"Hei cantik, mengapa wajahmu kau tekuk seperti itu hemmm? Apa kau tak suka melihat ku?"
Steve Armstrong menegur calon Isterinya Marlyn Lewis yang datang ke kamar inap VVIP itu dengan keadaan muram.
"Kau tau yang terjadi dengan rencanamu menjodohkan Agatha dan Pedro? Selamat, Tuan Armstrong yang terhormat, karena ternyata mereka berdua kini bukan hanya sudah merencanakan sebuah kencan tapi juga kata Tante Selena yang menyebalkan itu, Agatha akan segera menjadi menantunya. Oh, astaga!!! Ini adalah sebuah berita fantastic bukan? Bahkan kau bisa langsung membuka sebuah agensi khusus seperti biro jodoh mungkin?"
Marlyn yang menurut Steve semakin hari semakin cerewet mungkin saja efek dari kehamilannya itu, berkata panjang lebar tanpa bisa disanggah sedikit pun oleh sang lelaki. Akan tetapi saat ia sudah berhenti berbicara, Steve dengan cepat melepaskan apa yang sedari tadi ia tahan dalam mulutnya.
"Hahahahaha..."
Yah, Steve ternyata sedari tadi sudah hampir menumpahkan rasa gelinya di depan Marlyn. Hanya saja, ia tak ingin sang pujaan hati kembali merajuk akan perbuatannya.
"Bukankah itu berita baik, Lyn? Lalu apa yang membuat mu seperti ini. Apakah ku tak suka jika Agatha menemukan pengganti dari mantannya yang kelainan itu?"
Steve bertanya dengan mengerutkan kening datarnya. Dalam hati ia bersorak gembira sembari menunggu cerita tentang Agatha dari mulut Pedro langsung.
"Aku kesal karena ternyata Agatha yang polos itu sedang bercinta dalam toilet Mansion Pedro hingga aku dan Tante Selena bisa mendengar suara desahan mereka dari luar pintu. Hebatnya lagi, Wanita tua itu mencegah aku untuk mengetuk pintunya. Oh, my God!!! Agatha, Steve. Kau tau kan jika dia itu gadis cantik, super modis saat Ayahnya masih berada di puncak kejayaan tapi juga polos dan lugu dalam hal seksualitas? Parahnya, Tante Selena malah mengusirku dari Mansion-nya."
Lagi-lagi Marlyn menjelaskan secara gambang detail kejadian yang membuatnya serasa ingin makan daging manusia saat itu juga.
"Oh, jadi kau kesal karena di usir dari Mansion keluarga Davinci? Baiklah, aku akan membuat perhitungan pada Pedro karena Tante Selena telah mengusirmu. Jadi calon Isteri ku yang cantik ini tak boleh merengut lagi, oke? Lalu bagaimana dengan baby ku yang ada dalam perutmu ini, hemmm? Apakah dia dalam keadaan baik-baik saja?"
Steve berusaha membujuk Marlyn yang kesal dengan mengelus perut yang masih terlihat datar itu. Lalu tak lama kemudian Marlyn pun mulai menarik sudut bibirnya keatas.
"Dia baik- baik saja, Steve. Hanya saja kondisi fisik ku yang kurang stabil. Agatha menelpon ku dengan suara parau. Dia menangis dan menyuruh ku untuk menjemputnya, tapi kemudian kenyataan malah membuat aku yang seperti orang bersalah karena tengah menggangu aktivitas bercinta mereka. Kau kesal bukan jika berada diposisi ku?"
Marlyn berkata dan kembali lagi membahas acara pengusiran yang dilakukan oleh Ibu kandung Pedro Davinci itu. Akhirnya Steve pun harus bisa menahan nafasnya demi memikirkan kata apa lagi yang kan ia pakai untuk menghibur dan membujuk wanitanya.
"I want you, honey!!!"
Steve berbisik lirih menghembuskan nafas bahkan sedikit menjilati daun telinga Marlyn. Terang saja perempuan berbadan dua itu sedikit bergidik geli disana.
"Steve, ini masih pagi!!! Kau baru sadari dan kepalamu sendiri masih melilit perban ini. Bagaimana bisa pikiran mu jauh melayang sampai ke sana?"
Marlyn berkata sembari menunjuk lilitan kain kassa yang berada tepat diatas kepala Kekasihnya itu. Tapi rupanya Steve tak memperdulikan semua apa yang calon Isterinya itu katakan.
Ia makin mempererat pelukannya ditubuh Marlyn. Bibirnya kemudian sibuk bermain di Daun telinga Marlyn menggelitik dengan ujung lidahnya hingga terkadang mengigitinya.
"Achhhh... Steeeveee... Kau bisa jatuh nanti, Honey!!!"
Marlyn sedikit mengerang dengan perbuatan Steve. Ia kemudian berkata asal jika lelakinya bisa jatuh dari atas brankar rumah sakit jika ia terus melanjutkan aksi mesumnya.
Tapi ternyata hal itu tidak di indahkan oleh Steve. Dengan pelan ia mencabut infus yang tertancap di pergelangan tangan kirinya, turun dari brankar dan langsung berjalan menuju pintu kamar Inapnya itu lalu dengan cepat ia memutar kunci yang tergantung di handle pintu.
"Steveeee...!!! What are doing? Kau masih belum sehat benar, Honey. Apa yang harus ku katakan pada Mommy mu jika sampai kau sakit lagi akibat ulah kita yang bermesraan disini?"
Marlyn berkata sembari ikut berjalan menghampiri Steve tapi ternyata lelaki itu sudah dipenuhi kabut gairah. Saat ia membalikkan badannya? Maka dengan cepat ia menyambar bibir ranum sang Kekasih dan melumatnya dengan begitu 'ganas'.
"Hmmmpppttt..."
Marlyn sempat sedikit meronta disana. Tapi lambat laun perempuan itu pun akhirnya terlena dengan apa yang sudah Steve lakukan.
Mereka asyik masyuk saling melilitkan lidah dan bertukar saliva dengan terus menerobos setiap ruang kosong yang ada dalam rongga mulut masing-masing.
"Marrrllyyyynnn... Sssttttt...
I want you, Baby!!! I want you now! Want you in here!!!"
Steve mengeratkan pelukannya atas tubuh sempurna Marlyn. Ia bahkan dengan gemas meremas b****g sexy Kekasihnya yang sedang mengandung itu.
"Oooouuughhh... Steeeveee...
I wa..aannnttt... Yooouuu... Too, Honeyyyy...!!!"
Marlyn akhirnya mengerang dan mengeluarkan suaranya ketika ciuman panas mereka terlepas. Tapi ternyata steve tak berhenti disitu saja. Maka dengan cepat ia membawa tubuh cantik Marlyn ke sofa ruang tamu yang berada dalam ruang inap itu untuk melanjutkan sesuatu yang menjadi keinginan keduanya, apalagi kalau bukan sebuah 'pelepasan'.
Maka terjadilah semuanya disofa berwarna putih polos itu. Dua orang bertubuh polos tanpa sehelai benang tengah bermesraan dengan keadaan sama-sama saling memuaskan s**********n masing-masing alias sixth nine position.
"Oooouuughhh... Ssssstttt... Yeeeessss... Hooonneeyyy!!! Uuuummmmmm...!!!"
Marlyn mengerang nikmat diatas tubuh Steve. Sedangkan lelaki itu semakin menikmati permainannya. Ia bahkan memainkan jarinya di daging kecil berbentuk seperti biji jagung itu seirama dengan lidahnya yang menyapu lubang kemaluan licin itu.
"Cuuupppp... Emmmhhh... It's so yummy, Baibeh... Uuuummm..."
Steve juga ikut mendesahkan suaranya disana. Ia tak perduli jika aktivitas memainkan junior miliknya terhenti dari mulut manis Marlyn akibat wanita itu tak bisa focus.
Yah, Steve sangat hafal betul jika calon Isterinya itu akan sangat b*******h mana kala organ tubuh tak bertulangnya itu membelai kemaluan milik Marlyn. Sebab mereka sudah cukup lama menjalin kasih.
Sama halnya dengan Steve, Marlyn juga sudah sangat hafal dengan posisi apa yang sangat di sukai Steve saat sedang beradegan 'panas'. Lelaki itu adalah salah seorang kaum pencinta s**u alias The Petting Boobs Man.
Steve bahkan bisa mencapai pelepasannya hanya dengan memainkan junior-nya di sela-sela kedua payudaya Marlyn.
"Oooouuughhh... Fasteeeeerrr... Hooonnneeyyy!!!! Uuuuuchhh... I wanna cu..mmm... Aaacchh!!!"
Steve yang melihat kaki Marlyn yang sudah bergetar seperti itu pun dengan cepat melumat habis daging merah yang semakin licin dan mengkilat karena terkena cahaya itu. Jarinya bahkan sudah masuk tiga buah ke dalamnya.
"Aaachhhgh... Fassssteeerrr... Hoooneyyyy... Fasssteeerr... Pleaseeee!!!"
Marlyn meracau dan terus mengerang dan melengkungkan tubuh polosnya kebelakang. Ia merasa dunia seperti mengerut seketika dengan kaki yang sudah sangat gemetar hebat.
Sedangkan Steve? Dia kemudian bangkit dan membuat posisi Marlyn menjadi dibawahnya. Lalu dengan sedikit bergeser, kini wajah dan semua tubuh lelaki itu sudah berada di depan s**********n basah Marlyn.
Ia kembali melakukan hal yang sama disana, apalagi kalau bukan membuat Marlyn bercinta dengan mulut dan tiga buah jemarinya.
"Oooouuuggghhhh... Steeveee...
I wanna c*m, beibeh!!!
Aaachhh... Aaachhh... Oooouugghhhhh... Ste...ve!!!"
Benar saja, Marlyn pun mendapatkan pelepasan pertamanya dalam keadaan cairan cintanya yang menyembur bebas ke wajah tampan lelakinya. Lalu dengan sigap Steve pun menyeruput yang masih tersisa di daging licin yang makin terlihat mengkilat terkena sinar lampu ruang inap tersebut.
"Uuummmhhhh... Fantastic!!!
Aku selalu suka dengan ketika kau selalu squirt seperti tadi, Honey. Cup... Cup... Cup..."
Steve yang sudah tak kalah menegang itu kembali mengecap dan mengecupi kewanitaan sang calon Isteri hingga Marlyn lagi-lagi mengerang nikmat disana.
Lelaki itu seperti kurang puas dengan apa yang sudah ia perbuat tadi disana. Bahkan dirinya selalu mampu membuat birahi Marlyn melayang tinggi berfantasi liar hingga cairan cinta Marlyn tak hanya meleleh keluar, melainkan juga muncrat seperti mata air yang baru saja di temukan oleh tukang gali sumur!!! (so, can you thing about squirt? ^_^)
Selang beberapa menit kemudian, Steve berhenti dengan kegiatan licking itu. Dia naik ke atas tubuh cantik Marlyn dan dengan berjongkok mulai menggesek-gesekan batang coklatnya disela kedua p******a Marlyn.
Sang wanita pun tak tinggal diam dengan hal itu, ia meremas kuat kedua gunung kembar miliknya dan mulai membuat organ tubuh favorite Kekasihnya itu menjepit kuat sang junior.
"Aaaachhhh... Ini sangat nikmat, Honey!!! Kau selalu tau apa yang aku inginkan. Yeeeeaaachh!!!"
Steve meracau dengan tubuh yang terus maju mundur di sela p******a kenyal Marlyn. Pandangan matanya bahkan tak luput dari wajah cantik wanitanya.
"Maaarlyyynnn... Your mine, beibehhh... Aaachhhh!!!"
Steve sedikit bergetar efek dari junior-nya yang makin menegang. Ia terus dan terus saja bergerak di kedua belahan buah d**a Marlyn dengan mulut yang tak berhenti meracau berbagai kata-kata nikmat dan 'panas'.
"Oooouuughhh... Fucckkk... Yesss... Beibeeehhh... Yeeesss...!!!
Uuuuuchhh...!!! Shiiittt... Wanna fuccckkkingg... Youuuu...honeyyy!!!"
Tak lama kemudian Steve segera bangkit dari posisi berlututnya tadi di ikuti oleh Marlyn yang sudah tau apa dan bagaimana gaya bercinta lelakinya.
Ia menunggingkan bokongnya kebelakang dan sibuk menelungkup seperti seekor sapi yang sedang makan rumput dengan posisi kepala yang memang agak sedikit merunduk kebawah.
Sedang Steve yang masih sedikit menahan pelepasannya itu kini berdiri tepat dibelakang b****g Marlyn sembari memegangi junior yang keras dan panjang. Tanpa menunggu aba-aba dari sang Kekasih, Steve memasukan kejantanannya ke dalam lubang yang sedari tadi sudah ingin ia masuki itu dengan sekali hentakan saja.
"Blessss... Oooouuughhhhh..."
Marlyn pun sedikit melengkuh ketika kewanitaannya terasa penuh dengan kejantanan Steve.
"What happen, Honey? Hemmm...? Do you like it?"
Steve meraih dua buah gunung kembar milik Marlyn sembari sedikit merunduk. Ia bahkan masih asyik meremas daging kenyal itu tanda berniat untuk bergerak dalam diri Kekasihnya dan hal itu benar-benar membuat Marlyn frustasi.
"What are you doing, Honey? Come on!!! Shake your body, pleaseee..."
Marlyn pun akhirnya meracau saat itu juga. Ia sudah sangat tak tahan dan ingin bergerak. Tapi tangan Steve yang melingkar di pinggulnya akibat masih meremas p******a Wanita itu pun terasa seperti sedikit menahan tubuhnya untuk bergerak.
"Hey!!! Pelan-pelan, Honey. Aku ingin kau menikmati percintaan kita ini. Apa kau tak suka junior ku berlama-lama dalam milikmu, hemmm?"
Steve berkata dengan sedikit tersenyum smirk. Ia sangat ingin melihat Marlyn terus meronta kenikmatan dengan cara permainannya yang terkesan seperti sebuah layang-layang yang dimainkan para bocah disebuah lapangan itu, apalagi kalau bukan 'tarik dan ulur'.
Sedangkan Marlyn yang lebih menyukai gaya bercinta yang terus bergerak menumbuk kewanitaannya seperti biji padi yang ditumbuk dalam sebuah lesung, benar-benar mati kutu dibuatnya.
Namun akhirnya apa yang wanita inginkan pun tak lama ia dapatkan juga. Karena setelah puas bermain dengan p******a sang Kekasih dalam keadaan kewanitaan terisi sang junior, Steve Armstrong pun mulai bergerak maju mundur dan kadang memutar.
"Oooouuughhh... Steeeveee... Terrruuusss... Honeyyyy!!! Aaachhh... Yaaa, seperti itu sayanggg... Ayyyyoooo... Laaagiii..."
Marlyn meracau dan berpegang pada sandaran sofa putih polos dioplos diri mereka berdua itu dengan sangat kuat. Dirinya yang sejak dulu tak pernah dimasuki oleh milik orang lain merasa sangat sesak dengan junior milik Kekasihnya yang kadang terasa berkedut dan makin membesar.
Sementara Steve yang juga merasakan lubang merah muda milik Marlyn semakin mengecil, bertambah semangat menambah ritme pergerakannya.
"Honeyyyy... Rasaaanyaaa... Mengapa seperti ini, Sayaanggg? Kau semakinn... Semmmpiiittt...! Nikmaaattt... Oooouuughhh...!!!"
Kedua calon pasangan Suami Isteri itu sibuk bergerak saling memuaskan satu sama lain dengan ber-doggie style ria disana.
Tangan Steve yang bebas pun sibuk meraih kembali p******a kenyal Marlyn dan lagi-lagi meremasnya dengan gemas.
"Aaaagggrrhhh... Sakittt... Steve!
Pelan-pelan!!! Oooouuughhh..."
Marlyn mengeluh sakit namun juga sedetik kemudian kembali meracau kenikmatan. Steve pun tersenyum disana tanpa memperdulikan omongan sang Kekasih. Ia terus meremas gundukan dua gunung kembar yang kadang mampu membuat ia berpenetrasi itu.
"Ennnnaaakkk... Sayaanggg? Heemm? Apa kau suka seperti ini? Apa kita perlu menukar gaya lain, hem?"
Steve terus memompa junior-nya dengan gerakan maju mundur dan kadang berputar. Tak selang berapa lama kemudian lelaki itu berbalik dan membawa Marlyn berada tepat diatas dirinya dengan tak melepaskan kedua alat kelamin mereka.
Kini perempuan berbadan dua itu pun tengah bergerak diatas Steve dengan posisi b****g yang membelakangi laki-laki itu.
"Ooouuughhh... Yesss.... Beibeh! Yessss...!!! I like that, Honey!!!"
Steve berkata sembari mengangkat naik turun b****g bulat sempurna Marlyn yang bergerak diatasnya. Ia dengan semangat membantu wanitanya karena merasa sangat nikmat dengan posisi itu.
Steve merasa dunianya mengecil tiba-tiba dan sesuatu yang tadi hanya berkedut-kedut kini terasa seperti sebuah meriam yang siap untuk menembakkan pelurunya menuju ke titik sasaran.
"Oooouuughhh... Honeyyyy... Fassssteeerrr... Beibehhh.. Yeeeaaachhh... Fuuckkkiiingg... Meeee... Likeee... Thaattt...!!! Oooouuughhh... Yeeesss...!!!"
Steve terasa sudah sangat belingsatan dibawah tubuh indah Marlyn yang bergerak dengan tempo cepat itu. Junior miliknya terasa seperti terjepit di lubang basah wanitanya.
Racauan, erangan bahkan kadang jambakkan disurai coklat gelap Marlyn pun ia hadiahkan untuk kerja keras perempuan yang mampu membuatnya terus kelonjotan dibawah sana.
"Ssssstttt... Aaachhh... Stteveee...
I wan..na... Cuu...ummm... Honeyyyy... Oooouuughhh..."
Marlyn merasa kewanitaannya kini juga berkedut dengan begitu hebat. Bahkan kedua kaki kiri dan kanannya pun ikut bergetar tak kalah hebatnya. Sampai-sampai untuk lanjut bergerak saja ia seperti sudah tak lagi memiliki tenaga, sehingga kini wanita itu sedikit merunduk ke depan dengan kedua tangan bertumpu pada sofa putih polos tadi.
Melihat hal itu, Steve menghentikan sejenak aktivitas menaik turunkan b****g Marlyn. Ia sedikit menggeser tubuhnya kemudian menempatkan sang Kekasih di tempat kosong yang berada pas disebelahnya.
Steve tak ingin memaksakan kehendaknya dengan terus berada diposisi tadi, meskipun hal itu sangat membuat junior-nya terasa akan meledak. Sebab saat ini Marlyn sedang mengandung buah cinta mereka.
Sebagai seorang pria sejati, Steve sangat ingin segera bisa melamar Marlyn agar mereka segera bisa menjadi sepasang Suami Isteri yang sah dimata Tuhan.
Tapi entah kapan hal itu terwujud jika rencana melamar sang Kekasih didepan banyak orang yang baru saja akan ia lakukan kemarin sudah berantakan akibat ulah ceroboh para crew Event Organizer sewaannya.
"Honeyyyy...!!!
Aku akan menikahimu, Sayang. Pasti!!! Itu pasti akan terjadi!!!"
"Jleeeeepppp... Ooouuughhh...!"
Steve membisikkan kata indah itu ditelinga Marlyn sembari sibuk mengarahkan kejantanan miliknya ke lubang nikmat Kekasihnya. Sehingga saat benda tumpul itu masuk kedalam kewanitaannya? Sebuah serangan nikmat terurai keluar dari bibir tipis bergincu merah tersebut hingga terdengar sangat merdu ditelinga Steve Armstrong.
"Enak, Sayang? Kau suka? Lalu bagaimana dengan yang ini, hemmm?"
"Oooouuughhh... Sssteeeveee... Jangan permainkan aku, Sayang!!! Lekaslah bergerakkk... Aku sudah tak tahannnn... Sayanggg... Ayoo... Bergerak!!!"
Steve sekali lagi mengulangi hal yang sama disana. Ia terus saja mempermainkan Marlyn dengan bergerak menghantam keras lubang kewanitaan yang sudah sangat basah itu tanpa berniat bergerak maju mundur atau pun memutar seperti tadi. Hingga Marlyn kini terlihat sangat kesal dengan ulah Steve.
"Hahaha... Sabar, Honey!!! Kau terlihat seperti orang yang tidak makan tiga hari saja. Apa kau sungguh sangat lapar dan ingin memakan ku, hemmm?"
Steve menggoda wanitanya dengan posisi Marlyn yang membelakangi dirinya dan juga sedang ia peluk. Sementara perempuan hamil yang digoda itu? Lagi-lagi harus menahan nafasnya akibat ulah jahil lelaki yang sangat ia cintai.
"Please, Honey! Ayo bergerak. Anakmu sangat ingin merasakan pergerakan Daddy-nya didalam sana. Ayolah, Sayaanggg... Apa lagi yang kau tunggu, hemm?"
Marlyn mencoba menjadi seperti seorang jalang yang merayu pelanggannya. Ia bahkan mengangkat tangannya ke atas dan meletakkan telapak tangan itu dirahang kasar milik Steve yang ditumbuhi bulu-bulu.
"Ssssstttt... Geeeliii... Sayang!!! Kau nakal sekali, eghhh...!!!"
"Oooouuughhh... Shiiittt...!!!"
Steve berkata sembari bergerak kasar menumbukkan batang coklat miliknya. Namun lagi-lagi hal itu hanya ia lakukan sekali dan semakin membuat Marlyn frustasi disana. Hingga saat wanita itu ingin bangkit berdiri menuju ke kamar mandi, Steve yang kelabakan pun akhirnya menuruti semua keinginan Marlyn.
