Semenjak rumor Arick tidur dengan seorang wanita, Kenzi membatalkan pertemuannya dengan Sabame dan Sakura. Kenzi tidak ingin mereka mengetahui tentang rumor ini. Kenzi kini sedang mencari tahu siapa wanita yang telah Arick tiduri itu.
“Tuan besar, selama ini tidak ada seorang wanita pun yang memasuki Paviliun Tuan muda Arick selain pelayan baru Tuan muda” jelas Riu asistan pribadi Kenzi.
“Siapa nama pelayan wanita itu?” tanya Kenzi. “Alice, Tuan besar” jawab Riu. “Tapi pelayan itu tidak pernah terlihat. Waktu apel penerimaan pelayan baru apakah dia ada?” tanya Kenzi lagi ketika mengingat apel pagi.
“Benar sekali Tuan. Alice waktu itu dibawah ke ruang hukuman oleh Yuqi atas perintah Tuan muda” jawab Riu.
“Ruang hukuman. Sepertinya ada berita yang aku lewati” ucap Kenzi meenatap ke jendela.
“Iya Tuan. Alice dikabarkan melakukan kesalahan sehingga membuat Tuan muda sangat marah” jelas Riu.
“Riu, tolong bawa Alice menemuiku” perintah Kenzi.
“Baik Tuan besar. Saya akan membawa Alice kesini” ucap Riu sebelum pamit.
Arick sedang di salah berada di salah satu Casino miliknya. Dia mengetahui kabar Kenzi memanggil Alice menemuinya. Arick pun meminta Yuqi untuk memberikan sebuah kotak kecil bewarna biru kepada Alice sebelum Alice menemui Kenzi ayahnya.
“Apa ini?” tanya Alice ketika baru saja selesai menyapu halaman.
“Aku tidak tahu. Alice aku kembali ya” ucap Yuqi.
"Ya. Terima kasih” ucap Alice. Alice pun mencuci tangannya dan melangkah menuju kamarnya. Ya, Alice sudah tahu dia dipanggil oleh Tuan besar Kenzi. Tetapi Alice meminta waktu 10 menit untuk menyelesaikan tugasnya dulu. Karena Alice tidak mau mencari masalah jika Arick sudah pulang halamannya masih kotor. Alice membuka kotak kecil bewarna biru itu. Diatasnya ada kertas berlipat keil bewarna putih. Alice pun mengambil kertas itu dan membuka lipatannya.
Mulai saat ini gunakan softlensa ini jika kamu menemui orang di luar pavilun!!! Arick
“Kemarin dia yang memintaku melepaskan softlensa yang aku pakai, sekarang dia lagi yang memintaku menggunakannya kembali. Dasar Tuan muda yang plin-plan” ucap Alice pada dirinya sendiri.
Tanpa banyak berkata-kata lagi Alice menggunakan softlensa yang Arick berikan, karena Riu sudah menunggunya di luar gerbang Paviliun. Sebenarnya banyak sekali pertanyaan di benak Alice, kenapa dia sampai di panggil oleh Tuan besar.
"Apa aku melakukan kesalahan lagi?” batin Alice penuh pertanyaan.
"Silahkan masuk ke dalam Alice” ucap Riu membukkakan pintu besar bewarna hitam.
"Terima kasih” ucap Alice. Alice melangkah dengan kepala tertunduk, sampai di depan meja kerja Tuan besar Alice menghentikan langkah.
“Maaf Tuan besar. Saya Alice” ucap Alice memperkenalkan dirinya.
“Ya. Alice ada yang ingin saya tanyakan kepadamu” ucap Kenzi duduk di bangku kerjanya dengan menatap Alice.
"Silahkan Tuan besar” ucap Alice masih tertunduk.
“Kamu pasti tahu rumor tentang Arick” ucap Kenzi. Deg Alice terkejut. Apakah Tuan besar Kenzi tahu bahwa wanita itu adalah dirinya. Alice menjadi lemas, bagaimana kalau Tuan besar sudah tahu wanita itu adalah dirinya. Alice harus berbicara apa.
"Alice” ucap Kenzi lagi.
“I-iya Tuan besar, saya tahu tentang rumor itu” jawab Alice gugup.
“Apa kau tahu siapa wanita yang tidur bersama anakku malam itu?” tanya Kenzi serius.
Alice sedikit bernafas lega, ternyata Tuan besar tidak tahu wanita itu adalah dirinya.
“Saya tidak tahu Tuan” ucap Alice menggelengkan kepalanya.
