“Tetap tenang, jangan nyerah Stella! Kamu tunggu di sini dulu, aku coba tanyakan,” kata Marshanda sambil mengamati kertas bertuliskan alamat penginapan itu. Stella menatap Marshanda dengan apatis. Dia sudah tak mau melambungkan harapan begitu tinggi lantas harus menjemput kekecewaan mendalam untuk kesekian kalinya. “Tapi, aku sudah kemari dua kali, Mbak. Mungkinkah akan ada bedanya?” Stella melempar kalimat retorik. Tangan Marshanda terangkat. Diusapnya rambut panjang Stella dengan perasaan sayang campur iba. “Stella, kamu percaya, kan? Harapan itu selalu ada bagi semua orang yang mau berusaha. Siapa tahu, orang yang sekarang kutanyai, merupakan orang yang kenal dengan ibumu. Keep in faith and be strong,” u