Memaafkan

1888 Kata

Leon . . . “Dev ... Tolong segera ke ruanganku! Semua berkas yang aku tanda tanganni sudah selesai,” kataku kepada asistenku. Aku memikirkan apakah Raina sudah makan siang di rumah atau belum. Kenapa sampai jam segini tidak ada kabar sama sekali darinya. Suara ketukan pintu membuyarkan lamunanku. “Masuk!” Devi segera masuk lalu menghampiri ku. Dia nampak bingung ketika melihatku saat ini. Aku seperti bingung ketika dia memasuki ruanganku. “Kenapa kamu?” tanyanya penasaran. Dia memang sahabat yang peka kepada ku dari jaman kami duduk di bangku SMP. “Kepikiran aja sama yang di rumah,” jawabku jujur. Dia berjalan ke arahku lalu berhenti di samping tempat dudukku. “Ciee ... Udah jadi bucin aja anda Pak!” Sindirnya kepadaku. Aku merasa kesal dengan ucapannya. Apa iya aku sudah

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN