Waspada

1043 Kata
Perasaan berdiri di tengah orang-orang yang di sibukan dengan masing-masing pekerjaan dan persiapan acara pernikahan. Rima sudah berjalan terlebih dahulu, setelah dia mengajakku berjalan dan menjelaskan semua yang sedang dilakukan oleh orang-orang di rumah. Meski mereka terlihat ramah, namun tetap saja perasaan diperhatikan oleh orang-orang sekitar, membuat perasaan menjadi semakin canggung dan tidak tahu harus melakukan apa. "Maaf saya tidak sengaja!" seru seorang wanita berpakaian seragam pelayan meminta maaf kepadaku, setelah dia menabrakku hingga menumpahkan berkas-berkas bawaannya dan berantakan tepat di hadapanku. "Tidak apa-apa maaf karena aku berdiri dan menghalangi jalan Anda," balasku mencoba untuk membantunya membereskan berkas-berkas yang berserakan. Tiba-tiba sebuah tangan menarik tanganku hingga aku berada di pelukan Alex. "Kau tidak perlu membantunya, itu adalah kesalahan dia dan biarkan dia membereskan barang bawaannya," tegas Alex. "Sayang, tapi aku harus membantunya ini terlalu merepotkan jika harus mereka bereskan nya seorang diri. Lagi pula, aku yang salah karena berdiri di sembarangan tempat." "Apanya yang di sembarangan tempat, tempat ini begitu luas dan dia dengan sembarangan nya menabrak dirimu. Apalagi istriku sendiri!" tatap Alex, dia menekan pelayan itu hingga dia berulang kali meminta maaf atas kesalahannya. "Tidak perlu meminta maaf berulang kali, cukup satu kali saja. Jika harus membantunya untuk membereskan kertas-kertas yang berserakan ini." Aku tetap bersikukuh untuk membantu membereskan berkas-berkas yang berserakan dihadapan kami. Namun hal yang sama sekali tidak pernah kuduga ketika Alex kembali menarik diriku hingga menatap tajam. "Apa kamu menginginkan aku melakukannya saat ini juga?" tatap Alex. Mendengar Alex yang sama sekali tidak bisa dibantah selain dari biasanya membuatku tertegun, jugauntuk terdiam dan membiarkan pelayan itu bergegas pergi begitu saja tanpa mendapatkan bantuan dari ku, untuk membereskan barang bawaannya. "Sekarang apakah kamu merasa puas setelah membiarkan dia pergi begitu saja?" "Memang harusnya seperti itu jika dia yang bersalah dan dia juga yang harus menanggung nya!" tegas Alex "Baiklah, apapun yang kamu katakan memang adalah kebenaran. Bukankah kamu sedang disibukan dengan perbincangan bersama dengan keluargamu. Kenapa kamu kesini?" Aku mencoba untuk mengalihkan Alex yang dengan suasana hatinya tidak bisa ditebak olehku. "Bagaimana aku bisa berbicara dengan tenang ketika melihat istri ku sendiri malah berjalan seorang diri di sini dan mencoba untuk menjadi bahan perhatian semua orang yang sedang bekerja disini?" jelas Alex. "Apanya yang menjadi bahan perhatian! Bukankah aku hanya sedang memperhatikan mereka yang sedang bekerja?" protes diriku saat melihat Alex menatap tajam penuh intimidasi terhadapku hingga membuat wajah kami berada dekat satu sama lain. Dengan penegasan Alex yang sedari tadi tidak bisa menutupi kecemburuannya. "Aku bahkan sama sekali tidak berbicara dengan siapapun terkecuali Rima yang Bahkan entah ke mana dia pergi setelah mengajakku ke sini." Aku mencoba untuk menjelaskannya. Namun Alex tidak mau memahaminya dan menarik tanganku hingga kami kini berjalan memasuki kediaman yang begitu besar orang-orang yang berlalu lalang disana. Dan mereka para pekerja yang sedang mempersiapkan dengan hiasan yang tampak terlihat mewah. Memperhatikan kami yang kini sudah berjalan masuk hingga sampai di kamar aku dan Alex kali ini. "Katakan kepadaku kau sudah bertemu dengan siapa saja di sini?" Pertanyaan Alex sama sekali tidak pernah kuduga, apalagi dalam keadaan seperti saat ini apanya maksudmu "Bukankah aku sudah memberitahumu bahwa aku hanya melihat-lihat saja dan tidak bertemu dengan siapapun terkecuali saudarimu," jelas Ku. "Hmm," angguk Alex. Dari tadi aku merasa Alex seperti seseorang yang sedang mewaspadai sesuatu yang akan terjadi diantara kami berdua. Hingga dia memilih untuk membawa aku pergi dan kembali ke kamar tahan berbicara dengan leluasa. "Sayang, sebaiknya kamu jangan terlalu jauh dari pandanganku!" seru Alex. "Bukankah aku ada di hadapanmu saat ini?" tanya Ku. "Bukan seperti itu, tapi aku tidak mau ada seseorang yang mencoba untuk mendekatimu dan mengambil dirimu dariku." Tiba-tiba Alex memeluk diriku membuatku tidak percaya dengan apa yang dia katakan. "Apa kamu bodoh dan sebenarnya apa yang salah kamu bicarakan dengan keluargamu tadi sampai-sampai membuatmu seperti ini?" Pertanyaan itu sama sekali tidak dijawab oleh Alex, dia memelukku dengan sangat erat bahkan mencium diriku berulang kali. Sebuah ketukan di balik pintu membayarkan aktivitas kami berdua di dalam kamar, hal yang sering membuat kami hanyut dalam suasana setiap kali hanya berdua saja dengan Alex. Aku menyambut ciuman dari suamiku sendiri hingga melupakan segala hal yang menjadi beban berat kami termasuk apa yang di pendam oleh Alex kali ini yang sama sekali tidak pernah ku pahami maksud dan ucapan dari dirinya. Hingga Alex kesal, ketika saat ia sedang menikmati momen bersama denganku seseorang yang mengganggunya dengan ketukan dibalik pintu yang cukup nyaring dan mengganggunya. "Jika hal itu tidak penting, aku tidak akan membiarkan orang itu begitu saja." Aku hanya tersenyum ketika mendengar gerutuan Alex pria tampan yang berstatus suamiku, saat menggerutu terlihat semakin menggemaskan saat dia berbicara dan pergi setelah mengusap pelipis bibirnya dan berjalan menghampiri pintu kamar hingga dia membuka pintu tanpa melihat seseorang disana. "Siapa?" tanyaku hingga kami terkejut saat melihat seorang anak kecil berdiri tepat di hadapan kami mengejutkan. "Kau bahkan melupakan diriku setelah memiliki seorang wanita di luaran sana!" Ucapan seorang gadis kecil di hadapan kami membuat aku dan Alex terkejut. Namun hal yang sama sekali tidak pernah kuduga ketika Alex turun berjongkok dengan raut senyum di wajahnya. "Maafkan aku, Tuan Putri karena aku telah jatuh cinta kepada seorang wanita yang sangat cantik di sana. Hingga melupakan gadis cantik di rumah ini, bagaimana caranya agar aku bisa mendapatkan permen maaf darimu?" Mendengar penuturan Alex membuatku tersenyum tertahan dan mencoba memperhatikan apa yang sedang mereka lakukan hingga gadis itu melulu menatap Alex dengan wajah merajuknya. "Dia Tuan Putri, keponakanku yang paling kecil di sini perkenalkan kan Naisa adalah istriku. Kau harus baik-baik bersama dengan dia jika selalu ingin bersama denganku." Ucapan Alex membuatku tersenyum menyambut kedatangan keponakannya yang kini sudah tersenyum ke arahku. Setelah dia mendapatkan beberapa kecupan di pipinya dari Alex. Perasaan yang begitu hangat ketika Alex tampak lembut kepada keponakannya dia juga tidak pernah melupakan kelembutannya kepadaku. "Apakah kalian sudah membuatkan teman untukku?" pertanyaan gadis kecil di hadapan kami membuat aku dengan Alex terkejut. "Siapa yang mengatakan hal seperti itu kepadamu?" tanya Alex. "Tentu saja Mama aku! Dia bilang kau akan membawakan teman untukku Meski aku tidak tahu dari mana kau bisa memilikinya," jelas gadis kecil bernama Ema. Seketika kami terdiam saling bersitatap satu sama lain tersenyum tipis dan mencoba untuk berjalan masuk ke dalam kamar dan berbincang bersama dengan gadis kecil keponakan Alex yang berbicara dengan sangat pandai dengan kami.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN