bc

Play with Me

book_age16+
1.6K
IKUTI
11.5K
BACA
billionaire
possessive
sex
dominant
dare to love and hate
CEO
drama
sweet
bxg
betrayal
like
intro-logo
Uraian

Clarissa adalah seorang pengacara wanita yang sukses, tapi kehidupan percintaannya tidak sesukses kariernya. Dia selalu berpikir bahwa cinta sejati tidak pernah ada dan kebahagiaan wanita tidak ditentukan oleh seorang laki-laki. Namun, semua berubah ketika ia bertemu kembali dengan Darel. Seorang pria yang pernah melukainya di masa lalu.

Bisakah cinta kembali bersemi di antara mereka?

Ataukah pertemuan itu hanya akan membuka luka lama?

Sebenarnya apa yang terjadi di masa lalu hingga membuat Clarissa tidak dapat memercayai cinta lagi?

© 2020 Dhew

chap-preview
Pratinjau gratis
Prologue
Clarissa menyeret kopernya keluar dari taksi. Dia berdiri di depan sebuah resort tepi pantai yang akan menjadi tempatnya berlibur selama tiga hari ke depan. Liburan ini merupakan hadiah untuk dirinya sendiri sebagai penghargaan atas kerja kerasnya selama ini. Clarissa merupakan seorang pengacara wanita yang sudah terkenal akan kesuksesannya menangani kasus perceraian sesulit apa pun. Dia yang percaya jika cinta sejati itu tak ada dan seorang wanita akan jauh lebih bahagia hidup dalam kebebasan, melakukan segala yang ia bisa demi kebebasan kliennya dan inilah yang membawanya hingga sesukses ini. Selama bertahun-tahun, Clarissa percaya akan prinsip hidupnya. Bahwa laki-laki ada untuk dipermainkan dan mengisi waktu luang. Namun, hari ini prinsip yang telah menunjangnya selama belasan tahun itu sedikit terguncang. Alasannya adalah Darel, seorang pria kaya raya yang tengah berdiri di hadapannya saat ini. Seorang yang juga merupakan bagian dari masa lalu kelam dalam hidup Clarissa. Kenangan terburuk yang selalu ingin dia lupakan. Tentu saja semua itu hanya harapan Clarissa. Sebab, jika ia bisa. Dia tak akan terpaku dengan tangan gemetaran ditatap begitu intens oleh tajamnya mata Darel. Perlahan, Darel mendekatinya. Pria itu tersenyum culas. Dengan lancang membelai pipi Clarissa. Tampaknya, waktu tak membuatnya lupa akan sosok cantik yang sempat mewarnai masa mudanya. Sama seperti Clarissa yang tak akan sanggup melupakan wajah pria itu. “Kamu masih begitu cantik seperti dulu. Aku ingin tahu, apakah kamu juga masih begitu manis di atas tempat tidur.” Dasar b******k! Ingin sekali Clarissa menampar wajahnya, memakinya hingga puas. Namun, membiarkan emosinya lepas hanya akan membuatnya semakin direndahkan oleh pria satu ini. Clarissa yang sekarang bukan dirinya yang dulu. Dulu Darel bisa mempermainkan kepolosan dan ketulusan hatinya, tapi saat ini ... Clarissa yang akan mempermainkannya. Clarissa tersenyum manis, mengubur segala emosinya dibalik topeng gadis nakal. Dia mendekatkan bibirnya di telinga Darel, berbisik mengundang. “Kenapa tak pastikan sendiri? Kamar 203, kutunggu malam ini.” Kemudian dia berlalu dengan langkah pasti, meninggalkan Darel dengan sikap penuh percaya diri. Darel tercengang. Dua belas tahun yang lalu, Clarissa yang dia kenal tak akan bisa berbicara selancar itu menggoda seorang pria dan sekarang, sosok yang pernah dicintainya dulu telah begitu berubah. Denyut dadanya mulai mengganggu, seperti ada sesuatu mengganjal yang membuatnya kesal. Rasanya Darel tak terima. Dia merasa kenangan masa muda yang berharga hancur saat melihat sosok Clarissa saat ini. Si manis Clarissa yang akan tersipu malu hanya dengan bergandengan tangan, tak akan begitu genit mengundangnya ke dalam kamar. Tadinya Darel hanya ingin bercanda, sedikit mengenang masa lalu karena kebetulan bisa bertemu kembali dengan Clarissa. Dan sekarang, dia jadi ingin menghancurkan kepercayaan diri Clarissa, mengembalikan gadis pemalu dalam memorinya seperti sediakala. “Tuan Darel, mobilnya sudah siap. Jika Anda tidak segera berangkat, Anda akan ketinggalan pesawat.” Darel menatap supirnya dengan datar, suara pria tua itu mengingatkannya akan jadwal keberangkatan yang sudah menanti. Dia yang awalnya akan meninggalkan resort ini dan pergi ke kota lain mengecek keadaan bisnis sampingannya, berubah pikiran. Pengecekan bisa ditunda, tapi pertemuan dengan Clarissa belum tentu akan terulang kembali. “Hubungi Dinda, saya masih ada urusan penting di sini. Katakan padanya, untuk reschedule satu minggu dari sekarang.” Darel tak tahu berapa lama Clarissa berada di sini, jadi dia memutuskan untuk meminta sekretarisnya mengatur ulang seluruh pekerjaan selama seminggu. Perubahan dadakan seperti ini sudah biasa terjadi. Sebagai supir pribadi Darel, Pak Karim sudah terbiasa