“Bukannya terakhir kali kamu yang mengantarkan kopi malam itu. Apa kamu tidak melihat seorang wanita disana?” selidik Kenzi.
“Malam itu memang saya mengantarkan kopi, tetapi Tuan muda sedang duduk di tempat kerjanya sendiri. Setelah itu saya kembali ke kamar saya karena tidak ada tugas lagi yang harus saya kerjakan” jawab Alice dengan sedikit berbohong.
“Baiklah. Alice mulai saat ini kamu menjadi mata-mataku. Kamu harus sering terjaga setiap malam. Kalau seandainya anakku membawa seorang wanita ke Paviliun segera kabari aku” ucap Kenzi serius. Alice menelan salivanya.
"Mata-mata lagi. Kenapa posisiku jadi serba salah disini” batin Alice.
“Maaf Tuan, saya takut tidak berhasil” jawab Alice menunduk. Sejujurnya Alice lebih memilih untuk menolaknya secara halus.
“Kau harus bisa Alice. Karena hanya kamu yang bisa keluar masuk ke kamar Arick, selain Yuqi. Satu lagi, aku akan mengangkatmu menjadi sekertaris pribadi Arick. Jadi kamu bisa seperti Yuqi, yang setiap saat selalu disamping Arick, dengan begitu kamu bisa mengawasi Arick 24 jam” ucap Kenzi lagi.
"What. Tidak salah, selalu disamping pria itu. Jadi pelayannya saja sudah membuatku tidak betah, apalagi menjadi sekertaris pribadinya. Ya, Tuhan kenapa nasibku seperti ini” batin Alice lemas seketika mendapat tugas dari Kenzi.
"Maaf Tuan, kalau saya mengawasi selama di pavilun saya bersedia, tetapi kalau menjadi sekertarisnya sepertinya saya tidak bisa. Nanti Tuan muda jadi curiga” tolak Alice secara halus.
“Kamu tenang saja Alice. Aku sudah melihat semua data tentangmu. Apalagi selama Arick memnghukummu kamu selalu menjalani hukumannya dengan baik. Dan satu lagi, kamu sudah berhasil menyalin kitab tahap 1 dalam waktu 3 jam. Orang biasa tidak ada yang sepertimu. Jadi alasanku kuat, karena kamu mempunyai kemampuan yang luar biasa” ucap Kenzi tersenyum.
"Tamatlah riwayatku kali ini harus 1x24 jam berada disamping pria Burick itu” batin Alice lemas mendengar penuturan Tuan besar Kenzi.
“Tunggu sebentar, aku sudah menghubungi Arick. Mungkin sebentar lagi dia datang” ucap Kenzi dengan santai.
“Tuan besar. Kalau begitu saya boleh kembali untuk bekerja” pinta Alice sengaja agar dia bisa segera pergi.
“Tunggu. Aku akan membicarakan ini dengan Arick. Jadi kalau sampai dia macam-macam padamu atau menolakmu, aku yang akan membelamu. Tenang saja. Ya, walau aku tahu putraku itu memang kejam padamu, tapi aku pastikan kali ini aku dibelakangmu. Asal kamu selalu mengabari setiap yang Arick lakukan” ucap Kenzi tertawa senang.
Alice hanya memutar kedua bola matanya malas. Tetapi tunggu dulu, Alice seperti mendapat satu pencerahan, saat Kenzi begitu semangat membuatnya menjadi mata-mata itu tandanya Kenzi mempercayainya. Alice pun menyunggingkan senyumannya. “Aku pikir kali ini langkahku mulai terbuka lebar untuk menyelesaikan semua tugas yang Paman Takeshi berikan” batin Alice sedikit senang.
Sepuluh menit kemudian pintu ruang kerja Kenzi terbuka dan disana datanga Arick yang masih menggunkan jas hitamnya. Arick tak memandang sedikit pun kearah Alice, pandangannya lurus kedepan dan langsung duduk di bangku depan Kenzi ayahnya. “Ada apa Papa memanggilku?” tanya Arick sopan.
:Nak, Papa kira kamu butuh seorang sekertaris lagi untuk membantu pekerjaanmu. Kamu tahu dua minggu lagi Casino kita di Zoungzoung akan dibuka. Kasihan Yuqi tugasnya sangat banyak” ucap Kenzi menatap Arick.
“Lalu?” tanya Arick, sebenarnya dia sudah tahu maksud dari pembicaraan ini tetapi Arick sengaja pura-pura tidak mengerti.
"Ya, Papa sudah membaca biodata Alice dan melihat setiap tugas yang kamu berikan padanya. Papa lihat Alice adalah orang yang tepat untuk menjadi sekertarismu. Walau kemampuannya tidak sehebat Yuqi, tetapi Papa yakin kalau Alice bisa belajar menjadi lebih baik” ucap Papa dengan tersenyum.
Sekilas Arick melirik Alice yang berdiri disampingnya dengan menunduk, lalu dia kembali menatap Kenzi dengan tenang. “Kalau menurut Papa memang dia baik, aku akan menerimanya dengan senang hati” ucap Arick dengan tenang.
Alice mengerjapkan matanya mendengarkan ucapan Arick. Alice pikir pria ini akan menolaknya, karena Alice yakin kalau Arick sebenarnya tidak suka dengannya, tetapi dengan mudahnya dia menuruti perintah ayahnya. “Dasar anak Papa” batin Alice mengejek Arick.
“Bagus. Papa senang mendengarnya. Besok Alice akan mulai bekerja dan tolong kamu ajari dia dengan baik” ucap Kenzi tersenyum senang.
“Tenang saja Pa. Aku akan mengajarinya mulai malam ini juga” ucap Arick tersenyum. Entah kenapa ucapan Arick begitu menyeramkan ditelinga Alice.
“Ayo Alice aku akan memberi tahu apa saja pekerjaanmu” ucap Arick melirik Alice sekilah.
“Baik Tuan” ucap Alice. “Tuan besar saya permisi” pamit Alice.
"Semangat Alice” ucap Kenzi tersenyum memberikan ibu jarinya. Alice hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya dan langsung mengekori Arick melangkah keluar meninggalkan truang kerja Kenzi..
"Mulai saat ini hidupku akan bertambah sulit” batin Alice tak semangat.
Di dalam Paviliun putih Arick duduk di meja kerjanya sedangkan Yuqi sedang menyiapkan tumpukkan dokumen yang Alice yakin itu pasti kerjaan untuknya. Berkali-kali Alice membuang nafas berat saat Yuqi meletakkan tumpukkan dokumen itu dihadapannya. “Bakar semua ini” perintah Arick kepada Alice.
"Apa?” tanya Alice bingung dengan perintah Arick.
“Bakar semua dokumen ini Alice, apa kamu belum mengerti ucapanku tadi?” ucap Arick dengan nada memerintah.
"Baik, Tuan” ucap Alice. Alice pun mengangkat tumpukkan dokumen-dokumen itu dan siap membawanya keluar untuk dia bakar. Alice sudah tiga kali mengangkat dan memindahkan semua dokumen itu keluar dan tinggal sekali lagi dia membawa dokumen yang berdebu itu.
"ALICE!” teriak Arick yang melihat dokumen itu berserakan di depan Pavilunnya.
“Iya Tuan” ucap Alice dengan berlari kecil.
“Kenapa dokumen ini kamu letakkan disini?” tanya Arick ketus.
“Aku akan membakarnya disini” jawab Alice.
"Kau sudah gila! Kau ingin membakar Pavilunku” ucap Arick.
Alice hanya menatap malas kepada Arick. Padahal ini dipelataran tidak di depan Paviliunnya. Alice berpikir Arick terlalu berlebihan atau memang sengaja.
"Tuan disebelah sini ada tempat sampah, setelah selesai membakarnya aku akan membuat kotorannya ke dalam tempat sampah” ucap Alice mencoba menjelaskan dengan tenang.
"Kau tidak diizinkan membakar disini gadis bodoh. Kalau kau ingin membakar di belakang halaman, setelah itu kamu kubur abunya” ucap Arick menunjuk halaman.
“Kau yang bodoh. Lihat saja, aku akan cepat menyelesaikan tugasku untuk membalas dendam padamu” batin Alice kesal. Bagaimana tidak kesal, halaman itu sangat luas dan dia harus membawa semua dokumen ini kebelakang halaman dengan empat kali balik.
“Baik Tuan” jawab Alice dengan nada sedikit kesal.
“Alice biar aku bantu” ucap Yuqi menawarkan bantuan.
“Yuqi, tugasmu masih banyak. Jangan sok menjadi malaikat” sindir Arick melangkah masuk.
"Alice maaf sepertinya kali ini aku tidak bisa membantumu” ucap Yuqi merasa tidak enak.
“Tidak apa-apa Yuqi. Terima kasih kamu sudah berniat membantuku” ucap Alice.