1: First Direction [B]

1000 Kata
Arah dari Tujuan Pertama ....... Dan semua itu karena pembunuh bayaran sadisss dan mengerikan tersebut telah mengumumkan suatu peringatan yang sangat jelas sebelumnya. Yaitu, “Siapa pun juga yang berhasil melihat rupa serta wujudku . . . maka akan berakhir dengan aku bunuh juga”. Alhasil peringatan yang memiliki nada serta konotasi titik berat menuju sebuah "ancaman" itu pun jadi membuat tak ada satu orang pun di negara ini. Yang “bersedia” (sebenarnya) untuk melindungi manusia "kurang beruntung" yang “kebetulan menyaksikan rupa” dari makhluk itu (dengan kata lain berarti cepat atau lambat juga pasti akan menjadi salah satu target dari daftar panjang kematian yang telah ditorehkan oleh sebuah nama yang belakangan ini telah menjadi "horor" bahkan kengerian tak pandang bulu bagi banyak orang. Dullahan the Grim Killer). Pengamanan yang begitu ketat seperti kasus Suryadi Suryo Diningrat bukan kejadian pertama. Semua target pembunuh bayaran itu yang memiliki banyak uang. Pasti tidak akan segan untuk menggelontorkan berapa pun dana. Guna memastikan perlindungan yang mampu “paling tidak” mengundur waktu kematian mereka. Karena untuk mengharapkan suatu keselamatan dari “makhluk” itu. Rasanya seperti merupakan sesuatu yang terlalu “muluk”. Melindungi nyawa dari ancaman malaikat kematian yang tidak pernah naik ke langit ketujuh. Namun, seperti yang sudah selalu terjadi. Semua akan berakhir sia-sia belaka. Tidak akan ada hasilnya. Pernah suatu kali terjadi "hal sial" yang membuat seorang pria yang ditugaskan sebagai pengawal secara (tidak beruntung) kebetulan mendapat kesempatan super "istimewa" untuk mampu memergoki rupa fisik dari sang dewa kematian gadungan. Semua itu terjadi ketika Dullahan the Grim Killer tengah melancarkan aksi. menghabisi target Hal itu tentu saja merupakan momen yang sangat berkesan bagi semua orang yang mengetahuinya. Dullahan the Grim Killer bisa terpergok! Akan tetapi, ya apa yang terjadi selanjutnya sudah tidak perlu ditanyakan lagi. Semua orang, literally, semua orang yang bertugas di ruangan itu diketemukan mati keesokan harinya. Rekaman video yang sempat merekam penampakan diri visual sang dewa kematian pun lenyap. Tepat sebelum berhasil dilakukan evaluasi lebih lanjut dari pihak yang berwenang. Kelihaian Dullahan the Grim Killer dalam melaksanakan aksinya meningkat pesat semenjak kejadian itu. Membuat segala upaya yang korban maupun seluruh jajaran kepolisian lakukan. Untuk melindungi diri dan memperoleh petunjuk tentang "sang dewa kematian". Menjadi tak lagi ada gunanya. Terasa seperti sama sekali tidak ada kesempatan untuk berlari. Kecuali seseorang itu memiliki kemampuan untu menghilang. Atau mungkin membelah diri. Salah seorang saksi mata yang "sangat beruntung" karena masih bisa menghembuskan nafas setelah penyerangan Dullahan the Grim Killer. Menerangkan satu buah ciri penting yang ia ketahui mengenai pembunuh based on order yang tidak memiliki sedikit pun belas kasih tersebut. “Makhluk itu melihat aku hanya dengan satu buah bola mata…” Satu buah bola mata katanya. Heh, omong kosong. ^^^^^^^ Rumor mengenai ciri khas Sang Dewa Kematian “Hits” itu langsung menyebar dengan cepat ke seantero negeri. Gosip tentang itu sudah seperti bagaikan nyala api yang membakar lahan rerumputan kering. Para warga Indonesia yang menghuni dunia maya langsung menggambarkan "seenak sendiri" mengenai visualisasi fisik si pembunuh keji satu itu. Ia merupakan seorang pria tampan, rupawan, dan pastinya keren nian. Yang mengenakan sebuah penutup mata (eyepatch). Entahlah. Mungkin ini akan terdengar cukup tidak biasa. Namun, meski nama Dullahan the Grim Killer telah begitu tersohor sebagai seorang pembunuh kejam yang tidak memiliki belas kasih sama sekali. Entah pada korban maupun pada orang lain yang sama sekali tidak ada hubungannya dengannya. “Makhluk” itu memiliki laman untuk klub penggemarnya sendiri (fanpage). Namanya acara pakai official segala lagi sudah seperti orang penting saja dia. Hmm, salahkah kita menyebut makhluk seperti dia selebriti? Pada kenyataannya penampakan Dullahan the Grim Killer yang menebar teror di negara tropis dengan jumlah penduduk menyentuh angka tiga ratus empat puluh lima juta jiwa ini. Sama sekali tak mengenakan penutup mata atau eyepatch seperti yang digembar-gemborkan oleh semua orang. Pembunuh bayaran satu itu lebih digambarkan sebagai sosok seorang laki-laki yang mengenakan pakaian serba hitam dari ujung kepala sampai ujung kaki. Selain itu ia juga mengenakan sebuah topeng yang hanya memiliki satu buah lubang yaitu di bagian mata kirinya saja. Sangat creepy, bukan? Sebagai seorang pembunuh bayaran yang dibayar secara profesional. Dullahan the Grim Killer tak pernah mengizinkan siapa pun untuk mengetahui jati dirinya yang sebenarnya. Semua hubungan dengan klien sejauh ini (dan untuk seterusnya) semua hanya akan dilakukan via hubungan dunia maya. Pemberi job yang membayarnya sendiri saja tak pernah satu kali pun melihat penampakan wajah “pria” tersebut. Sebagai seorang pembunuh bayaran yang bekerja dalam lingkup profesional juga luas dan tidak terbatas. Dullahan the Grim Killer tak pernah mengizinkan siapa pun juga di atas dunia untuk memberi dirinya aturan soal bagaimana pun cara yang akan ia gunakan untuk melaksanakan suatu aksi "menghabisi nyawa seseorang based on order". Siapa saja yang harus dan akan ia bunuh atau diizinkan untuk mati. Semua kematian lewat tangannya adalah wewenang mutlak dirinya sendiri. Obsesinya seorang yang tidak boleh sedikit pun sampai diganggu gugat. Satu-satunya yang akan orang itu, Dullahan the Grim Killer, terima dari pihak yang menyewa jasanya hanyalah uang. Karena tak seorang pun di dunia ini yang bisa hidup tanpa benda itu. Dunia yang luas ini telah terperdaya oleh lembaran kertas. Yang kalau dimasukkan ke dalam kobaran api juga akan hangus! Tak akan pernah "ia" biarkan keenam adik yang begitu ia kasihi di kampung halamannya menderita. Karena tak bisa membeli makanan hingga kelaparan. Atau kekurangan biaya untuk membayar uang sekolah atau membeli kebutuhan sandang, pangan, dan papan misalnya. Karena nilai tukar rupiah yang terus jadi semakin rendah. Maklum saja karena kampungnya sendiri terdapat di salah satu bagian dari benua Eropa yaitu negara Swiss. Tak diragukan lagi hal itu membuat ia harus selalu mengirimkan ratusan juta rupiah. Yang setelahnya akan dikonversi atau ditukar ke mata uang yang berlaku di sana. Untuk biaya hidup keenam anak tersebut. Stagnasi nasib dan kemiskinan membuat pekerjaan apa pun yang seseorang gunakan guna mencari penghidupan menjadi lumrah. Untuk dilakoni sebagian "kecil" manusia. Yang tidak cukup beruntung dalam mengenal Tuhan, agama serta iman dalam hidup mereka yang sangat singkat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN