendarat di pipi Sabrina. Meninggalkan bekas hingga menyebabkan robekan di sudut bibirnya. Ia mengeluh kesakitan akibat perlakuan Adit yang kasar. Ia mencoba lari dari suaminya namun ia kalah cepat dengan langkah panjang Aditya. Segera di tariknya tangan Sabrina dan dibanting tubuhnya ke ranjang.
"Apa yang membuatmu membohongiku Sabrina... Hah!" bentak Aditya sekali lagi.
Dengan paksa dirobeknya baju Sabrina sehingga kini baju istrinya yang terbilang bisa mengundang hasrat laki-laki mana pun itu benar-benar kacau di tanganmu sendiri. Di tekannya tangan Sabrina ke atas kepalanya. Tatapan buas di mata Aditya dan ingatannya tentang percuma istrinya dengan pria lain membuatnya benar-benar kehilangan kontrol.
"JAWAB! Atau aku akan lebih kasar dari ini!” ancam Aditya.
"Aa — aku sudah tidak mencintaimu Aditya."
Sebuah jawaban mutlak yang keluar dari bibir istrinya membuat Aditya mundur perlahan dan melepaskan cengkraman tangannya di kedua tangan halus Sabrina. Kembali, sorot kekecewaan mendalam ia rasakan. Bagaimana mungkin Sabrina tak lagi mencintainya? Bahkan selama ini ia merasa tak melakukan suatu kesalahan apa pun.
"Pengkhianat!" tukas Aditya.