Undangan

1301 Kata
"Akh gara gara dia aku jadi lupa padamu Raja Neraka. Aku harus bagaimana hah? Biasanya orang yang ditugaskan oleh Raja Neraka itu selalu ditinggali dengan sistem yang bisa membantunya kapanpun. Tetapi mengapa diriku tidak? kau sungguh pilih kasih, kalau kau tidak menjawabku juga aku akan membunuh diriku lagi nih. Ayo jawab!" rengek Xue Mingyan kesal sambil menatap ke atas. "No-nona, Perdana Mentri memanggil anda ke kediaman Utama sekarang," ucap seorang pelayan. Xue Mingyan mengangguk mengerti, "Baiklah aku akan datang ke sana setelah Lala dan Lusi datang kemari," balasnya. "Ma-maafkan saya nona, tapi Perdana Mentri menyuruh saya untuk mengajak nona pergi ke kediaman Utama. Biar saya saja yang akan memberitahu kedua pelayan nyonya," ucapnya panjang. Xue Mingyan pasrah, "Ya sudah, aku akan pergi sekarang. Tapi ingat! jangan membuat kesalahan padaku kalau kau ingin bernasib baik," ancam Xue Mingyan lalu berjalan pergi ke Kediaman Utama. Pelayan itu menghela napas lega, sungguh dia sangat takut pada Xue Mingyan yang sekarang. Xue Mingyan berjalan santai ke Kediaman Utama. Saat masuk dia menjumpai Selir Niang dan Ayahnya Perdana Mentri. "Salam Ming er untuk ayah." hormat Xue Mingyan. "Aku memanggilmu ke sini untuk membicarakan hukuman yang pantas bagi Shu Hang. Karena di sini yang menjadi korban adalah dirimu, maka kau berhak untuk memberikan hukuman padanya," panjang Perdana Mentri. "Tidak! tuan apakah tuan tidak ingin menyelidiki lagi? bisa saja itu hanya tipuan seseorang untuk merusak nama baik Shu Hang," tolak Selir Niang. "Aku tidak meminta pendapatmu," bantah Perdana Mentri sarkas. Selir Niang terkejut dengan perubahan sikap Perdana Mentri. Biasanya dia tidak akan membantah permintaannya, tetapi sekarang bahkan dia tidak mau mendengarkannya? Xue Mingyan kegirangan di dalam hatinya, ketika melihat Selir Niang yang terlihat menyedihkan sekarang. 'Hehe, otak jahatku mulai bekerja lagi,' ucap Xue Mingyan di dalam hatinya. "Ayah, apa benar yang dikatakan ayah?" tanya Xue Mingyan memastikan. "Tentu saja Ming er, kau berhak menghukum Shu Hang. Katakan saja tidak perlu khawatir," balas Perdana Mentri. 'Kalau begitu bunuh dia dengan menyeretnya memakai kuda tercepat mengelilingi kota. Lalu gantung dia di ibukota karena telah mengkhianati Perdana Mentri dengan rencana pembunuhan bagi Nona Besar.' Tetapi kalimat itu hanya angannya saja, Xue Mingyan tidak mungkin mengatakan hal itu karena tujuannya bukanlah ini. "Kalau begitu, bebaskan saja Hang er ayah," ujar Xue Mingyan dengan tersenyum manis. Perdana Mentri kaget dengan jawaban Xue Mingyan ini, "Ming er, kau tidak perlu takut meengatakannya," balasnya. Xue Mingyan menggelengkan kepalanya menolak, "Aku tidak takut ayah, karena ayah ada di sini bersamaku. Aku tidak ingin jika Hang er kehilangan masa remajanya sepertiku, lagipula aku tidak apa apa ayah, jadi ayah tidak perlu menghukumnya lagi," 'Huhuhu, aku harus merelakan keinginanku,' keluh Xue Mingyan sedih di dalam hatinya. Keinginannya Xue Mingyan dia tutupi dengan belas kasihannya. Jika dia membebaskan Shu Hang tanpa rasa iri hati dan dengki itu akan membuat Perdana Mentri akan memperhatikannya lagi. Karena itulah tujuan utamanya saat ini. Dan benar saja, Perdana Mentri terkagum kagum dengan sifat baiknya Xue Mingyan. Dia jadi teringat akan mendiang permaisurinya yang sekarang mirip sekali dengan Xue Mingyan. "Baiklah, aku akan mengabulkan permintaanmu. Sekarang kembalilah ke Pavilliunmu, dan beristirahatlah," perintah Perdana Mentri pasrah. Xue Mingyan mengangguk mengerti, lalu dia pamit pergi kemudian berjalan keluar. Sebelum keluar dia tersenyum sinis pada Selir Niang dan berhasil membuatnya terkejut karena telah berhasil menghinanya dengan belas kasihan. *** Xue Mingyan berjalan sambil bersenandung senang karena berhasil dengan tujuannya ini. Dia sudah menarik perhatian ayahnya Perdana Mentri dan juga telah membuat Shu Hang tidak dipercaya lagi oleh ayahnya. 'Kerja bagus untukmu Xue Mingyan, hari ini kau telah mendapatkan dua mangsa dalam satu panahan.' girang Xue Mingyan di dalam hatinya. Xue Mingyan membanting pintu dan berhasil membuat Lala dan Lusi terkejut karena dobrakannya itu. "Aku senang sekali!" teriak Xue Mingyan ketika sampai di Pavilliun Teratai Indah. "Nona, apa yang membuatmu senang?" tanya Lala penasaran ketika melihat tingkah laku Xue Mingyan yang berbeda dengan sebelumnya. "Semuanya, kalian berdua berbelanjalah sesuka hati di Pasar. Nah nah aku akan memberikan uang untuk kalian," perintah Xue Mingyan sambil menyerahkan sekantung koin perak pada Lala. Lala terkejut, koin yang diberikan Xue Mingyan yang lalu juga belum habis. Tapi sekarang dia memberinya lagi? "Nona, koin yang nona berikan kemarin masih tersisa," tolaknya. "Tidak apa-apa, sekarang kalian pergi saja berbelanja ayo ayo," ajak Xue Mingyan sambil mendorong pelan punggung Lala dan Lusi keluar Pavilliun. Xue Mingyan langsung menutup pintunya ketika Lala dan Lusi telah keluar. Dia benar benar senang sekali hari ini, makanya dia juga memberi kesenangan pada Lala dan Lusi dengan menyuruhnya berbelanja. Xue Mingyan langsung memasang raut wajah kesal ketika mendengar ketukan pintu, dia berbalik lalu membuka pintunya kembali. "Aku kan sudah bilang kalian belanja sa ..." ucapannya terhenti ketika melihat di depannya bukan Lala dan Lusi melainkan Perdana Mentri ayahnya. "Akh, maafkan atas ketidaksopanan Ming er ayah," ucap Xue Mingyan meminta maaf. "Tidak apa-apa, aku ingin mengatakan sesuatu yang penting padamu Ming er," balasnya. Xue Mingyan mengangguk mengerti lalu dia mempersilahkan masuk Perdana Mentri. "Bagaimana dengan kondisi kakimu?" tanya Perdana Mentri. "Sudah lebih baik ayah, ayah tidak perlu khawatir," balas Xue Mingyan ramah yang dibalas dengan anggukan oleh Perdana Mentri. "Hal penting apa yang membawa ayah kemari?" tanya Xue Mingyan penasaran. "Besok adalah ulang tahunnya Putri Qiaosheng. Kau diundang untuk menghadiri ulang tahunnya," jelas Perdana Mentri. Xue Mingyan terdiam sesaat, akan tetapi kemudian dia mengangguk mengerti, "Baiklah ayah, Ming er akan datang ke Kaisaran besok. Tapi seharusnya ayah tidak perlu datang pada Ming er, biar Ming er saja yang datang pada ayah jika ayah ingin membicarakan sesuatu dengan Ming er," panjangnya. "Tidak apa apa, ayah hanya ingin memeriksa keadaanmu Ming er. Sekarang kau beristirahatlah, akan ada perjalanan meletihkan untukmu besok," saran Perdana Mentri kemudian berdiri dan beranjak pergi. Xue Mingyan mengantarkan Ayahnya Perdana Mentri sampai pintu depan. Ketika semua orang telah pergi, dia menghela napas kasar dan menutup kembali pintunya. "Haduuh, aku tidak mau datang ke sana," keluh Xue Mingyan. Dia sangat tidak mau datang ke acara ulang tahun itu. Karena apa? menurutnya itu bukan pesta ulang tahun tapi ajang pertunjukan bakat dan pembualan yang tidak berguna. "Memuakkan," ejek Xue Mingyan kesal di dalam hatinya. Baru memikirkannya saja Xue Mingyan sudah tidak bersemangat. Ingin sekali menolak permintaan ayahnya itu, tetapi melihat dia yang repot repot datang ke sini untuk memberitahukannya membuat Xue Mingyan tidak tega untuk menolaknya. "Baiklah, karena sudah terlanjur seperti ini. Lebih baik mencari hadiah yang pas untuk putri Qiaosheng itu," ujar akhirnya. Dia langsung berjalan ke kamarnya untuk mengganti pakaiannya dan pergi menyusul Lala dan Lusi ke Pasar. *** Shu Hang dan Selir Niang tengah minum teh di taman Pavilliunnya Shu Hang. "Ibu, terima kasih karena telah membujuk ayah melepas hukumanku," ucap Shu Hang berterima kasih pada Selir Niang. Selir Niang tersenyum hambar mendengarnya. Mungkin anaknya akan marah dan terpancing emosi lagi jika tahu yang melepas hukumannya ini adalah Xue Mingyan sendiri. "Ibu kenapa?" tanya Shu Hang penasaran ketika melihat Selir Niang yang terdiam tidak menjawab ucapannya. Selir Niang menggelengkan kepalanya, dia tidak mau membebani anaknya lagi dengan memberitahukan alasan yang sebenarnya padanya. "Apa yang akan kamu bawa untuk hadiah Putri Qiaosheng besok Hang er?" tanya Selir Niang mengubah topik pembicaraan mereka. "Sesuai dengan yang ibu katakan, aku akan memberikan hadiah paling berkesan untuknya nanti," jawab Shu Hang senang. "Hang er, kau harus bisa merebut perhatian Putri Qiaosheng nanti di sana. Jika kau menjalin pertemanan dengannya, itu pasti akan sangat membantu kita di Masa Depan," saran Selir Niang serius. Shu Hang mengangguk mengerti, "Baik ibu, aku tidak akan mengecewakan ibu kali ini," jawabnya antusias. Selir Niang tersenyum melihat anaknya yang semangat seperti ini. Dia mengusap pelan kepalanya Shu Hang. "Tapi ibu, selama ini Putri Qiaosheng tidak pernah menunjukan dirinya. Hang er masih belum tahu bagaimana dia," ucap Shu Hang ragu. "Kau tidak perlu khawatir, asal kau membuatnya terkesan itu tidak akan jadi masalah besar," balasnya hangat. Shu Hang tersenyum senang, memang ibunya ini sangat bisa diandalkan oleh Shu Hang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN