Tidak ingin berdebat di pagi hari, bangun dari duduk dan berjalan tanpa menghiraukan Alex. Aku masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan tubuh, mencoba untuk bersiap untuk pergi bekerja. Setelah selesai membersihkan tubuhku dan juga mengenakan seragam bekerja keluar dari kamar mandi dan melihat Alex sudah membereskan tempat tidur.
Tanpa mencoba berbicara lagi kepadaku, Alex bergegas pergi melewati diriku masuk ke dalam kamar mandi tanpa kata, meski Kami sempat bersitatap satu sama lain, sebelum dia masuk ke dalam kamar mandi. Dia membuatku tidak percaya jika pria yang saat ini sudah masuk ke dalam kamar mandi terdiam tanpa protes lagi.
Mengingat Masih ada sisa makanan tadi malam aku mencoba untuk menghangatkannya kembali untuk kami sarapan di pagi hari, terlihat Alex sudah selesai membersihkan tubuhnya dia tampak jauh lebih segar dari sebelumnya, hingga duduk di alas tikar dan aku menyiapkan sarapan seperti hal layaknya seorang istri menyiapkan sarapan untuk suaminya. Terasa begitu tidak asing hingga aku tertegun setelah melakukannya.
"Apakah masih layak untuk dimakan?" tanya Alex.
"Kau ini, memangnya ani makanan apa? Kalau bukan makanan dari sebuah restoran tentunya ini tidak akan layak untuk dimakan, tapi sepertinya kualitas bahan makanannya bisa dan cukup jauh lebih baik sehingga tidak perlu khawatir meski sudah dihangatkan olehku," jelas Ku.
"Yaya, habiskanlah sarapanmu setelah itu pergi bekerja!" tegas Alex.
"Kau juga harus pergi, memangnya harus tinggal di sini terus," balas Ku.
"Tentu saja, aku tidak mungkin berdiam diri di sini seorang diri tanpa pemilik rumah. Lagi pula aku juga harus bekerja," balas Alex.
Tanpa menanggapinya aku memakan sarapan bagianku dan membiarkan Alex juga memakan sarapannya. Setelah bersiap aku dan Alex berpisah setelah aku pergi ke tempat kerjaku, begitupun dengan Alex berpisah di gerbang depan setelah kami saling berpamitan. Terasa begitu menyenangkan ketika ada seseorang yang dapat mengantar diriku pergi ke tempat pekerjaan.
Tidak jauh dari saat aku masuk ke perusahaan, ada Eva melambaikan tangannya menyapa, aku hanya bisa mengangguk membalas sapaannya dan pergi ke ruangan dimana aku bekerja terlihat sudah begitu banyak anggota di Kru ku yang sudah mulai bekerja.
"Hari ini deadline, ada audit yang memeriksa setiap bagian pekerjaan. Kita harus bersungguh-sungguh dan tidak boleh ada barang yang tertinggal apalagi yang tidak bisa diproduksi oleh mereka. Katanya audit kali ini adalah penentu berjalannya Perusahaan kita," jelas ketua outfit yang menangani setiap laporan dari pekerjaan kami kepada HRD dan dia lah penentu pekerjaan kami dengan hasil yang sangat baik.
Dibalas anggukan oleh kami, setelah meeting berakhir kini kami kembali ke pekerjaan masing-masing dengan diriku juga bekerja di bagian kuku atau setengah hari saat kami sedang di sibukkan oleh pekerjaan. Ada seorang pria berjalan menghampiri kami terutama berdiri tepat di hadapanku. Meski aku tampak menyadari adanya dirinya, tapi aku tetap fokus dengan pekerjaanku tanpa mencoba untuk menghiraukannya apalagi sampai menyapa dirinya.
Cukup lama dia berdiri disana tanpa berbicara ataupun melakukan hal lebih, selain memperhatikan cara kerja aku hingga saat jam istirahat berbunyi aku yang masih memiliki beberapa pekerjaan mencoba untuk menyelesaikannya sebelum pergi beristirahat.
"Sebaiknya Kau, utamakan urusan perutmu itu. Agar pekerjaanmu yang baik ini tetap berjalan dengan sangat lancar!"
Kali ini pria dengan pakaian rapih itu berbicara kepadaku dengan sangat tegas membuatku tersenyum tipis dan mengangguk membenarkan ucapannya. Tapi tetap saja pekerjaan sudah selesai hingga membuatku tersenyum bersemangat dan berpamitan kepada pria itu untuk pergi makan siang ke kantin.
"Siapa yang sudah memperhatikanmu itu sepertinya pria tampan dengan jas warna hitam itu adalah audit?" tanya teman Ku.
Pertanyaannya membuatku tertegun membenarkan dugaannya, bisa saja itu semua adalah benar apalagi cara berpakaian dan juga berbicaranya cukup meyakinkan jika dia adalah seorang audit yang memang sedang bertugas untuk mengamati segala pekerjaan yang berada di perusahaan.
Tidak ingin terlalu jauh terpikirkan tentang hal itu, aku memilih untuk makan setelah antri yang begitu panjang membuat perutku berbunyi sepanjang istirahat. Setelah puas dengan makan siangku aku bergegas pergi kembali ke tempat bekerja duduk di bawah meja hingga aku membuka layar ponselku, ada beberapa panggilan telepon tak terjawab di sana.
"Siapa yang menelpon ku tanpa henti sedari tadi?" gumam Ku.
Terlihat kontak nama yang tertera bertuliskan nama Alex. Mengetahui bahwa itu panggilan telepon darinya, aku memilih untuk mengabaikannya dan bermain game seperti yang biasa kulakukan untuk menghabiskan sisa waktu istirahatku, beberapa teman satu KRU ku, mereka berbincang satu sama lain seperti biasa membicarakan tentang pria pria tampan yang bekerja di sana sebagai mekanik bagian mesin yang begitu terkenal ada 1 pria tampan di sana.
Meski aku tidak tahu pria yang mana yang mereka bicarakan, tapi aku sama sekali tidak tertarik akan hal itu melainkan yang ada di dalam pikiranku adalah bekerja menghasilkan uang dan dapat menghidupi putriku dengan sangat baik.
"Kau di sini, kemari lah ada hal yang harus kita lakukan setelah aku melaporkannya ke ADM!" seru Eva berjalan menghampiriku.
"Bagaimana, apa hasilnya?" balas Ku.
"Kau hanya perlu mengisi data dan mendaftar ulang,' jelas Eva.
Kali ini aku sangat bersemangat hingga pergi bersama Eva berjalan ke Office di mana di sana ada seorang wanita yang sedang menyalakan komputernya tersenyum tipis menyambut kedatangan aku dan Eva.
"Kenapa Cha, kamu mau mengganti nomor rekeningmu?" tanya Maya yang bekerja di bagian office sebagai pendata karyawan.
"Ya, aku awalnya ingin memblokir. Tapi sepertinya tidak perlu Bisakah aku mengganti buku rekening ku mendaftar di perusahaan?" tanya Ku.
"Tentu saja bisa, tapi alasannya apa yang terjadi dengan rekening mu yang lalu?" tanya Maya.
"Sebenarnya ATM ku ditahan oleh keluargaku, tapi aku merasa tidak setuju akan hal itu dan memilih untuk mendaftarkan ATM baru ke perusahaan ," jelas Ku.
"Ya ampun, ada hal yang sangat rumit seperti dirimu ya. Baiklah aku akan melakukannya, Kau hanya cukup mengisi formulir ini dan aku akan membuatkan ATM baru untukmu," ucapan Maya begitu menyenangkan membuat kita tampak bersemangat kali ini.
Hingga aku menyelesaikan formulir yang dia minta untuk diisi olehku, hingga kami juga sesekali berbicara berbincang layaknya seperti sebuah pertemanan yang baru saja dijalin antara aku dengan Maya.
Memang seharusnya aku dengannya begitu canggung, dimana jabatannya jauh lebih tinggi dariku bahkan sangat jauh sehingga aku hanyalah seorang operator di perusahaan.
"Baiklah, karena sudah diisi dengan sepenuhnya. Hari ini juga aku akan membuatkannya tunggulah nanti sore aku akan memberikan buku tabungannya aja beserta dengan atm-nya. Lain kali kau jaga baik-baik nyawamu ini. Bukankah gajimu itu sudah lumayan besar jika hanya untuk membeli beberapa pakaian bahkan lebih," ucap Maya dengan senyumnya yang begitu cantik membuatku tersenyum mengangguk membenarkan apa yang dia katakan.
"Ya ya, aku tahu kau mau mengatakan bahwa aku masih saja mengenakan pakaian itu itu balas Ku.
"Hahaha, mana berani aku mengejek mu. Aku hanya memberimu saran lagi pula memang benar kan gajinya itu cukup besar, jika hanya untuk berfoya-foya menyenangkan diri sendiri mu saja. Jangan terlalu berfokus untuk kepentingan orang lain terlebih dahulu meskipun ada seorang anak di dalam kehidupan, kita tetap saja kita harus memberikan waktu untuk diri sendiri tanpa harus memikirkan orang lain menjadi poin utama di dalam kehidupan kita," ujar Nya.
Aku mengangguk membenarkan apa yang dikatakan oleh Maya memang cukup masuk akal, hingga aku berpamitan kepada nya, setelah berbincang cukup lama hingga kembali ke ruang kerjaku. Teman-teman yang sudah tahu kalau aku pergi ke office mereka hanya bisa tersenyum dan mencoba mendukungku apapun yang terjadi. Hingga mereka sama sekali tidak pernah mempersulit pekerjaanku, sampai sekarang Abi yang bekerja sebagai outfit di grup kami.
Dia hanya bolak-balik memberikan bahan dan barang untuk kami kerjakan, meski sesekali kami selalu menggodanya yang seperti sebuah setrikaan bolak-balik keluar masuk dari gedung. Terlihat bagi kami pekerjaannya begitu sangat ringan tapi dia memiliki tanggung jawab yang sangat besar ketika harus melaporkan segala hal yang bersangkutan dengan barang-barang yang berkualitas untuk perusahaan.
Tidak ada pekerjaan yang begitu mudah dilakukan selain kita yang melakukannya dengan sepenuh hati tanpa merasa hal itu adalah membebani kita. Ucapan itu, selalu aku gunakan untuk penyemangat setiap kali aku bekerja di mana ketua memang selalu mengatakannya setiap kali meeting bersama di pagi hari. Saat jam pulang aku kini sedang membersihkan meja bekerja ku hingga dihampiri oleh Maya yang sama sekali tidak kuduga dia akan datang menghampiriku datang ke ruangan tempatku bekerja.
"Nih pesananmu sudah datang! Jangan lupa untuk menjaganya, lagipula sebentar lagi bukankah gajimu akan turun, bagaimana kalau kita pergi bersenang-senang nanti?" tanya Maya.
"Bisa ku pikirkan lagi, tapi sepertinya aku belum bisa jika akhir-akhir ini karena aku harus menemui anakku di kampung. Sudah lama juga aku merindukannya," balas Ku.
"Baiklah, kau memang mamah muda yang begitu menyenangkan untuk anaknya. Jangan lupa pulang aku akan ke office lagi dan bersiap untuk pulang." Maya berpamitan dan pergi setelah kubalas dengan anggukan ucapannya.
Tidak lupa juga aku berterima kasih kepadanya yang sudah membantuku membuatkan buku rekening baru, hingga dapat membuatku merasa lega dan tenang saat buku rekening dan sebuah ATM berada ditanganku kali ini. Setelah membereskannya aku mengenakan tas selempang ku, termasuk memastikan semua sudah aku matikan terutama mesin yang ku pakai.
Ada Abi outfit yang selalu pulang paling belakang, dia menanyakan tentang mesin ku yang seharusnya sudah ku mati kan, kubalas dengan anggukkan, dia tersenyum tipis dan sepertinya Abi kembali memeriksa ruangan bekerja kami memastikan semua sudah dimatikan dan baik-baik saja. Dia juga pemegang kunci di ruangan kami hingga aku dan Abi keluar bersamaku berbincang seperti hal layaknya pertemanan yang sudah sangat lama.
Padahal dia jauh lebih awal bekerja dibandingkan diriku tapi dia tidak pernah memilih milih tentang pertemanan hingga membuat kami semua merasa nyaman berada di tempat bekerjanya. Saat berada di depan gerbang aku melihat Eva yang sudah dijemput oleh suaminya dan aku juga sempat melihat Riana yang menatapku dengan tajam tampak tidak menyukai kepadaku dia memang tidak pernah mencoba untuk bersahabat denganku meski hanya sebuah tatapan saja.
Berjalan perlahan bersama dengan orang lain yang juga berjalan kaki untuk sampai di rumah kontrakan aku yang tidak jauh dari tempat di mana aku bekerja, terlihat sebuah mobil terparkir di sana sudah kuduga Jika seorang Alex memang tidak pernah memiliki waktu sibuk melainkan dia selalu menghampiri ku.
Tapi saat kulihat itu bukanlah mobil Alex melainkan mobil pemilik rumah kontrakan yang biasa terparkir di sana.
"Kenapa aku terpikirkan tentang dia? Bukankah seharusnya aku senang dia tidak ada disini apalagi sampai menggangguku," ucap Ku dengan sangat senang.
Hingga aku masuk ke dalam rumah terlihat rumah yang begitu sangat sepi apalagi tadi malam dan juga tadi pagi, ada seorang Alex yang menemaniku meski hanya pertengkaran yang kami lakukan membuatku merasa sedikit berharap jika datang ke kontrakan ku setidaknya hari ini begitu sangat menenangkan. Hingga aku harus beristirahat lebih awal gumamku setelah aku membersihkan tubuh keluar dari kamar mandi dengan wajah cerah ceria.
Aku sempat keluar juga melihat tempat dimana Ibu kontrakanku rumahnya begitu sangat ramai ada banyak keluarganya sedang berkumpul di sana Titik tanpa mencoba untuk mengganggu mereka aku memilih untuk berada di dalam kontrakan menghabiskan sisa waktu di sore hari bermain game hingga ku tertidur lelap tanpa teringat akan hari dan waktu Saat aku terbangun kembali sudah jam 6 pagi.
"Astaga ... Rasanya baru juga aku tertidur. Tapi ternyata sudah siang saja lagi," gumam Ku.
Seketika aku terdiam melihat layar ponselku bahkan tidak ada pesan sama srkali dari Alex yang selalu tiap waktu mengirimi chat padaku. Tapi setelah kemarin dia menelponku tapi tak sempat aku angkat, dia tidak ada kabar bahkan tidak datang ke kontrakan.
"Ada apa dengannya?" gumam Ku.
Meski awalnya aku sempat terganggu saat Alex selalu menggangguku setiap hari tapi saat tidak ada dia apalagi sebuah chat pun tidak ada. Membuatku merasa khawatir akan dirinya hingga setelah aku membersihkan tubuhku bahkan sudah bersiap untuk pergi ke tempat bekerja sambil sarapan pagi bersama dengan putri pemilik kontrakan makan bersama dengan gadis kecil mungil di sampingku.
Tapi aku masih terpikirkan tentang Alex yang sama sekali tidak memberi kabar kepada ku.
"Kekasih pura-pura apanya, dia bahkan sama sekali tidak ingat untuk mengirim sebuah chat kepada aku benar-benar menyebalkan," gerutu batinku.
"Apakah Kakak sedang menunggu seseorang untuk menelponmu?"
Pertanyaan gadis kecil di sampingku membuatku terkejut, aku lupa jika kali ini tidak sedang di kontrakkan ku melainkan di rumah Ibu kostan dan sarapan pagi. Aku hanya tersenyum tipis menanggapi pertanyaan nya, hingga menghabiskan sarapan dengan cepat.
Sepanjang perjalanan masih terpikirkan tentang keadaan Alex tapi tetap tak kuhiraukan hingga masuk ke perusahaan dan memulai pekerjaan lagi seperti biasa pekerjaanku. Begitu banyak bukan hanya aku saja tapi teman teman satu pekerjaan ku juga memiliki pekerjaan yang begitu menumpuk hingga membuat kami sibuk satu sama lain termasuk Abi yang begitu aktif bolak-balik keluar masuk gedung.
Kami tidak habis pikir dengan kemampuan nya yang begitu cerdas sesuai dengan pendidikannya, bekerja sambil berbincang dan bercanda sering dilakukan oleh kru kami. Aku hanya membalas dengan senyuman dan gelak tawa yang membuat pekerjaan kami sedikit ringan dan mudah dikerjakan tanpa terbawa suasana kesibukan dapat membuat kami bahwa pekerjaan adalah hal yang sangat menyenangkan.
Makan siang sengaja aku mempercepat makan siangku, sebenarnya aku berencana untuk menelpon Alex. Meski sangat enggan untuk melakukannya tapi itulah rencana ku kali ini sekalian juga bukankah ada rencana diantara kami untuk kembali setelah aku mendapatkan gaji ku untuk ke rumah bersama lagi. Tanpa Alex aku takut tanteku tidak akan membiarkan aku bersama dengan putriku maka dari itu aku berniat untuk menelpon nya hari ini.
Tapi saat aku duduk di bawah meja saat kulihat layar ponselku sudah ada panggilan masuk, bahkan membuatku tampak senang dan bersemangat kali ini. Ketika sebuah nama Alex yang melakukan panggilan telepon kepadaku kau baru ingat menelponku.
"Ada apa?"
Meski aku merasa senang dia meneleponku tapi aku tetap menutupi wajah bahagiaku dengan bersikap acuh kepada nya. Sedikit tidak adil, tapi memang menyenangkan setiap kali bersikap seperti itu kepadanya.
"Bukankah seharusnya kau mengucap salam kepadaku? Bukannya malah menggerutu," protes Alex.
"Hmm, assalamualaikum. Ada apa?" balas Ku.
"Kamu tidak mau merawatku kah?" tanya Alex.
"Untuk apa?" balas Ku.
"Setelah pulang dari kontrakanmu, aku sakit sampai tidak masuk bekerja. Sepertinya karena kamu merutuki ku sepanjang hari," jelas Alex.
"Kau sakit, mana mungkin? Tubuh sekekar itu bisa sakit?" protes Ku.
"Kau ini ... Datang ke rumahku dan rawat aku sebagai bayaran atas bantuanku!" tegas Alex.
"Hah, rumahmu? Aku tidak tahu dimana ...."
"Aku akan mengirim alamatnya," sela Alex tanpa menunggu ucapanku selesai dia menutup panggilan telponnya dan membuatku terdiam.
Tidak pernah terpikirkan olehku, jika pria dengan tubuh kekar nya itu bisa sakit begitu saja terpikirkan tentang apa yang dilakukan oleh Alex kemarin, melakukan panggilan telepon kepadaku hingga tidak sempat aku menjawabnya. Mungkin saja dia ingin mencoba untuk memberi kabar tentang dirinya tapi dengan kekerasan kepalaan yang begitu kuat mencegahku untuk menghubunginya. Apalagi sampai menanyakan tentang kabar dirinya.
Hingga sampai Alex memberitahu tentang kondisinya pun aku tetap bersikap acuh meski tahu kalau dia saat ini sedang tidak baik-baik saja. Bahkan sakit karena ulahku pergi sepanjang hari ke rumah Umi ya hingga kehujanan. Saat tersadar sebuah pesan masuk ke ponselku hingga sebuah alamat tertulis di sana yang dikirimkan oleh Alex.
Mencoba untuk menyelesaikan semua pekerjaanku dengan sangat cepat hingga Aku tidak sabar untuk segera pulang dan melihat kondisi Alex yang membuatku tampak penasaran akan keadaannya. Saat aku sedang membereskan meja bekerja aku bergegas aku kenakan tas selempang namun Abi berjalan menghampiriku.
"Kau sepertinya sangat terburu-buru sekali hari ini? Apakah ada sesuatu hal yang membuatmu harus pulang lebih awal?" tanya Abi.
"Ya aku harus menjenguk seseorang temanku sedang sakit sepertinya cukup mengerikan penyakitnya," jelas Ku.
"Pantas saja kamu menyelesaikan pekerjaan dengan sangat cepat. Baiklah berhati-hatilah di jalan jangan lupa juga matikan mesin mu. Jangan sampai ada yang terlupakan."
Pesan Abi dibalas anggukan olehku dan aku sudah memastikan semua mesin yang ada di sana sudah dipastikan padam. Bergegas menyiapkan tanda kehadiranku hingga pulang, aku berjalan keluar dari gedung dan berdiri di depan gerbang. Saat aku berjalan bergegas agar sampai di kontrakan suara bunyi klakson mobil mengejutkanku dari arah belakang hampir saja aku terjatuh. Namun tertahan saat tanganku menyentuh kerasnya tembok dinding jalan beton milik perusahaan.
"Mengejutkanku saja, siapa yang dengan sombongnya menyalakan klakson di depanku," gerutu Ku.
Aku melihat Alex berada dihadapanku dengan senyum nya dia memintaku untuk bergegas masuk ke dalam mobil. Mengerutkan dahi tidak percaya apa yang kulihat hingga aku masuk ke dalam mobil dan menatap tajam kearah Alex mobil melaju dengan kecepatan sangat pelan . Hngga membuat kami memiliki waktu untuk berbicara.
"Apa yang kau lakukan ini, bukankah kau mengatakan kalau kau sedang sakit? Tapi kau malah membawa mobil sampai menjemputku," protes Ku.
"Jika kau tidak percaya, pegang lah dahiku ini, mesti aku sudah mengirimkan alamat kepadamu tapi aku tidak percaya kau dapat datang dengan cepat dan tepat waktu ke rumahku. Apalagi dengan daya ingat mu yang begitu lemah itu," jelas Alex
"Apanya yang daya ingat ku begitu lemah. Kau saja yang sedang menipu ku, kau berpura-pura sakit jika tidak orang sakit tidak mungkin masih sanggup membawa kendaraan hingga sampai ke sini," protes Ku.
Alex menghentikan kendaraannya hingga dia menatap tajam ke arahku dan menarik tangan kananku, hingga menyentuh dahinya yang begitu sangat panas membuatku tertegun tapi apa yang dia lakukan membuat detak jantungku berdetak begitu kencang berhadapan dengannya. Dengan jarak yang sangat dekat bibirnya yang begitu pucat dan mata sayu memang sangat jelas, apalagi setelah kusentuh dahinya terasa begitu panas.
Untuk memperbaiki perasaanku, aku melepas tangan yang menempel di dahinya dengan sangat cepat.
"Kalau begitu kenapa kamu malah membawa kendaraan? Apakah mau mencelakai ku karena orang sakit membawa mobil?" protes Ku.
"Kau tenang saja, akan jauh lebih berbahaya jika kamu malah tidak tahu alamatku sampai-sampai aku harus mencarimu dan akan sangat merepotkan diriku," ucap Alex.
Memang ada benarnya apa yang dikatakan oleh Alex tentang daya ingatku yang begitu lemah dan buta arah sesuai apa yang dikatakan oleh dirinya tentang kemampuanku yang sangat lemah itu.
Meski aku tidak menerima dia mengatakan hal seperti itu kepadaku, tapi mengingat keadaannya yang tidak baik-baik saja dia masih tetap menjemputku bahkan menghawatirkan diriku ya memang sama sekali tidak tahu alamat yang dia berikan. Meski aku juga akan berusaha untuk mencari tahu tentang alamat Alex.
Tapi dia tidak ingin aku terlalu lama untuk menemuinya hingga inisiatif untuk menjemputku hingga kami dalam perjalanan kali ini.
"Bukankah seharusnya kita ke rumahku dulu, aku harus berganti pakaian?" tanya ku.
"Tidak ada, aku tidak bisa membawa mau ke sana perasaanku sudah tidak bisa ditahan. Kali ini rasanya aku ingin jatuh tidur saja," jawab Alex.
"Hei, baik-baik kau membawa kendaraan mu! Jangan sampai membuat ku mati karenamu menaiki kendaraanmu dalam keadaan sakit seperti ini!" seru Ku.
Alex tertawa tapi dia terfokus dengan kendaraannya sembari menahan rasa panas di dalam tubuhnya, yang dapat kulihat dia begitu dengan sangat berusaha mempertahankan kondisinya.