Cukup lama Alex berada di dalam kamar mandi. Namun aku belum juga beranjak dari atas tempat tidur, pria itu sudah keluar dari kamar mandi dengan handuk melingkar di pinggangnya. Dia menunjukkan tubuh yang sangat indah dengan ukiran otot-ototnya yang nampak jelas di hadapanku. Sempat aku menelan saliva saat aku melihatnya dan rasa malu yang seakan membuat wajahku memerah ketika mendapati Alex juga menatap ke arahku.
"Sana cepat mandi setelah itu, kita pergi makan. Masih banyak hal yang harus kita lakukan, selain hanya berada di dalam kamar saja atau kamu masih mau melanjutkannya?" goda Alex.
Aku menggelengkan kepala dan berlari masuk kedalam kamar mandi dengan selimut menutupi tubuh. Hentakan pintu kamar mandi membuatku terkejut, dengan bodohnya malah melakukan hal seperti itu di depan Alex.
"Apa yang sudah aku lakukan kenapa aku malah menutup pintu dengan sangat cepat? Dasar Icha bodoh!" gerutu Ku.
Berdiri di bawah terpaan air shower di pagi hari, gemericik air terasa sangat menyegarkan di atas kepala. Membuat aku menutup mata sembari menikmati kesegarannya, hingga perasaan menjadi semakin lega ketika mendapati hari kali ini, terasa begitu menyenangkan di pagi hari melihat tubuh tanpa helaian benang dengan gemercik air, mandi menerpa tubuh kulihat tubuh ini didepan cermin kamar mandi yang terlihat nampak jelas.
Namun sebuah kecupan berwarna merah di leher terlihat sekilas membuatku terkejut, saat melihat sebuah bercak merah di leherku terlihat nampak jelas di sana.
"Ya ampun, apa yang dilakukan oleh Nya? Sampai-sampai meninggalkan jejak di sana," gumam Ku.
"Cha! Kamu mau sarapan apa, biar aku pesankan?" teriak Alex sembari bertanya.
Terdengar jelas suara Alex memanggil.
"Iya ...."
Saat pintu terbuka, ternyata Alex berada tepat di depan pintu sudah mengenakan pakaian. Aku hanya menunjukan kepala di depannya.
"Apa?" tanya Alex.
"Apa aja, tapi ...."
"Tapi apa?" tanya Nya lagi.
"Apa kamu ada baju?" meski ragu tapi tetap kutanyakan.
"Maksudmu baju wanita?" balas Alex di balas anggukan oleh Ku.
"Haha, mana ada pakaian wanita disini! Seorang wanita masuk rumah aja baru kamu seorang!" tawa Alex membuatku tertegun mendengarnya.
"Aku?"
"Iya, kamu! Sana selesaikan mandinya. Nanti buka aja lemari pakaianku, dan kenakan yang bisa kamu pakai!" tegas Alex.
"Apa aja?" aku terdiam.
"Iya, Icha! Aku sudah laper, kalau kamu masih di kamar mandi. Siapa yang akan buatkan aku sarapan sebelum makanan datang? Kamu mau aku jatuh pingsan hanya karena lapar?"
Alex yang banyak bicara membuatku tersenyum menanggapinya.
"Kau ini, kalau aku ngomong malah diam," gerutu Alex.
Alex pergi begitu saja setelah aku sama sekali tidak menanggapi gerutuan nya, masuk kembali kedalam kamar mandi dan menyelesaikan aktivitas mandi ku. Hingga keluar dari kamar mandi, terlihat kamar itu kosong tanpa ada Alex di sana. Aku mencoba untuk berjalan menghampiri lemari pakaian yang cukup besar membuka pintu lemari dengan deretan pakaian, yang begitu banyak ada deretan Setelah jas setelan kaos dan juga beberapa pasang sepatu yang sering digunakan oleh Alex mencoba untuk mencari sesuatu yang bisa kupakai.
Aku menemukan sebuah celana dan juga kaos berwarna putih, untuk aku pakai. Pakaian yang kegedean aku kan akan tampak membuatku merasa nyaman dan hanya mengenakan celana pendek diatas lutut milik Alex, membuatku merasa jauh lebih baik. Di rumah, aku memang sering mengenakan pakaian pendek celana dan kaos seperti ini.
Mengingat ini adalah hari libur kerja, aku berjalan kembali merebahkan tubuh di atas tempat tidur. Setelah merasa segar habis mandi merapikan rambut dan juga memperbaiki riasan ku perasaan nyaman di atas tempat tidur yang empuk dan juga membuat rasa kantuk menyerang aku lagi. Hingga aku benar-benar menutup kedua mata dan baru saja tertidur seseorang membuka pintu kamar membuatku terkejut.
Alex berjalan masuk menghampiriku dengan tatapan tajamnya.
"Nona muda ini, benar-benar sangat pemalas. Sampai-sampai aku harus berbicara kepadamu untuk bergegas pergi dan turun memasak untukku!" seru Alex.
Mendengar gerutuannya membuatku bergegas turun dari tempat tidur dan berjalan menghampirinya. Kami berdiri saling berhadapan satu sama lain juga bersitatap selain denganku mendongakkan kepala untuk menatap ke arahnya juga. Terlihat Alex mengangkat sebelah alisnya, tidak memahami apa yang sedang kulakukan.
"Bukankah, seharusnya kau mengatakan sesuatu setelah apa yang kau lakukan?" tatap Ku.
"Memangnya, apa yang sudah aku lakukan?" balas Alex.
Aku tidak percaya, jika Alex tidak menyadari dengan leherku yang memiliki tanda merah karena ulahnya.
Merasa kesal dengan jawabannya, aku melipat kedua tangan di hadapannya sembari memajukan bibir menunjukkan kekesalan akan dirinya yang tidak memahami maksudku, dia malah semakin diam tidak mengerti dengan apa yang aku maksud.
Merasa kesal aku memilih untuk berjalan meninggalkannya. Namun tiba-tiba Alex menarik tanganku hingga aku berada di pelukannya. Menatap tajam penuh pertanyaan saat aku mendongakkan kepala melihat wajah tampannya dan juga matanya yang lembut tidak tahu apa yang akan dia lakukan.
"Kenapa, apa kamu menyukainya atau kamu mau protes karena itu aku hanya meninggalkan 1 tanda di leher mu?"
Pertanyaan Alex menunjukkan bahwa dia bukan tidak memahami apa maksudku, melainkan dia sengaja berpura-pura tidak memahami diriku yang sedang menuntut sebuah jawaban darinya.
"Biar aku tambahkan lagi, Sayang. Kalau kamu menyukainya," goda Alex.
"Tidak perlu, ini saja membuatku kesulitan untuk menutupnya!" tolak Ku.
Terlihat Alex hanya tersenyum dia menatapku dengan sangat lembut, kedua tangannya melingkar di pinggang membuatku kesulitan untuk lepas dari pelukannya.
"Kamu yakin, tidak ingin melakukannya denganku?" bisik Alex membuat daun telingaku terasa panas saat hembusan suaranya di telinga.
Berbisik dengan sangat lembut membuatku terkejut bahkan terasa dingin di bahu saat dia mengatakannya. Alex malah menatapku dengan sangat lembut, tangannya menyentuh daguku dia membungkukkan kepalanya dan mencium bibirku dengan sangat dalam dan lembut perasaan segar rasa mint bibirnya menjadi canduku.
Saat aku kali ini sama sekali tidak menolak apa yang dia lakukan telusuran tangan naik menyeimbangkan kepalaku, dia mencoba untuk mencari kenyamanan untuk aktivitas kami berciuman. s
Seperti biasa, jika berciuman sambil berdiri, aku menjinjit kan kakiku untuk menanggapi Alex yang jauh lebih tinggi dariku. Tanpa sadar, dia menurunkan tangan kanannya hingga berhenti tepat di buah pinggulku, hingga dia meremasnya membuatku terkejut.
Namun terbawa suasana saat dia masih tidak melepas ciumannya dan juga tangannya yang nakal, sembari mengusap mengusap pangkal pahaku, hanyut dalam sentuhan ciuman bibir Alex membuatku memilih untuk merangkul pundak pria yang ada di hadapanku. Hingga membuat Alex leluasa menyentuh kedua pinggulku.
Ciuman kami semakin memanas, hingga salah satu tangan Alex menyusup masuk ke dalam kaos yang aku kenakan hingga mendarat tepat di 1 buah tumpukan yang tanpa pelindung yang sering aku kenakan. Membuatku melenguh mendapati ulahnya, dia memainkan kedua gundukan itu. Dia juga remas dengan penuh gairah, membuat aku tidak bisa menahan diri.
Alex melepas ciumannya, mendengar desahan yang keluar dari mulutku membuat dia tersenyum tipis. Tidak berhenti tangannya meremas dan memainkan biji buah dengan tangannya yang menjadi kelemahan diriku. Hingga dia turun mencium leher jenjang dan benar saja tangannya menyibakkan pakaianku hingga terlihat nampak jelas kedua buah gundukan yang masih segar setelah mandi nampak sangat jelas membuatku terkejut.
Aku membiarkan Alex melakukannya tanpa meminta izin, dia mendaratkan mulutnya di salah satu gundukan milikku, hingga sebuah hasrat dan kenikmatan menjalar di tubuhku, saat dia menghisap menciuminya dan melumatnya tanpa henti perasaan rakus yang dia miliki kali ini tidak bisa ku hentikan.
Apalagi aku malah membuka tutup kedua mataku dengan sedikit mendesah, sembari meremas rambut kepala Alex. Tanggapan diriku terlihat nampak jelas memberikan dia kesempatan kali ini, hingga Alex mendorong tubuhku dan kami terjatuh di atas tempat tidur, aku dengan Alex yang sama sekali tidak menghentikan aktivitasnya dengan dua buah gundukan milikku.
Dia tampak rakus memilikinya termasuk kali ini kaos yang aku kenakan sudah berada di lantai begitupun dengan kaos yang dia kenakan. Salah satu tangannya menuruni pinggangku hingga berhenti tepat di bawah perut milikku. Dia berhasil membukakan celana yang sangat sulit aku cari di lemari pakaiannya, bahkan belum satu jam aku mengenakannya kini sudah terlepas dari tubuhku.
Dan Alex yang melakukannya, saat aku terbuai oleh setiap sentuhan dari Alex yang membuat sekujur tubuhku merasa panas. Membuka tutup kedua mataku dan desahan yang begitu jelas terdengar dari mulutku membuat Alex mengecup berulangkali leher dan menciumi pipiku.
Kedua tangannya tidak berhenti memainkan kedua gundukan milikku hingga dia berbisik.
"Apakah aku boleh melakukannya? Sepertinya aku akan tetap melakukannya meski kau menolak," bisik Alex.
Aku sama sekali tidak menanggapi ucapan Alex. Namun benar saja, Alex sama sekali tidak berhenti dengan aktivitasnya kali ini, dia sudah berada di atas tubuhku maut kan milik ya di tubuhku hingga membuat lenguhan dan desahan kami saling berbalas. Aku lihat Alex baru pertama kali melakukannya saat dia sempat kesulitan memasukkan senjata miliknya.
Lajuan dan lenguhan Alex lakukan di atas tubuhku, hingga lenguhan dan desahan terjadi antara kami berdua saling berbalas satu sama lain. Di atas tempat tidur dengan aktivitas panas yang kami lakukan hingga saling memuaskan satu sama lain dan terkapar di atas tempat tidur di pagi itu.
Aku tidak percaya, benar-benar bisa melakukannya dengan pria yang ada di sampingku dan hal yang tidak mungkin bagi diriku untuk menolaknya. Apalagi aku memang sudah pernah melakukannya dan untuk pertama kalinya aku baru merasakannya lagi dan itu dilakukan oleh seorang pria yang sama sekali tidak pernah kuduga, yaitu Alex yang kini berbaring di sampingku.
Dia masih dengan lenguhan dan desahan, setelah dia melepas segala yang dia tahan sedari tadi. Begitu pun dengan diriku, merasakan semua beban dalam hidupku lepas begitu saja setelah melakukannya dengan Alex.