menangani keadaan seperti ini. Dengan cepat dia mengurus semuanya, termasuk memesan ulang kamar untuk Darel dan dirinya satu minggu ke depan. Sedangkan Darel sudah keluyuran sendirian, jalan-jalan di tepi pantai mengenang masa lalu. Kalau diingat-ingat kembali, pantai adalah tempat kencan terakhirnya dengan Clarissa. Kebetulan yang menggelikan. Siapa yang sangka pertemuan kembali mereka juga di tepi pantai. *** Malam harinya, Clarissa dandan secantik mungkin. Sengaja mempersiapkan segalanya untuk merayu Darel. Akan dia buat pria itu bertekuk lutut padanya dan kemudian akan dia campakkan dengan kejam seperti apa yang dulu Darel lakukan padanya. Siapa bilang waktu bisa menghapus luka? Jika iya, panasnya api dendam dalam hati Clarissa tak akan terus berkobar hingga saat ini. Tiap polesan lipstik merah di bibirnya adalah ganti dari tiap tetesan air matanya dulu. Besar cintanya di masa lalu adalah besar kemarahannya saat ini. Darel yang masih bisa tersenyum menyapanya seakan tak pernah melukainya sedalam ini tak akan pernah dia maafkan. Tok ... tok ... tok .... Clarissa tersenyum. Suara ketukan pintu itu adalah tanda datangnya mangsa. Dia membuka pintu dengan cepat, memberikan senyuman terbaiknya pada Darel. “Aku sudah menunggumu,” ujar Clarissa. Darel terpukau. Cantiknya Clarissa dalam balutan gaun merah seksi tak pernah dia bayangkan dan sekarang sosok itu berhasil membuatnya menelan ludah. Pinggang mungil itu tetap membuat Darel ingin memeluk dan pahanya yang mulus terlalu menggoda untuk diraba. “Aku telah memesan makan malam dan red wine. Mau menemaniku makan?” Suara Clarissa yang lembut begitu enak didengar, membawa suasana menjadi nyaman. Darel jadi gugup. Mengangguk sekali berusaha terlihat setenang mungkin. Dia ingin membuat Clarissa salah tingkat terpesona padanya, tapi malah ia yang begitu frustrasi dibuat oleh Clarissa. “Kamu terlihat cantik, tapi bukannya kamu benci pakai pakaian berwarna merah?” Darel masih ingat dengan jelas betapa kerasnya Clarissa menolak mencoba baju pilihannya saat kencan pertama mereka. Pacarnya itu bilang warna merah terlalu mencolok, membuatnya tak percaya diri. “Masa? Aku suka kok.” Clarissa tersenyum. Dalam hati sedikit terkejut Darel masih ingat dengan apa yang dia suka dan benci. Hal kecil begini membuat Clarissa tak nyaman, seakan kenangan buruknya itu tidaklah seburuk yang dia ingat. “Well, mungkin waktu mengubah selera ... dan sifat.” Darel melirik Clarissa saat berkata demikian, ingin tahu apakah Clarissa sadar sedang disindir. Tentu saja Clarissa sadar, tapi saat ini dia dalam misi menggoda Darel. Tak ada ruang untuk berargumen soal hal lain. Pura-pura saja polos, seakan dirinya senang menghabiskan waktu dengan Darel. Inikan yang disukai pria itu? “Bagaimana denganmu? Kamu masih suka denganku?” Pertanyaan itu membuat Darel terdiam. Ekspresi wajah Clarissa saat bertanya begitu manis, tapi tidak terlihat sedikit pun cinta di matanya. Clarissa menarik kursi di beranda. Tempat yang dia siapkan untuk makan malam. Namun, Clarissa tidak langsung duduk. Dia masih menunggu jawaban dari Darel. “Aku selalu mencintaimu,” jawab Darel. “Aku juga.” Clarissa berjalan kembali. Dia berhenti di depan Darel, melingkarkan kedua tangannya di leher si mantan pacar. Dia menatap mata pria itu secara langsung, mengeluarkan kata-kata manis dari bibir yang dipenuhi oleh kebohongan. Pria di hadapannya saat ini adalah seorang player, membiarkan kata cintanya masuk ke dalam hati adalah ketololan terakhir yang akan Clarissa lakukan. “Aku selalu merindukanmu, Darel.” Dan cara tercerdas yang akan Clarissa lakukan adalah melemparkan kembali kata cinta palsu tersebut. Dengan lembut Clarissa memeluk Darel, menyandarkan kepalanya di d**a bidang pria itu. Hangatnya pelukan Clarissa mengacaukan segala rencana awal Darel saat memutuskan kemari. Tubuhnya bergerak sendiri membalas pelukan Clarissa. Begitu erat seakan-akan rasa rindunya pada wanita itu begitu besar. “Clarissa, aku menginginkanmu.” Bibirnya bergerak secepat pengakuan itu diucapkan. Melumat dengan rakus bibir merah ranum yang tersaji di depan mata. Dan beginilah, permainan cinta mereka dimulai.                                    

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

GAIRAH CEO KEJAM

read
2.3M
bc

f****d Marriage (Indonesia)

read
7.1M
bc

Beautiful Madness (Indonesia)

read
223.7K
bc

Annoying Husband (season 2)

read
58.4K
bc

You'll Be Mine (Indonesia)

read
221.3K
bc

The Broken Rose

read
156.0K
bc

Penjara Hati Sang CEO

read
7.1M

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook