Sampai di bagian ini, Stella menggertakan giginya, gemas. Dia langsung berpikir, Buliknya ini sungguh licik, tak sekadar takut kemarahan ayah ibunya, melainkan takut uang jatah untuk nenek dan kakaknya tak lagi mengalir ke kampung. Kemarahannya siap meledak, ingin memaki Buliknya dengan kosa kata paling kasar yang dimiliknya lantas menegaskan, bahwa kedua orang tuanya bekerja keras supaya bisa mengirim uang ke kampung, bahkan terpaksa memberikan dirinya, buah hati mereka, kepada Mama serta Papanya. Seketika, rasa marah Stella berubah menjadi kesedihan mendalam, membayangkan bagaimana kecewa dan sakit hatinya kedua orangtua kandungnya, setibanya mereka di desa. Stella menengarai, bila mungkin sebelumnya kedua orang tua kandungnya berpikir bahwa mereka dapat s