“Gak semua yang kita bayangin selalu jadi kenyataan. " Jelas Zacky.
Avitha tersenyum seraya mengangguk, tangannya sibuk menggerayangi saku seragam Zacky yang ada di d**a lelaki itu.
“Lo tahu? Barusan gue buka i********:, follower gue turun Zack.” Lirih Avitha terdengar sedih.
“Gak papa, itu udah biasa kan?”
“Ini gak biasa Zack, selama gue punya i********: belum pernah turun follower palingan naik. Lah tadi masa yang unfollow gue ada lima ratus lebih sih, kan kesel lihat nya.” Ujar Avitha mencebibkan bibirnya.
“Gini aja deh, lo mau follower naik lagi gak?”
“Mau lah.”
“Ya udah, kita pacaran aja yuk.”ajak Zacky.
Mendengar ucapan Zacky, Avitha langsung saja bangun kemudian memberikan pukulan kepada lelaki di sampingnya itu.
“Lo gila yak, ishhh.” Gerutu Avitha seraya memukul bahu Zacky.
“Astaga, udah dong gue kan bercanda.” Protes Zacky berdiri menjauhi Avitha.
Avitha mendengus kasar, “lo sih.” Ketus Avitha seraya menarik ujung seragam Zacky meminta lelaki itu duduk kembali.
“Loo ngapain dateng ke sekolah ini?” Tanya Avitha seraya membaringkan kembali kepalanya pada paha Zacky.
“Gue kangen sama lo." Ujar Zacky seraya mengangkat tangan Avitha ke depan wajahnya kemudian mengecupnya pelan.
Tiba - tiba raut wajah Zacky berubah menjadi cemberut, "Disana gue di bully sama Galdin terus masa. "
“Loh kenapa?” kekeh Avitha melihat bibir Zacky yang manyun ke depan.
Zacky mengeluarkan kacamata dari saku celananya, “jadi gini rasanya jadi cupu yg di buli sana sini." Jelasnya seraya menunjukkan kaca matanya.
Avitha menertawakan kelakuan Zacky, "lo kan sering bantuin gue kalo di bully, ya seenggaknya lo harus paham rasanya nentang temen lo yang ngebully gue. "
Zacky hanya mengeluarkan jurus cengirannya, "Gue line kok gak aktif." Ucapnya.
“Hp gue jatoh tuh.” Avitha menengok ke bawah, membuat Zacky shock seketika.
"Lah kok bisa? "
"Tadi pas lo narik tangan gue, ya gue kejut lah. Dan reflek lempar HP." Tutur Avitha seraya tertawa.
"Pokoknya, nanti pulang kita ke Mall dulu ya." Pinta Avitha menatap Zacky.
"Oke sayang. "
Benar saja perkataan Avitha tadi pagi pada Fraggy untuk menunggu lelaki itu di depan halte, sekarang dia tengah menunggu kedatangan Fraggy.
Avitha tidak sendiri disana, dia meminta Zacky untuk mengawasinya dari sebrang halte karena dia tahu bahwa lelaki seperti Fraggy tak berani untuk tampil sendirian.
Avitha tidak tahu bahwa bukan Zacky saja yang tengah mengawasinya. Jika Avitha melirik ke arah samping kanan, tak jauh dari halte itu ada Galdin dan teman – temannya tengah mengawasi Avitha dari sebuah warung makan. Dan tak jauh juga di sebelah kiri ada tempat Samuel dan temannya tengah berkumpul di sebuah toko swalayan, setahu Avitha dia hanya diawasi leh Zacky saja.
Namun ternyata Zacky memberitahu Samuel tentang perlakuan Fraggy dan teman – temannya kepada Avitha, akhirnya Samuel memutuskan untuk ikut mengawasi gerak – gerik Fraggy dan temannya.
Sepintas cerita tentang Fraggy, dia adalah mantan sahabat Zacky dan Galdin. Lelaki itu mengkhianati sahabatnya itu karena tidak terima akan kematian saudara lelakinya yang telah terbunuh karena terlibat perkelahian antara sekolah Galdin dan sekolah yang di tempatinya sekarang, belum lagi dia sangat membenci Samuel kakak Avitha.
Balik lagi pada Avitha yang tengah memperhatikan jalanan sepi di hadapannya, “Fyuh, harusnya cowok bisa nepatin janjinya.” Kesal Avitha menundukkan kepalanya seraya menghentakkan kakinya ke tanah.
‘BRUM’
‘BRUM’
‘BRUM’
‘BRUM’
‘BRUM’
‘BRUM’
Avitha mengangkat kembali kepalanya, matanya membulat terkejut. Dalam hatinya dia menghitung berapa banyak jumlah motor yang datang menghampirinya.
‘satu, dua, tiga, empat, astaga ada sembilan’ batin Avitha.
Orang yang pertama turun dari atas motor adalah Fraggy, lelaki itu memperhatikan sekeliling tempat di halte kemudian membuka kaca helm nya seraya tersenyum padanya.
‘Cih, lo takut sama abang gue kan.’ Songong Avitha dalam hati.
Fraggy membuka helm yang dia pakai, lalu tersenyum manis pada Avitha sembari berjalan ke arahnya disusul dengan beberapa temannya.
‘Astaga, sejak kapan Fraggy jadi ganteng.’ Batin Avitha berteriak.
“Sendirian aja neng.” Goda Fraggy seraya membungkukkan badannya untuk menyejajarkan wajahnya dengan wajah cantik Avitha yang sedang duduk.
Avitha gugup, baru kali ini dia bisa menatap Fraggy lebih lama. ‘kenapa bisa kulitnya putih banget.’ Batinnya menjerit.
“Terpesona heh?” ejek Fraggy pada Avitha.
Avitha memalingkan wajahnya saat Fraggy semakin memajukan wajahnya, hal itu membuat lelaki di depannya menarik dagu Avitha agar kembali menatapnya.
Saking kesalnya Avitha pada Fraggy yang terus memajukan wajahnya, akhirnya dia mendorong wajah lelaki itu dengan jari telunjuknya.
“Jangan terlalu deket, sayang muka lo abis nyalon kan.” Ledek Avitha saat hidungnya mencium aroma masker yang biasa Samuel kenakan, “nanti kotor lagi kalo deket – deket sama gue.”
Tebakan Avitha benar, “s**t!” umpat Fraggy merasa malu.
Avitha tersenyum manis menutupi kegugupannya saat ini, “salah ya.” Cemberut Avitha sedih.
“Berdiri lo!” Titath Fraggy memaksa Avitha sambil menarik lengannya kasar.
“Bentar ih.” Protes Avitha seraya menepuk – nepuk rok pendeknya.
“Bos, udah lah kita cabut aja. Ngapain diem di sini terus, kita harus bahas buat nyerang Samuel sama anak buahnya.” Ucap salah satu anak buahnya.
Fraggy berbalik melirik anak buahnya lalu menoyor kepalanya seraya mengumpat, “bodoh!”
Avitha yang mendengar akan ada serangan dadakan pada abangnya pun langsung menyahut, “kalian mau serang si Samuel sama temannya?” Tanya Avitha pada salah satu anak buah Fraggy.
Yang di tanya Avitha ternyata tidak tahu siapa Avitha pun hanya mengangguk, “kenapa emang? Lo juga punya dendam sama mereka?” Balas lelaki itu yang langsung mendapat tendangan di perutnya.
“Loh kok Boss tendang gue sih.” Nyolot lelaki itu tak terima di tendang Fraggy.
Fraggy menarik kerah baju anak buahnya, “lo tahu siapa dia Roby?”
‘Ternyata namanya Roby’ batin Avitha.
Saat Fraggy hendak menjawab pertanyaan Roby, Avitha langsung menyelanya terlebih dahulu.
“Waaahh, lo tahan banget di tendang Fraggy.” Ungkap Avitha memuji Roby.
Roby yang awalnya mengacuhkan keberadaan Avitha pun seketika memiliki ketertarikan kepada perempuan cantik di hadapannya.
Avitha terkekeh pelan seraya menghampiri Roby, “jadi nama lo Roby?” Roby menganggukkan kepalanya, hal itu membuat Avitha tersenyum padanya.
“Cantik.” Gumam Fraggy yang masih bisa Avitha dengar.
‘Gak, lo harus inget kalo dia adiknya b******n itu.’ Batin Fraggy mengingatkan dirinya sendiri.
Avitha semakin melebarkan senyumnya kepada Roby, hal itu membuat Fraggy mengepalkan tangannya.
‘hei kenapa dia senyum sama si bodoh Robi.’ Umapt Fraggy dalam hati.
Tanpa Fraggy sadari, dia telah terpikat oleh paras cantik yang Avitha miliki. Terlihat dari tatapan cemburunya saat Avitha tersenyum kepada Roby.
“Gue Avitha temennya Fraggy, salam kenal.” Jelas Avitha seraya mengulurkan tangannya kepada Roby.
Roby menerima uluran tangannya, “Roby.”
Fraggy mendadak kesal melihat Roby dan Avitha, “kita bawa dia ke markas.” Titah Fraggy pada anak buahnya.
“Loh kenapa?” Tanya Roby.
Avitha tersenyum saat tangannya mulai ditarik paksa Fraggy, dia menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap Roby, “Gue Avitha Pouril, senang bertemu dengan kamu, Robbiet.” Ucap Avitha seraya tersenyum menatap Roby.
Avitha tahu kalau Roby adalah sahabat Zacky yang paling dekat dengan lelaki itu selain Fraggy. Avitha pun tahu kalau mereka sudah berteman sejak kecil, sampai mereka mempunyai nama panggilan tersendiri.
Roby menegang, hanya sahabat kecilnya lah yang tahu nama panggilannya.
“Jadi lo temen Zacky?” Selidik Roby yang tiba – tiba pandangannya menggelap seperti menahan marah.
Avitha mengangguk, “adik dari Samuel Poursly.” Jelasnya seraya tersenyum sinis.
Avitha juga tahu, bahwa Roby lah yang sudah beberapa kali yang lalu mencoba membunuhnya dan Galdin seperti kejadian penembakan di sekolah, dan kejadian sabotase di Rumah Sakit.
Avitha di dorong Fraggy agar segera menaiki motornya, “naik!” Sentak Fraggy.
Mata Avitha tak sengaja menangkap keberadaan Samuel di depan sana yang tengah menatap tajam Avitha. Saking jauhnya Avitha dan Samuel, Avitha tetap bisa melihat tatapan tajam yang abangnya berikan.
‘Mampus dah’ batinnya.
Mata Avitha melirik ke arah Cafe dimana Zacky tadi berada, benar dugaannya Zacky tidak ada di tempatnya. Dia melirik ke segala penjuru jalanan, sampai matanya melihat ribuan panah tertuju ke arahnya.
Avitha menghela nafas kasar saat melihat panah itu keluar dari mata Galdin yang tengah mengawasi Avitha dari jauh, “Haduuuuuuuh.” Umpat Avitha.
“Cepet naik!.” Sentak Fraggy melihat keterdiaman Avitha, “nyari siapa? Lo berharap abang lo ada kan? Gak mungkin, karena dia lagi gue alihin ke base camp lama gue.” Angkuh Fraggy.
Avitha mencebibkan bibirnya, “terserah lo.” ujarnya lalu menghela nafas kasar, “Huh, kayaknya bakal jadi hari yang panjang.” Gumam Avitha seraya mulai menaiki motor milik Fraggy.
Fraggy mulai menyalakan motornya lalu bergegas meninggalkan halte diikuti tujuh motor lainnya, Avitha masih sibuk memikirkan bagaimana nasibnya nanti. Pasalnya Samuel dan Galdin sudah tak terlihat di tempatnya tadi, sepertinya mereka akan membiarkan Avitha diculik oleh Fraggy.
Baru berjalan beberapa meter, Avitha malah memukul helm yang dikenakan Fraggy membuat lelaki itu mendadak menghentikan motornya.
“Lo apa – apaan sih.” Sentak Fraggy melihat Avitha dari kaca spion.
‘TUK’
Avitha memukul kembali helm nya, “kasar boleh, bego jangan. Lo bawa gue naik motor tinggi tapi lo gak kasih jaket yang lo pake buat nutupin paha seksi gue.” Kesal Avitha seraya berusaha menutupi pahanya dengan tas yang dia bawa.
Fraggy mengacuhkan ocehan Avitha, dia kembali menyalakan motornya dan segera berlalu.
Kali ini Avitha mendorong kepala Fraggy kencang, “Mati aja lo sana!” Umpat Avitha saat ocehannya tak digubris Fraggy.
Hampir setengah jam Fraggy membawa Avitha pergi, dan sekarang Avitha dibawa ke jalan sepi yang sepertinya menuju ke arah hutan.
“Fraggy sialan, lo mau bawa gue kemana? Hah” Teriak Avitha, “turunin gue di sini, ini bukan arah ke rumah gue. Turunin atau gue teriak.” Ancamnya.
“Teriak aja, gak akan ada yang denger juga.” Ujar Fraggy dingin.
“Ish.” Protes Avitha kembali mendorong kepala Fraggy ke depan.
Fraggy menghentikan motornya tepat di halaman sebuah rumah gede yang sudah tak terpakai.
“Turun! Mau lo teriak sekencang apapun, gak akan ada yang nolongin lo.” Senyum Fraggy sinis seraya mendekat lalu membisikkan sesuatu pada Avitha.
"Gak, lepasin gue sekarang !. " Teriak Avitha saat Fraggy meninggalkannya yang masih di atas motor.
"Roby, lo jagain cewek itu. Nanti gue telpon lo bua bawa dia ke dalem. " Titah Fraggy pada Robby.
Fraggy memasuki rumah tak terpakai itu diikuti beberapa temannya kecuali Robby.
Robby mendekati Avitha yang masih menduduki motor besar milik Fraggy, "lo bisa pake motor gede kan? " Tanya Robby.
Avitha menggelengkan kepalanya, "gak bisa. " Cicit Avitha terus menggelengkan kepalanya seraya menutupi kedua telinganya.
Robby tersenyum miring, "trauma heh? "
Avitha semakin menggelengkan kepalanya seraya memejamkan matanya, kejadia satu tahun lalu membuatnya memiliki trauma terhadap motor besar.
Satu tahun lalu, Avitha ngotot meminta Samuel untuk mengajarinya naik motor. Sampai dia lancar membawanya, dan terbiasa menggunakan motor. Namun sayang, sore itu Avitha pulang dari sekolah mendapat kabar bahwa mamanya tengah di Rumah Sakit. S telah mendapat kabar, Avitha langsung bergegas menuju Rumah Sakit. Sampai di persimpangan sepi yang tak mempunyai rambu lalu lintas, dia melupakan lampu yang harusnya menjadi petunjuk orang lain yang melihatnya , bahwa Avitha akan berbelok ke arah kiri. Hal itu menyebabkan Avitha menabrak motor dari arah belakangnya yang hendak berjalan lurus, untungnya Avitha baik - baik saja hanya luka lecet saja. Tapi tidak dengan pengemudi yang dia tabrak, orang itu mengalami pendarahan yang cukup hebat sehingga membuatnya koma satu bulan. Dari kejadian itu Avitha memutuskan untuk berhenti menggunakan motor, dan lebih memilih menggunakan mobil.
Robby mengeluarkan sesuatu dari balik sakunya lalu memberikannya kepad Avitha dan langsung memegang kedua bahu Avitha erat, "lihat gue, turun!. "
Avitha menurunkan tangannya seraya membuka kedua matanya, lalu menuruti perintah Robby untuk turun dari motor.
"Lo harus keluar dari sini, sekalinya lo masuk ke tempat Fraggy lo gak bisa keluar lagi dari sana. " Jelas Fraggy, "gue titip kalung ini buat Zacky, sekarang lo bawa motor gue. " Lanjut Robby memberikan kunci motornya seraya membuka jaketnya lalu membelitkannya pada pinggang Avitha.
"Dari sini lo belok kanan gak boleh ke kiri, jalan yang tadi kita lewatin banyak anak buah Fraggy yang lain." Jelas Robby, "abis belok kanan lo lurus aja jangan sampai belok. "
"Abis itu gue kemana? Gue takut itu hutan. " Rengek Avitha.
Robby menggeleng, "percaya sama gue, mereka pasti di sana. "
Avitha menatap Robby bingung, "mereka siapa? "
"Udah cepet naik, titip salam gue buat Zacky. " Ujar Robby membantu Avitha mendorong motornya menuju pinggir jalan.
Avitha menatap Robby sedih, "nanti lo gimana Robb? "
"Maafin gue yang udah mau coba bunuh lo sama Galdin, gue gak punya pilihan. Udah cepet sana. " Ucap Robby langsung meninggalkan Avitha.
Kaki Avitha menggantung di atas motor, "huh, tenang! " Ucap Avitha seraya menyalakan motornya.
'BRUMM - BRUMM - BRUMM'
"Mama, Avitha masih sayang sama kalian. Vika gak mau mati di tengah hutan gini." Ucap Avitha meringis saat setiap jalannya dipenuhi pepohonan.
Sudah lebih dari setengah jam Avitha mengendarai motor besar milik Robby, kini dia masih mengikuti arahan dari Robby untuk memilih jalan lurus.
Membicarakan tentang Robby, sedari tadi Avitha tengah memikirkan bagaimana keadaan lelaki itu sekarang karena otomatis nyawanya dalam bahaya setelah menyelamatkan Avitha.
Selama perjalanan, Avitha menghitung sudah ada lima pertigaan yang dia lewati. Dan sekarang Avitha sedang menghentikan motornya tepat di depan sebuah persimpangan seperti huruf Y, hal itu membuatnya kebingungan harus memilih jalan mana.
"Robby jahat banget sama gue, dia kok gak bilang bakal ada persimpangan kayak gini. " Sedih Avitha kebingungan seraya membuka helm yang sempat Robby berikan tadi kepadanya.
Avitha turun dari atas motor lalu memperhatikan setiap jalannya, dan berusaha mengingat apa yang Robby ucapkan tadi.
"Abis belok kanan lo lurus aja jangan sampai belok. " Ucap Avitha mengulang perkataan Robby beberapa kali.
"Tapi ini jalan bikin gue pusing, masa ada jalan kayak gini sih baru nemu. " Gerutu Avitha menyalahkan letak jalannya, "Haaaaaaaa mamaaaaaaaa! " Teriak Avitha pelan.
Avitha menatap sekelilingnya, tidak ada satu rumah pun selama dia melewati jalan. Bahkan sebentar lagi matahari terbenam, tapi Avitha terjebak di tengah hutan sendirian.
"Bang Samuel jemput Avitha. " Lirih Avitha tak tau berkata kepada siapa, "ini semua gara - gara Zacky yang malah ninggalin gue sendirian di halte tadi.
Avitha merogoh saku rok nya berusaha mencari ponsel, tiba - tiba dia teringat akan HP nya yang terjatuh tadi di atas rooftop.
" Lengkap sudah hidupku, HP tak punya, tersesat di hutan ditambah kagak ada duit. " Ujar Avitha kesal, "harusnya gue minta duit sama Robby tadi. " Lanjutnya.
Avitha menggelengkan kepalanya, "enggak - enggak, lo harusnya bersyukur udah di selamatin Robby. Gak boleh gitu. " Jelasnya.
"Ckckck, udah kayak orang gak waras aja ngomong sendiri nih. " Ejek Avitha pada dirinya sendiri seraya menyomot bibirnya dengan tangan kiri.
"Tapi masa iya gue harus diem di sini sampe ada orang yang lewat, " Ucap Avitha, matanya sibuk memperhatikan kedua jalan di depannya.
"Ooo." Avitha memicingkan matanya ke arah jalan kiri darinya, "wait."
"Kayaknya di sana ada banyak orang deh, " Ujar Avitha langsung menaiki kembali ke atas motor lalu menyalakannya.
Tanpa pikir panjang, Avitha langsung membawa motornya ke arah perkumpulan motor yang sempat dia lihat tadi.
Mata Avitha seketika berbinar senang, dan sekarang dia paham siapa 'mereka' yang sudah Robby maksudkan.
Tak jauh di depan sana, Avitha melihat sebuah bangunan yang terdapat banyak motor, jumlahnya lebih dari setengahnya jumlah motor milik teman Fraggy.
Di antara perkumpulan motor yang entah kemana pemiliknya, Avitha tersenyum sumringah saat mengetahui ada beberapa motor yang dia kenal.
'BRUM'
'BRUM'
'BRUM'
Dengan sengaja Avitha menggerungkan motornya agar menimbulkan suara bising yang bisa membuat mereka keluar dari gedung tak terpakai itu.
'BRUM'
'BRUM'
"WOY SIAPA LO? " Teriak seseorang yang baru saja keluar.
Viaka membuka kaca helm nya dengan senyum lelah saat matanya melihat Zacky keluar dari gedung diikuti dengan Delva dan beberapa teman lainnya.
Tak terasa air mata lolos begitu saja di balik helm, "Zacky." Lirih Avitha hanya bisa di dengar olehnya.
Tanpa melepaskan helm, Avitha turun dari atas motor lalu berdiri menunggu Zacky dan Delva yang datang menghampirinya.
Tepat saat Zacky berada di hadapannya, Avitha mendadak lesu kemudian langsung pingsan. Untungnya Zacky dengan sigap menangkap badan lemah Avitha, segera Zacky menggendong Avitha dan membawanya masuk kembali ke dalam.
Di dalam sana ada Samuel, Galdin dan masih banyak lagi. Mereka memandang Zacky dengan pandangan penuh tanya yang hendak membaringian Avitha.
"Lo bawa siapa? Kenapa dia pake jaket geng Fraggy? " Tanya Galdin.
Samuel menghampiri Zacky yang sedang membuka helm lalu terkejut saat melihat bahwa gadis itu adalah Avitha, adiknya.
"Loh, lo nemu Avitha dimana? " Tanya Samuel panik seraya menggeser Zacky agar berpindah.
"Dia yang bawa motor tadi bang. " Jelas Zacky seraya menatap Samuel yang tengah panik dan berganti memperhatikan keterdiaman Galdin yang tidak bergerak sama sekali untuk menghampiri Avitha.
Bukannya Galdin tak mengkhawatirkan Avitha, dia lah yang paling sibuk kesana kemari memikirkan cara untuk menyelamatkan Avitha dari Fraggy diantara Zacky dan Samuel. Dia sudah berjanji kepada Samuel, untuk tak mendekati Avitha untuk saat ini.
'CUP'
Samuel mengecup kening Avitha, lalu beralih mengecup kedua tangan Avitha.
"Dia pasti ketakutan, " Lirih Samuel seraya mengusap - ngusap kepala Avitha penuh sayang, "sampe keringetan gini seragamnya. " Ujar Samuel.
Galdin menghampiri Samuel dan Avitha, dia membuka jaket dan seragamnya dan menyisakan kaos putih polos yang melekat di tubuhnya lalu menyampirkannya pada bagian d**a Avitha yang sudah basah akibat keringatnya dan bagian paha yang terekspos.
Galdin meringis melihat beberapa luka di kaki Avitha, "Yo, bawain kotak obat! "Titah Galdin pada Rio.
Rio datang datang dan menyerahkannya kepada Galdin, namun Galdin menolaknya dan malah menyuruh Rio untuk mengobatinya.
" Obatin dia! " Pinta Samuel melihat Galdin hendak keluar pergi menjauhi mereka.
Langkah Galdin terhenti lalu berbalik, "gue butuh udara segar. " Ujar Galdin kemudian pergi keluar.
"Sama gue aja, mana sini Yo. " Pinta Zacky.
Zacky mulai membersihkan luka di kaki Avitha dengan telaten, sedangakan Samuel tengah mengoleskan minyak angin pada leher dan hidung Avitha.
"Bangun Dek. "
"Yah Zack, tumpah minyaknya. " Sesal Samuel saat Zacky tak sengaja menyenggol tangannya alhasil membuat minyak angin tumpah tepat di atas leher dan d**a Avitha.
Tiba - tiba mata Avitha terbuka, "Bang Sam! " Ujar Avitha seraya memeluk tubuh Samuel sangat erat.
"Iya sayang, abang di sini. " Ucap Samuel menepuk - nepuk punggung Avitha.
Avitha menangis di dalam pelukan Samuel, "Avitha takut, hiks."
Zacky menggeleng - gelengkan kepalanya, "kasihan. Lo pasti takut kan berada di kumpulan orang - orang seperti Fraggy, ckckck. " Ujar Zacky memandang Avitha kasihan, "lo sih pake acara nantangin Fraggy segala, jadi gini kan. Untung lo bisa selamet keluar dari sarangnya, ckckck. "
Avitha melepaskan pelukannya lalu menggeleng, "bukan itu yang gue takutin. " Ungkap Avitha, "gue takut banget, gimana nanti kalo gue gak selamat pas di persimpangan tadi. Lo tahu? Gue di bebasin sama salah satu anak buahnya Fraggy, dia ngasih tau kalau gue harus lurus terus jangan belok. Nah tadi tuh, gue udah lewatin lima perempatan. Terus tadi gue — " Uhukkkk - uhukk. Avitha tersedak, "minum mana. " Pintanya pada Zacky dan Samuel.
Samuel menggelengkan kepalanya tak percaya, "santai aja ngomongnya dek, gak akan ada yang nyela. "
Avitha mengacuhkan ucapan Samuel, "udah, oke lanjut. Gimana kalo ada hewan buas yang makan gue tadi pas di persimpangan, untungnya gue lihat motor kalian tadi dari jauh. Kalo enggak, mungkin gue udah gak ada di dunia ini. Terus kalian ngerasa bersalah banget udah ninggalin gue sendirian di halte, abis gitu bang Samuel kena marah mama sama papa deh. Terus di pecat dari kantor sama dikeluarin dari Kartu Keluarga, dan buat lo Zacky, lo bakal jadi orang yang paling nyesel udah ninggalin gue. " Jelas Avitha panjang lebar tanpa memberikan jeda, "hufttttt." Lelah Avitha menghela nafas.
Samuel, Zacky dan semua yang berada di dala gedung menatap Avitha jengah.
"Cih, pede bener lo. Lo gak tahu aja kalo kita sengaja ninggalin lo di sana, bego. " Jelas Zacky seraya menoyor kepala Avitha.
"Ish, kok kalian gitu sih? " Kesal Avitha.
Samuel menatap Avitha geli, "Itu abang yang suruh. " Jelas Samuel.
"Abang jahat ih, tadi hampir aja aku gak bisa keluar dari kandang Biaya. " Kesal Avitha seraya memukul lengan Samuel.
"Terus gimana dong? Lo di makan gak sama buaya nya?. " Ejek Rio membenarkan ucapan Avitha.
Avitha tertawa, "nah iya maksud gue kandang Buaya, wkwkwk." Tawa Avitha pecah saat merasa dia sudah salah bicara.
"Apaan sih, biasa aja kali matanya. " Geritu Avitha saat dirinya menjadi pusat perhatian belasan orang.
Semua yang memperhatikan Avitha kembali melanjutkan aktivitasnya yang terhenti karena ocehan panjang yang gadis itu keluarkan.
"Kok panas ya?" Ujar Avitha mengibaskan seragam milik Galdin seraya meniup bagian leher dan dadanya.
"Ehem," Dehem Samuel, "Gue ke atas dulu, jagain Avitha Zack. "
Rio mengangguk, "gue harus keluar buat susul Galdin. " Pamit Rio.
"Gue ikut. " Ucap Delva menyusul Rio yang sudah di luar.
Avitha memperhatikan tingkah para lelaki itu, 'ada yang aneh. ' batinnya.
"Mau kemana?" Tanya Avitha seraya menahan Zacky yang hendak kabur, kedua tangannya melingkari pinggang Zacky.
Zacky berdehem dua kali, "gu - gue ke atas mau susul bang Sam. "
"Bukannya lo di suruh jagain gue ya? " Tanya Avitha seraya masih mengibas - ngibaskan tangannya.
"Di - dia barusan WA, ah iya dia barusan WA gue. " Jelas Zacky.
Avitha berdecak kesal, "awas, gue yang ke atas karena pelakunya pasti yang kabur pertama kan. " Ujar Avitha seraya melepaskan pelukannya lalu berdiri hendak menuju ke atas.
Zacky mengangguk semangat, "bener, dia gak sengaja numpahin minyak ke leher sama d**a gara - gara kesenggol. "
'TAK'
Avitha menjitak jidat Zacky, "berarti lo biang masalahnya. " Sinisnya seraya berlalu meninggalkan Zacky.
-------
"Lo mau jadi pengecut gini Galdin? "
Yang ditanya pun menggeleng, "gak ada pilihan lain, Yo. Satu sisi gue mau deket Avitha terus, tapi satu sisi gue juga gak mau ikut Nenek ke luar negeri. " Jelas Galdin.
Rio mengangguk mengerti, "tapi menurut gue kayaknya ada yang salah deh sama Nenek - Kakek lo. "
Galdin mendelik tajam, "maksud lo? "
"Ya, apa yang salah dari Avitha coba? Kurang apa gitu, cantik iya udah sukses belum sweet seventeen malah. "
"Lo tahu yang namanya musuh bebuyutan? " Tanya Galdin.
"Ooooo, jadi maksud lo Avitha sama nenek lo dulunya musuhan ya. Ckckckck, ternyata jaman dulu juga musuh - musuhan ya." Ucap Rio mengangguk paham.
"Ck, bodoh lo Yo. " Cibir Delva.
"Loh kok lo ngatain gue bodoh sih. " Protes Rio tak terima.
"Ya lo emang bodoh, maksud lo Avitha sama Neneknya Galdin musuhan dari Avitha orok gitu? "
"Lah? Emang iya? " Bingung Rio.
Delva menatap Rio jengah, "terserah lo. " Cibirnya.
Galdin tertawa memperhatikan kedua temannya, "jadi dulu nenek gue sama Neneknya Avitha temenan, biasalah kalo yang namanya sahabat pasti banyak rintangan apalagi masalah cowok. Gak tau kenapa gue juga kurang jelas dengernya, cuma yang gue tau sampe sekarang mereka itu musuhan cuma gara - gara masalah satu cowok. " Jelas Galdin.
Rio mengangguk - nganggukkan kepalanya, "oh jadi gitu ceritanya, cuma masalah cowok hubungan mereka jadi retak. Sayang banget sih, " Ujar Rio memandang Galdin dan Delva bergantian, "gue harap hubungan kita gak pernah berakhir hanya karena satu cewek ya. " Pinta Rio tersenyum misterius lalu pergi meninggalkan Galdin dan Delva.
Tak selang beberapa menit dari kepergian Rio, muncul lah Zacky keluar tergesa - gesa dengan raut wajah menahan amarah.
"Lo mau kemana Zack? " Tanya Delva berusaha menghadang langkah Zacky.
Zacky yang semakin emosi saat jalannya di halangi, dia pun langsung mendorong Delva ke arah samping.
Delva dibantu Galdin untuk berdiri, "kenapa dia? "
"Kayaknya ada yang gak beres. " Jelas Delva.
"Zacky mana? " Tanya Avitha yang baru saja datang dari dalam.
"Delva lo liat Zacky? " Delva terdiam kaku, matanya tak sengaja melihat bagian dalam baju Avitha yang transparan.
Kali ini Avitha menghampiri Galdin, "Galdin, lo liat Zacky? " Tanya Avitha seperti ingin menangis.
"Kenapa seragamnya gak di ganti, " Ucap Galdin mencoba fokus.
"ck, bukan itu masalahnya sekarang. " Ucap Avitha menahan tangis.
"Kamu lihat Zacky gak? " Tanya Avitha dengan suara bergetar.
"Dia tadi keluar bawa motor. " Jelas Galdin.
"KENAPA LO BIARIN DIA PERGI, kenapa? Jawab gue Galdin, kenapa?. " Lirih Avitha seraya memukul - mukul d**a Galdin.
Samuel datang memeluk Avitha, "Hei sayang, stop! Galdin gak salah, kamu masuk ke dalam biar abang sama yang lain susul Zacky. " Ucap Samuel baru saja datang diikuti yang lainnya, "sekarang kamu masuk ke dalam. " Titah Samuel melepaskan pelukannya.
'CUP'
'CUP'
Samuel mengecup kedua mata Avitha, "abang yang akan bawa Zacky pulang. "
"Bawa dia ke dalam Yo, " Titah Samuel seraya menyerahkan Avitha pda Rio.
Samuel menatap Galdin, "jagain Avitha, biar Rio yang mandu gue lewat monitor. "
"Lo mau kemana bang? "
"Zacky pasti pergi ke base camp Fraggy, gue harus susul dia ke sana. " jelas Samuel, "ada kemungkinan Fraggy manggil semua anak buahnya. Makan itu gue harus panggil anak - anak yang lain, jadi gue harus kumpulin semua anak di base camp utama dulu. "
"Gue percayain Avitha sama lo, kalo sampe besok pagi gue belum pulang bawa dia pulang ke apartemen lo dulu. " Pinta Samuel, "ada kemungkinan gue manggil anak - anak yang lain. "
"Biar Zacky yang gue urus, lo jaga Avitha aja. Cuma lo yang bisa dia percaya. " Jelas Samuel seraya bergegas menaiki motor.
Setelah kepergian Samuel dan anak – anak yang lain, Galdin memutuskan untuk masuk kembali ke dalam gedung, dia ingin meminta penjelasan apa yang sedang terjadi saat ini.
Sesampainya di dalam, matanya sibuk melirik ke segala arah untuk mencari keberadaan Avitha.
Avitha yang melihat Galdin tengah seperti orang kebingungan pun langsung menghampirinya.
“Galdin! “ Panggil Avitha seraya menepuk pundak Galdin dari arah samping kiri.
“Dari mana? “ Tanya Galdin langsung.
Avitha menunjuk sebuah pintu, “itu abis dari sana. “ Jelas Avitha membuat Galdin langsung mengangguk.
“Cari apa? “ Tanya Galdin saat Avitha mengedarkan matanya.
“Kamu tadi cari apa? Aku ikutin aja soalnya, hehe. “ Cengir Avitha.
Galdin berdecak, “kok ngikutin. “ Protes Galdin.
Avitha tersenyum menahan tawanya, “bercanda sayang, aku lagi nyari Rio tapi gak ketemu – ketemu. “ Ujar Avitha, “padahal tadi masuk ke sini bareng, eh pulang dari toilet udah gak ada. “
“Rio palingan di ruang komputer.” Sahut Galdin yang langsung diangguki Avitha.
Galdin mengangguk tahu, “kita ke atas ya, jangan ganggu Rio. “ Ajaknya seraya menarik tangan Avitha.
Avitha mengangguk tak mengatakan apa – apa, dia hanya menuruti ucapan Galdin.
Sesampainya di atas, Avitha kembali termenung mengingat kejadian beberapa puluh menit yang lalu.
“Bisa ceritain apa yang tadi udah aku lewatin? “ Tanya Galdin sembari menduduki sofa di ruangan itu.
Avitha mengeluarkan sebuah kalung dari balik seragam Galdin yang tengah dia kenakan lalu memperlihatkan bandulnya kepada Galdin.
“Kenapa pake dua kalung? “ Bingung Galdin.
Avitha menggeleng, “bukan itu. “ Jelasnya seraya menatap mata Galdin sendu, “ini semua gara – gara aku gak sengaja ngeliatin kalung ini sama Zacky. “ Lanjut Avitha.
“Emang itu kalung punya siapa? “
Avitha tersenyum, “ Ini kalung punya Robby, kamu pasti kenal. “
Galdin mengangguk, “heem terus kenapa itu ada di kamu? “
Avitha menatap Galdin kesal, “ Ya udah gitu. “ Kesalnya.
“Coba ceritain gimana detailnya. “ Pinta Galdin menghampiri Avitha yang tengah duduk di pinggiran sebuah kasur.
“Jadi gini.. “ Avitha menggeser tubuhnya agar berhadapan dengan Galdin, “aku gak akan bisa sampe ke sini kalo bukan bantuan dari Robby, mungkin kalo Robby gak bebasin kayaknya aku udah abis sama Fraggy dan temen - temennya deh. Tadi Robby bebasin aku dengan syarat, dia titip kalung ini buat Zacky. Terus dia bilang, jangan kasih tahu kalo dia yang nyelamatin aku karena.” Jelas Avitha memberi jeda sebentar.
Galdin menatap Avitha penuh tanya, “karena pasti Zacky bakalan langsung nyusul Robby kayak sekarang.” Lirih Avitha.
“Sekarang Zacky beneran susul Robby, Vika harus gimana ini?” Tanya Avitha.
“Kamu cukup diem di sini aja sama aku, gak usah ke mana – mana.” Ujar Galdin.
“Tapi Galdin, nyawa mereka dalam bahaya. Tadi aja Fraggy udah ngumpulin anak buahnya yang lain buat nyerang kalian.”
“Gak papa, dari awal Bang Sam udah ada niatan buat akhirin permusuhan ini kok. Jadi ya mungkin ini udah jalannya aja.”
Avitha merengut kesal, “ish, kalo aja tadi aku lihat situasi dulu mungkin gak akan kayak gini.” Gerutu Avitha.
Flashback
Avitha mulai menaiki anak tangga satu persatu, pikirannya terlalu sibuk memikirkan apa yang harus dia lakukan sekarang. Sedangkan tangannya pun sibuk mengipas – ngipasi lehernya yang kepanasan akibat minyak angin tadi, “aduh, panas gini sih. “
Sesampainya di lantai dua, Avitha mendapati dua lorong yang sudah kumuh penuh sarang laba – laba.
“Kemana bang Sam pergi ya, kiri? Kanan?. “ Gumam Avitha seraya celingukan mencari Samuel.
“Bang Sam! “ Panggil Avitha di antara kedua lorong.
Tidak ada sahutan dari Samuel, “bang Sam lo dimana? “ Teriak Avitha.
Avitha kesal pada Samuel yang memiliki sifat kekanakan itu, dia yakini sekarang bahwa kakak lelakinya itu tengah bersembunyi.
Avitha melongok ke arah tangga, “Zacky!! “ Panggil Avitha.
“Apa? “
“Samuel di lorong mana? “
“Yang kiri. “ Sahut Zacky dari bawah, namun kedua tangannya menunjukkan lorong sebelah kanan.
“Oke thank. “ Ujar Avitha mulai berjalan menuju lorong sebelah kanan.
Sampailah Avitha di depan sebuah pintu, “Samuel Poursly, kamu dimana? “ Usil Avitha cekikikan, “hihihihihi, Samuel aku datang. “
“Yah, ketahuan.” Ucap Sam dari dalam yang masih bisa Avitha dengar.
Samuel berdehem, “ma – masuk sini dek. “ Titah Samuel terdengar pasrah di telinga Avitha.
Avitha menertawakan membayangkan bagaimana tingkah Sam saat ini, “aku masuk ya Kak Samuel. “
‘CKLK’