"Oooouuughhh... Fasteeeeerrr... Beibehhh... Aaachhhh... Yesss..."
Steve memeluk sembari bergerak maju mundur dengan sesekali kembali memutarkan kejantanannya disana. Kali ini Steve sangat bersemangat untuk memuaskan dahaga birahi Marlyn yang sejak tadi ia dipermainkan itu.
"Eeenaakkk... Sayanggg... Hemmm... Kau ingin seperti ini? Katakan, Honey!!! Kau ingin aku terus bergerak? Aaachhhh...!"
Steve yang kini memegang kendali percintaan panas mereka itu pun tak kuasa menahan diri untuk tidak ikut meracau seperti Marlyn. Ia bahkan kini merasa seperti akan meledak mana kala Marlyn mengeratkan lubang kewanitaan miliknya seperti sedang menyedot habis batang coklat panjang dan keras itu.
"Oooouuughhh... Honeyyy!!! Semmmpiiittt...!!! Terus seperti ituuuu... Sayaanggg... Aaach..."
Adegan panas yang berlangsung dalam kamar inap rumah sakit itu terasa begitu nikmat terdengar oleh beberapa orang yang tak sengaja melintas didepannya. Bahkan perawat yang tadi berniat untuk memeriksa keadaan Steve pun tak jadi melakukan tugasnya.
Perempuan berseragam putih itu malah ikut mendengar kegiatan panas tersebut dari luar. Hebatnya lagi ia juga mengajak para rekan sejawatnya yang juga tak sengaja melewati bangunan kamar rawat inap yang menjadi tempat terjadinya persenggamaan nikmat Steve dan Marlyn tanpa merasa berdosa sedikit pun.
Terang saja kini didepan pintu bercat putih yang terkunci rapat itu telah berdiri sekitar lima orang kepala sedang menguping, mengomentari bahkan ada yang ikut meracau mana kala suara dari dalam juga terdengar sedang meracau kenikmatan.
"Heiiii!!! Apa kalian semua kerja ditempat ini hanya untuk bergerombol saja? Jika ingin memeriksa keadaan pasien yang ada disana? Mengapa tak masuk saja sekalian, hah?
Bodoh sekali!!!"
Seorang gadis cantik yang baru saja tiba kemarin dari benua Amerika itu kini tengah berkacak pinggang di hadapan para perawat yang berdiri berkumpul didepan pintu tadi.
Ia sedikit berteriak agar para pekerja medis itu mendengarkan ocehannya. Terang saja satu-satu dari mereka pun balik kanan maju jalan dari tempat dimana mereka berdiri tadi dengan berbagai macam gerutuan yang masih bisa terdengar oleh kedua telinga cantik gadis itu.
Shirley Murray. Yah, kini dia lah orang yang tersisa di depan pintu bercat putih, tempat para perawat bergerombol tadi. Ia sedikit kesal mendengar jika wanita-wanita itu mencibir dirinya.
"Dasar manusia bodoh!!!
Seperti tak punya kerjaan saja berdiri di depan kamar inap Kakak ku. Cih, lihat saja nanti. Akan ku adukan mereka pada Manager pengelola rumah sakit ini. Seenaknya saja mencibir ku seperti itu."
Shirley bergumam gusar dengan suara tak lagi tinggi. Ia kemudian bersidekap dan segera membalikkan tubuh cantiknya menghadap ke arah pintu kamar bercat putih itu dengan satu kaki yang sudah melangkah ke depan. Namun sayup-sayup ia mencoba menajamkan pendengarannya.
"Oooooouuugghhhhh... I wanna cuuummm... Honeyyyy... Aaachhhh... Maaarrrlyyynnn... Youuurrr... p***y is amazing!!! Uuuuuchhh... Yesss, Beibehhh... Yessss... Oooouuugghhhhh...!"
"Oh, my Godness. Shiiittt...!!!
She's like a monster in my live.
Wait me, Marlyn. I wanna kill you, one day!!!"
Shirley berkata dengan wajah yang penuh dengan rona merah padam. Ia kemudian mengikuti jejak langkah para perawat tadi dengan terus menggerutu sepanjang jalan.
"Apa pun caranya, Steve harus aku dapat!!! Dia terlahir hanya untuk menjadi milik ku. Lihat saja nanti. Jangan sebut nama ku Shirley jika aku tak bisa memiliki Steve Armstrong sebagai Suami ku, Marlyn Lewis."