EMPAT

3133 Kata
"I Love you, Schatzi! I don't know why? I promise to always make you happy with everything in my life. The one I dreamed of was waking up in the morning by looking at the sweet smile on your face, Schatzi!" ========================= Pedro Davinci memperdalam cumbuan dibibir manis Agatha. Ia semakin b*******h mana kala gadis perawan itu membalas pagutannya. "Eeegggghhhh... Sssssttt..." Agatha mendesah saat telapak tangan Pedro menyentuh gundukan daging kenyal milik nya dari balik lingerie merah muda yang ia kenakan. Pedro sangat bersemangat sekali malam itu. Entah perasaan apa yang muncul dalam dirinya hingga lelaki dengan Klan Davinci tersebut menginginkan pelepasan didalam seorang wanita, mengingat ia selalu mengatakan jijik pada tubuh indah para perempuan. Ia menurunkan tali lingerie yang berada di pundak kiri dan kanan Agatha sembari masih terus b******u penuh gairah hingga semua tubuh bagian atas Miss Stewart itu ter-ekspos. Cumbuan itu kemudian berhenti dengan bibir Pedro yang ia bawa menelusuri sepanjang leher jenjang Agatha. Kecupan kecil nan menggoda ia berikan pada Agatha sembari menyentuh buah d**a kenyal yang sudah tak tertutupi apapun. "Aachhh... Pedro..." lirih Agatha. "Yes, Schatzi. It's me!!!" Perlahan tapi pasti Pedro pun menurunkan ciumannya terus menuju ke p****g p******a Agatha setelah beberapa kali ia memberikan tanda kepemilikan disepanjang leher jenjang gadis perawan itu tadi. Pedro memainkan ujung lidahnya disana, membelai dan kemudian mulai mengisap lembut ujung p******a Agatha. "Ooouuuggghhh..." lengkuh Agatha tak tertahankan. Gadis polos yang tak pernah sekalipun merasakan sentuhan hangat seorang lelaki itu pun sangat terbuai dengan kejadian panas pertama dalam hidupnya. Ia terus menggeliatkan tubuh sempurnanya kala Pedro kian intens memainkan p******a kenyal dan montok dengan ukuran 36/B itu. "Sssssttt... Tubuhmu terasa sangat manis, Schatzi. Bahkan ini terasa sangat pas digenggaman ku." desah Pedro terus memainkan lidah dan telapak tangannya secara bergantian. "Oougghh... Aaachhh...Pedro!" Agatha pun tak habis-habisnya merajai kenikmatan dengan perlakuan intim yang diberikan lelaki itu untuknya. Puas memainkan kedua buah d**a kenyal milik Agatha, Pedro pun menurunkan ciuman mesra nan menuntutnya ke area perut gadis itu. Ia memainkan lidahnya, menjilati kesana kemari seperti seekor kucing yang sedang membersihkan tubuhnya. "Aku akan membuat perut datar mu ini membuncit karena darah daging ku sedang berada didalam nya, Agatha." lirih Pedro dengan suara pelan. Namun telinga Agatha masih mampu untuk mendengar ucap lirih seorang Pedro Davinci tadi, dan gadis itu pun menarik sudut bibirnya keatas sembari mengelus rambut hitam lelaki yang mulai mengisi relung hatinya kini. Sepersekian detik kemudian, Pedro Davinci menurunkan lagi ciuman panasnya hingga ke belahan paha mulus Agatha. G-string merah hati yang senada dengan lingerie Agatha itu pun akhirnya lolos dari sana setelah lelaki bernetra hazelnut, Pedro Davinci membuka dan membuang ke sembarang arah. Kabut gairah pun muncul dengan cepat secepat gerakan kepala Pedro yang sudah mendarat diatas gundukan daging segar dengan bulu-bulu tipis dan halus itu. Pedro yang entah sudah berapa lama tak merasakan tubuh seorang wanita pun dengan rakus melumat, menjilat dan sedikit mengigiti kewanitaan Agatha. "Oooouuggghhh..." Agatha benar-benar merasakan darahnya mengalir ke satu tempat menuju pangkal paha saat Pedro melakukan adegan foreplay tersebut. Gadis itu serasa terbang hingga ke langit tinggi. Ia memejamkan kedua manik biru laut miliknya dengan posisi tubuh terangkat menahan rasa nikmat yang mendera. "Aaaachhhh... Peeddrooo..." Ia kembali mengerang nikmat mana kala Pedro mengulum daging kecil yang ternyata adalah titik G-spot seorang Agatha Stewart. Pedro yang mendengar semua erangan dan lengkuhan Agatha pun makin beringas memainkan lidah dan bibirnya. Sebagai lelaki yang pernah berada di posisi normal sebelum tercoreng oleh sebuah kelainan seksual, Pedro sangat menikmati hal itu. "Sccchaattziii... Nikkkmaattt... Aaachhh... Kau sangat nikmat, Schatzi...!!!" Pedro meracau disela aktivitas panas itu. Ia merasa seperti tersambar puluhan juta volt listrik hingga membuat kejantanannya menegang menuntut sebuah pelepasan. "Ped...rooo... Cuuu... kuuupp... Aaakkkuuu... Aaachhh..." Agatha melengkuh hebat dengan kedua pahanya bergetar. Pedro yang tau jika gadis perawan itu akan mendapatkan pelepasan pertama itu pun semakin menggila mengulum lembah basah itu disana. "Oooouuggghhh...." Erangan panjang pun keluar dari bibir mungil Agatha berserta dengan cairan kental hangat yang ikut membanjiri mulut Pedro. Lelaki dengan tingkat ketampanan bak dewa yunani itu pun menelan habis semua nya tanpa tersisa. "Aaachhh... Schatziii..." Pedro kemudian membuka sisa penutup yang berasa disela kedua pahanya itu. Lalu dengan keadaan sama-sama tak berpenutup, ia naik ke atas tempat tidur dan menatap lekat manik biru laut indah milik Agatha Stewart. "Apakah aku bol..." "Sssssttt... I'll give you everything from where you want to change your fantasy." Agatha kemudian mencium bibir Pedro dengan sangat lembut. Mereka pun kembali saling memangut dan bertukar saliva satu sama lain. Pedro kemudian menuntun kejantanannya untuk memasuki kewanitaan Agatha yang tak belum pernah tersentuh itu. Dia menghentikan aksi pagutan nya dan mengesek batang cokelat itu di lembah basah yang merah berkilau akibat pelepasan pertamanya. "Sssssttt... Pedrooo... Eegghhh..." Agatha melengkuh dan mencondongkan badannya ke depan. Lagi-lagi ia merasa sangat geli sekaligus nikmat secara bersamaan. Perlahan tapi pasti, Pedro pun memasukkan kejantanan yang sudah sangat mengeras itu ke dalam liang basah milik Agatha. "Oooouuggghhh... Saaa... Kiiittt... Peeedddrrooo..." keluh Agatha. Gadis yang akan melepas keperawanannya itu pun terus merintih menahan perih yang berdenyut dari kewanitaan sempit tersebut. "I'm so sorry, Schatzi. I wanna stop it right now." Lelaki dengan Klan Davinci itu tak tega melihat Agatha yang meronta kesakitan. Ia bahkan hendak mencabut kejantanannya dari sana. "No!!! Don't stopped it, dear. You must change your live. I'm here to stay with you. Please...!" Agatha mengiba disela kesakitan yang ia rasakan. Dia benar-benar tak ingin melihat Pedro kembali menjadi lelaki Guy lagi. Ia harus merubah orientasi seksual dalam diri Pedro agar lelaki itu benar-benar kembali normal selayaknya pria lain diluaran sana, berkencan hingga menghabiskan malam dengan menyetubuhi wanita. "Tapi aku tak ingin menyakiti mu. Aku ingin kau menikmati karena ini pertama kalinya untuk mu, Schatzi. Aku juga berharap kau segera mengandung darah daging ku." ucap Pedro Davinci masih dengan posisi rudal yang sudah masuk setengah dalam lubang surga dunia itu. "Jika begitu mengapa kau ingin melepaskannya? Bukankan itu tugas mu untuk membuat ku menikmati pelajaran pertama ini?" ucap Agatha berusaha memberikan senyum cantiknya. Pedro yang merasa Agatha sedang menantang keberanian dalam dirinya pun segera menurunkan wajah dan kembali melumat bibir ranum gadis itu. Secara bersamaan juga ia mendorong pinggulnya hingga seluruh kejantanan keras itu masuk menyeruak ke dalam lembah basah milik Agatha. "Hmmppphhh... Sssssttt..." Lengkuhan nikmat sekali lagi terurai bebas dari bibir mungil Agatha. Begitu pula Pedro, ia mendesis merasakan betapa sempitnya milik Miss Stewart itu. Hal tersebut bahkan sukses membuat Pedro semakin bangga pada dirinya. "Kau milik ku, Schatzi! Hanya milik ku... Ooouughhh..." Pedro kemudian diam sejenak. Ia bahkan belum ingin bergerak sedikit pun. Saat ini yang di lakukannya hanya memandangi wajah cantik Agatha. Gadis yang kini telah memberi keperawanannya pada Pedro Davinci itu memejamkan kedua bola mata, meringis kecil serta mencabik sprei putih seolah mencari cara untuk menghilangkan sedikit rasa perih tersebut. Pedro pun segera melumat kembali bibir Agatha. Ia mencoba membawa wanitanya keluar dari rasa sakit agar permainan panas yang baru saja dimulai itu terasa nikmat untuk Agatha. Pelan-pelan Pedro pun mulai menggerakkan pinggulnya dengan gerakan mainstream maju mundur cantik (waduh, Incess Syar__inih dunk...). Agatha semakin menahan rasa sakit yang menggelora dari dalam dirinya itu. Sedangkan Pedro semakin mempercepat gerakan pinggulnya. Tak pernah sekalipun dalam hidup seorang Pedro Davinci merasakan tubuh seorang wanita senikmat berada dalam kewanitaan Agatha. Bahkan saat ia melepas keperjakaan saat masih duduk di bangku Junior High School bersama sang kekasih, Rihanna Mccartney pun Pedro tak mendapat hal yang sama seperti sekarang ini karena Rihanna ternyata sudah tak perawan lagi. Pedro kemudian melepas pagutan dibibir Agatha. Ia beralih melumat p******a yang sejak tadi ikut bergerak seperti sebuah bola basket yang memantul keatas dan kebawah. "Oouuggghhh... Aaachhhh..." Akhirnya sebuah erangan nikmat keluar dari mulut Agatha. Perempuan itu merasa benar-benar melayang dengan gerakan cepat Pedro. Tak tahan dengan gerakan meliuk-liuk yang terjadi ditubuh Agatha, Pedro pun kemudian menarik perempuan itu untuk berada tepat dipangkuannya. Agatha yang sudah terbakar gelora panas dari percintaan tersebut pun menurut saja dengan keinginan Pedro. Perempuan itu mengalungkan kedua lengannya dileher Pedro dan langsung melumat bibir lelaki itu tanpa menunggu aba-aba lagi. Bahkan Agatha juga berusaha menaik turun pinggulnya seperti yang dilakukan Pedro tadi. Lelaki itu takjub dan segera membuka mata. Pedro ingin memastikan apa yang terjadi pada wanitanya itu hingga saat ini ia sangat menguasai permainan panas mereka. Ternyata, kabut gairah juga sudah tertumpuk dari aura wajah cantik Agatha. "Oooouuggghhh... Come on, dear. Whats are you looking for? Let's shake your body. Aaaachhhh..." Pedro hanya tersenyum mendengar racauan yang sangat indah terdengar di pendengarannya itu. "Oooouuggghhh... You are a smart girl, Schatzi! Let's we finished your first study, Beibeh!" Pedro mendesah dan akhirnya bergerak mengimbangi gerakan memutar Agatha. Erangan, teriakan, desahan, lengkuhan nikmat bersahut-sahutan dalam kamar dengan penerang minim itu. Agatha yang sudah sedikit melupakan rasa sakit akibat sobekan rudal Pedro diselaput darahnya itu pun merasa makin menegang. Tubuhnya bahkan bergetar hebat mana kala Pedro makin intens menghentakkan kejantanannya. "Oouugghhh... Oouugghhh" Sepersekian detik kemudian, Agatha pun mendapatkan multiorgasme-nya. Ia lunglai lemas tak berdaya dipelukan Pedro yang masih terus bergerak disana. Pedro mencium leher jenjang Agatha yang penuh dengan peluh dan dengan rakus meremas p******a kenyalnya. "Hey! Please, wait a moment Mr. Davinci. Do you can't..." ucap Agatha terputus. "I can't, Schatzi! I can't... I can't... and I can't to stop right now!" Racau Pedro Davinci dengan wajah memerah berkabut gairah yang juga menuntut pelepasannya. Lelaki itu pun kemudian menuntun Agatha untuk berbalik dan membelakanginya. Agatha yang seolah paham dengan apa yang diinginkan oleh Pedro pun segera berbalik, merunduk serta menunggingi lelaki itu. "Schatzi!!! Dari mana kau tau aku memintamu melakukan ini hemmm? Apa kau dan Raymon sudah pernah melakukan foreplay sebelumnya?" Pedro bangkit berdiri dan menarik pergelangan Agatha dengan kasar. Gadis yang sudah kehilangan kegadisannya itu pun sedikit terhuyun akibat perbuatan Mr. Davinci tadi. "Apa yang kau lakukan, Pedro. Kau kasar sekali padaku." Agatha menghempas pegangan tangan Pedro lalu ia melipat kedua tangannya di d**a. Secara otomatis p******a ranum dan kenyal milik Agatha itu pun menyembul naik di antara lipatan tangan tersebut. Hal itu sukses membuat Pedro menelan ludahnya beberapa kali sebelum ia sadar akan pertanyaan yang belum Agatha jawab tadi. "Cepat jawab pertanyaan ku, Schatzi!!! Kau dan Raymon sudah pernah melakukan foreplay sebelumnya bukan?" Pedro bertanya pada Agatha dengan sebuah pertanyaan yang sangat menyudutkan gadis itu tanpa memikirkan seperti apa rasanya membangkitkan sebuah luka lama. Agatha terdiam dan masih tetap menatap ke dalam netra hazelnut milik Pedro Davinci. Ia mencari sebuah jawaban tentang alasan lelaki itu bertanya hal yang jelas membuat dirinya kembali sakit. Tak lama kemudian Agatha bergegas turun dari tempat tidur milik Pedro, memunguti pakaiannya lalu secepat kilat masuk ke dalam toilet yang berada didalam kamar tidur itu. Pedro mematung, diam ditempat beberapa saat lalu mulai menggerutu dan merutuki betapa ia sangat bodoh. Bisa-bisanya ia bertanya sesuatu yang sangat sensitive seperti itu disaat mereka sedang berhubungan intim seperti tadi. Terlebih lagi dia belum mendapatkan pelepasannya. "Stupid!!! You are very stupid man, Pedro!" gumam lelaki tampan itu. "Ceklek..." Pintu toilet pun terbuka, ia melihat Agatha keluar dari sana dalam keadaan rambut yang basah, mata dan hidung sedikit memerah, serta aura wajah suram tak terbendung. "Schatzi ku menangis? Oh my Godness! Lelaki macam apa aku ini? Bagaimana perut datar itu akan membuncit dan memberi banyak keturunan Davinci jika aku tak segera menanamkan benih ku disana?" batin Pedro. Saat itu juga, Agatha segera berjalan menuju pintu kamar tanpa menoleh ke arah Pedro sedikit pun. Sedangkan Pedro yang panik melihat aksi Agatha tersebut pun segera melangkahkan kakinya menyusul kepergian sang pujaan hati. "Schatzi!!! Kau mau kemana, Sayang? Tunggu aku, please!" Pedro setengah berteriak memanggil nama kesayangan yang ia berikan pada Agatha sembari sedikit berlari menuruni undakan anak tangga berlantai marmer di Mansion tersebut. Ia bahkan sudah tidak memperdulikan keadaan dirinya yang masih polos tanpa sehelai benang pun. Agatha yang sudah turun ke lantai dasar itu pun segera berlari menuju ke arah pintu utama Mansion dan berniat hendak pergi meninggalkan Pedro berserta seluruh kilasan kejadian yang terjadi diantara mereka. Namun sayang seribu sayang, pintu Mansion tersebut ternyata terkunci dan Agatha tak menemukan sebuah anak kunci pun disana. "Oh, s**t!" umpat Agtha kesal. Derap langkah kaki Pedro kemudian terdengar dari belakang tubuh Agatha yang masih memaksakan diri membuka pintu Mansion itu. "Mungkin Mommy yang mengunci pintunya, Schatzi. Kau mau kemana?" Pedro bertanya pada perempuan cantik sang pujaan hati yang masih berdiri membelakangi dirinya itu dengan suara lembut tanpa kekasaran seperti tadi. Agatha lekas-lekas menghapus kedua bulir air mata yang lolos dari pelupuk netra biru lautnya. Jujur saja, saat ini ia ingin sekali kembali memeluk tubuh hangat Pedro dan bersandar di d**a bidang lelaki itu. Hanya saja ia terlalu sakit mendengar dan menerima kekasaran yang Pedro lakukan terhadapnya barusan. Terlebih lagi, Pedro seolah menjudge dia adalah perempuan jalang karena hal sepele yang ia pelajari secara otodidak saat ia menonton blue film dan juga membaca cerita-cerita dewasa sebagai salah satu bentuk pelajaran untuknya dulu. "Schatzi!!! Maafkan aku, Sayang." Pedro berucap sembari mendaratkan pelukan hangatnya ke tubuh sempurna Agatha Stewart. "Lepaskan aku, Pedro. Aku ingin pergi dari sini. Tolong buka pintu ini sekarang!!!" ucap gadis itu dengan suara sedikit bergetar. Pedro tersentak mendengar nada bergetar yang keluar dari pita suara Agatha. Ia segera membalikkan tubuh perempuan itu dan dengan cepat memeluknya erat. "Lepaskan, Pedro. Lepas...!!! Aku bukan perempuan jalang seperti yang kau pikirkan. Jadi lepaskan pelukanmu dan biarkan aku pergi. Aku janji tidak akan menemui atau mengganggu kehidupan mu. Aku janji!!!" isak Agatha dalam pelukan Pedro Davinci. Tubuh tegap dengan d**a bidang yang sedang memeluk Agatha itu menegang seketika. Bagaimana bisa ia membiarkan perempuan sesempurna Agatha pergi begitu saja sementara hati dan tubuhnya telah tak merelakan hal tersebut. "Schatzi!!! Aku mengaku bersalah dan tolong maafkan aku, Sayang. Aku hanya kaget saat melihat mu sudah pandai mengimbangi permainan kita tadi. Aku takut jika ternyata Ray..." ucap Pedro terputus. "Aku tak pernah seperti ini dengan Raymond Walcott atau lelaki mana pun selain kau, Pedro. Semua adegan itu aku lihat dalam film dan juga cerita dewasa. Apa hal itu juga termasuk sebuah kesalahan? Lalu bagaimana dengan mu yang selalu bersentuhan dengan tubuh Pria itu, hemmm?" Agatha menjelaskan sekaligus bertanya sebuah pertanyaan yang sungguh sangat menohok hati seorang Pedro Davinci. Lelaki itu bahkan termangu seperti orang bodoh dan t***l dengan tubuh yang masih memeluk erat Agatha. Sekali lagi Pedro coba mencerna ucapan sakratis Agatha yang memang adalah sebuah kebenaran atas sebuah fakta memalukan dalam hidupnya. "Ak.. Aku..." "Sudahlah, Pedro. Aku berusaha memahami dan ingin merubah fantasi liar mu agar kembali seperti lelaki normal lainnya. Tapi jika pengorbanan ini hanya sia-sia serta kau berusaha menciptakan sebuah pertengkaran agar aku pergi menjauh, maka kau tak perlu repot-repot melakukannya. Aku akan segera pergi dari hidup sempurna mu." Agatha berkata panjang lebar dengan air mata yang terus berlinang dalam dekapan Pedro. Lelaki itu pun segera melepaskan pelukan tersebut dan menangkup wajah Agatha dengan kedua telapak tangannya. "Aku yang salah, Schatzi. Aku mungkin hanya sedikit jealous dengan kenyataan bahwa Raymon adalah lelaki pertama dalam hidupmu." ucap Pedro menatap Agatha sendu. Agatha membuka lebar kedua kelopak matanya dan langsung bersibobok dengan manik hazelnut Pedro. Ia kemudian memicingkan netra biru laut miliknya, seolah ingin kembali menerjang lelaki yang berada di depannya itu. "Dengar baik-baik ucapan ku kali ini Mr. Davinci. Raymon Walcott mungkin saja adalah lelaki pertama yang pernah menjalin suatu hubungan dengan ku. Tapi dirimu? Kau adalah lelaki pertama yang pernah menyentuh tubuhku dan sekali lagi aku pertanyakan, Apa bedanya kau dan dia?" Agatha lagi-lagi bertanya sesuatu yang mampu membuat otak seorang mafia perjudian dan pemilik casino di beberapa negara besar itu pun diam tak berdaya. Ia membelai wajah cantik Agatha dengan jemari tangannya dari pelupuk mata hingga turun menuju ke leher jenjang putih dan mulus tak bercela itu. Agatha kemudian memejamkan kedua mata, menarik nafas panjang dan merasakan getaran hangat yang tiba-tiba saja kembali terjadi dalam dirinya. Entah apa kata seorang Pedro padanya nanti, ia sudah tak ingin peduli lagi karena saat itu juga Agatha langsung menyambut belaian tangan lelaki tampan tersebut dengan mendaratkan ciuman panasnya di bibir sang Mafia. "Sssssttt... I thing I love you, Schatzi!!!" Pedro Davinci berbisik disela ciuman panas dari Agatha. Lelaki itu lantas menggendong pujaan hatinya dengan bibir masih saling memagut. Ia merebahkan Agatha diatas sofa panjang ruang tamu dan langsung naik ke atas tubuhnya tanpa menunggu persetujuan dari gadis itu lagi. Perlahan tapi pasti Pedro kembali menelanjangi Agatha yang semakin liar membalas ciumannya. Ia bahkan merobek lingerie merah jambu itu hingga pakaian sexy tersebut menjadi barang tak layak pakai lagi. Pedro sengaja melakukan hal tersebut pada Agatha agar gadis bernetra biru laut nan cantik jelita itu tak dapat lari lagi saat terjadi kesalahpahaman diantara mereka berdua. Sedangkan Agatha yang kesal karena lingerie kesayangannya dirusak oleh Pedro pun hanya bisa memukul manja lengan kekar nan berotot lelaki itu. Mereka kemudian kembali bercinta dengan panasnya diruang tamu bergaya classic mediterania itu. Banyaknya patung pajangan koleksi Mrs. Selera Davinci, Ibu kandung Pedro yang terdapat di sana bahkan membuat Agatha merasa seperti sedang bercinta di Museum Madame Tussauds yang terdapat di kota mereka berpijak saat ini, London. Sebuah pelepasan diraih Agatha mana kala Pedro memasukkan kejantanannya ke dalam kewanitaan basah nan licin itu setengah jam kemudian. Sedangkan Pedro yang masih belum mendapatkan penetrasian dalam dirinya itu pun kian getol mencoba beberapa gaya bercinta yang ada dalam buku kamasutra dengan tujuan agar Agatha tau dan menikmati percintaan mereka. Setelah puas ber-doggie style ria dengan panas, akhirnya Pedro Davinci pun ambruk diatas punggung Agatha dan tak lupa menembakkan sel telurnya di dalam rahim perempuan yang kini mampu membuat lelaki itu berulang kali mengucapkan kata cinta dan tentu saja kata-kata tersebut adalah penggambaran rasa cinta yang Pedro rasakan dalam hari kecilnya. Pedro membalikkan tubuh sempurna Agatha dan membawa nya ke dalam dekapan hangat penuh cinta. "Schatzi, Aku ingin kau menuruti permintaan ku yang satu ini dan jangan menolak karena aku sangat tidak suka sebuah penolakan." Pedro membuka suara setelah menetralisir nafasnya yang sempat terengah-engah akibat pergumulan nikmat tadi. "Katakan saja, Pedro. Jika aku rasa permintaan mu itu masuk akal maka akan aku kabulkan saat ini juga." Agatha berkata dengan lembut dan menghadiahkan Pedro sebuah senyuman indahnya. "Aku ingin kau berhenti bekerja dan segera menikah dengan ku, Schatzi. Berhentilah bekerja memberi pelukan hangat mu ini pada siapa pun lagi kecuali padaku, Suami masa depan mu." Pedro berkata dengan menatap tajam manik biru Agatha. Ia sangat berharap jika wanitanya benar-benar menututi apa keinginannya. "Aku tak ingin berhenti kerja sekarang, Pedro. Lagi pula bukan kah itu hanya sekedar memeluk saja, tidak yang lain seperti kita saat ini bukan?" Agatha mengajukan pemikiran yang bersarang di kepala cantiknya itu. "Please, Schatzi!!! Aku bisa memberikan apapun yang kau inginkan di dunia ini. Katakan padaku, apa keinginan terbesar mu, hemmm??? Aku akan mengabulkan nya asal kau berhenti memeluk banyak lelaki dan membuat ku frustasi, Schatzi." Pedro makin mempererat pelukannya. Ia sedang membayangkan seperti apa masa depan mereka nanti ketika menikah. "I don't need money on my mind, Mr. Pedro Davinci!!! I'm happy without much money in my live but maybe I just need love, right now. Just love!!! Can you give it to me?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN