Sukma dan Hylda yang merasa khawatir tentang keadaan Gadi berusaha untuk keluar gua untuk mencari keberadaan sang komandan.
Namun, langkah mereka terhenti, lalu bersembunyi, ketika melihat orang lain sedang menuju ke dalam gua.
Suasana malam itu begitu gelap, pencahayaan bulan yang tertutup awan membuat pandangan Hylda dan Sukma tidak begitu jelas.
Sementara Elizabeth yang mondar-mandir karena menunggu kedatangan Gadi membuat Hylda kesal, dengan adanya hantu Elizabeth justru mengganggu pandangan Hylda.
“Manusia atau mayat hidup?” tanya Sukma.
“Kurang tahu, Bang! Tapi lebih baik kita keluar karena di dalam gua sudah tidak ada jalan ke luar lagi, apalagi kita sudah tidak memiliki senjata lagi.”
Perlahan mereka pun mengendap-endap keluar. Namun, Yohan yang melihat mereka dari bawah pun berseru.
“Tunggu, jangan pergi. Kami ada di pihak kalian.”
Hylda berhenti, “Bang mereka bisa bahasa Indonesia, mungkin mereka orang kita.”
“Siapa kalian?” tanya Sukma.
“Kami sudah bertemu kapten Gadi dan beliau meminta kami untuk datang kemari.” Suara Yohan dengan lantang berseru.
Setelah melihat Egy, Hylda dan Sukma dengan segera memberikan hormat kepadanya.
“Bagaimana bisa kita bertemu di sini?” tanya Hylda.
“Kapal kami terdampar di sini ketika badai,” ucap Ratna.
“Mari masuk,” ajak Sukma dengan mempersilakan mereka berjalan terlebih dahulu
Suasana di gua saat ini lumayan terang, dengan pencahayaan senter yang di bawa mereka.
Egy pun menceritakan kejadian satu per satu yang membuat mereka terdampar hingga mayat hidup itu berada di sini, begitu pula dengan Sukma.
“Setahuku setiap malam mereka akan keluar dan menjelang pagi mereka akan kembali, tapi entah kenapa hari ini mereka muncul di siang hari!” ucap Egy.
“Oh iya, Bang. Maaf. Kapten kami ke mana kok belum sampai dari tadi.”
“Kapten Gadi mencari obat bersama dokter Kinan,” jawab Egy singkat.
“Kenapa kalian tidak bersamanya. Kalau makhluk-makhluk itu mulai bangkit bagaimana?” tanya Hylda.
“Mereka meminta kami untuk datang ke sini terlebih dahulu. Lebih baik kita tunggu dulu saja mereka,” ucap Yohan.
Mereka pun merebahkan diri hingga satu jam berlalu Gadi tiba dengan membopong Kinan.
"Abang tidak apa-apa, Bang?” tanya Hylda.
Hylda yang mengkhawatirkan keadaan Gadi sangat merasa khawatir, gadis itu terus menatap Kinan, ia merasa bahwa dokter itu hanya menjadi beban bagi mereka.
“Kamu gak kenapa-kenapa Dokter?” tanya Ratna.
“Alhamdulilah. Tadi hanya terkilir saja.” Kinan segera mencari batu dan menggerus sereh untuk menyembuhkan luka Gadi dan Sukma.
“Ini sangat bagus kah, Dok?” tanya Ratna.
“Sere yang membuat simpul ini ada aura mistisnya yang membuat obat ini sangat bereaksi cepat untuk menyembuhkan luka. Apalagi kalau ada orang tersengat petir, di sekitarnya kita akan menemukan sere seperti ini.”
“Masa sih, Dok!” Kinan tersenyum sambil tangannya terus menggerus hingga sere itu halus.
Sementara Sukma sedari tadi dia hanya tersenyum menatap Kinan sambil mendengarkan pembicaraan Gadi dan Egy.
“Kenapa Bang? Naksir kan!” Hylda berbisik sembari menggoda Sukma.
***
“Bagaimana kalau kita mencoba jalan? Siapa tahu kita akan menemukan pulau lain di dekat sini?” tanya Gadi.
“Nah itu! Pernah sekali kami melakukan hal itu, tapi anehnya saat kita menemukan pulau lagi dan mendekatinya ternyata itu pulau yang sama dan kami kembali ke tempat ini. Ingin mencoba lagi, kami takut kehilangan bahan bakar.”
Gadi sejenak terdiam sembari mencari cara agar permasalahan mereka selesai.
“Permisi, Mas? Mau ngobati lukanya sebentar?" ujar Kinan.
“Permisi ya, Mas!"
“Malu, mas sama tubuhnya. Masa badan keker kaya gini di obati meringas-meringis.”
“Wajarlah Dik. Orang ini luka terbuka,” keluh Gadi. .
“Sudah selesai, Mas! Besok bangun tidur inshaallah sudah sembuh!”
Melihat Egy dan kedua anak buahnya tiduran di depan, Gadi pun tak mau beranjak dari tempatnya.
Pria itu terus menatap Kinan yang sedang mengobati luka pada Kaki Sukma. Berbeda dengan Gadi yang sedari tadi meringis ketika di obati, Sukma justru lebih tenang.
"Kamu gak kesakitan?” tanya Gadi.
“Sedikit! Tapi rasa itu hilang Bang kalau liat dokternya cantik begini,” lontar Sukma.
“Ehem!” Hylda tertawa lirih, karena baru pertama kali ia mendengar Sukma menggoda wanita.
“Sebaiknya kita istirahat agar besok bisa segera ke kapal,” ucap Kinan.
Dengan berjajar mereka membaringkan tubuhnya. Gadi tertidur paling pojok, sebelah kanannya ada Kinan yang sedari tadi belum memejamkan mata. Gadi yang tertidur dengan posisi miring menatap Kinan yang berwajah mirip dengan kekasihnya dahulu.
Pikirannya meremang membuatnya memikirkan masa lalu yang tak pernah hilang dari ingatannya. Rasa bersalah yang begitu dalam di hatinya membuat matanya memerah karena menahan emosi, kecewa dan kehilangan.
Kinan pun melirik melihat samar wajah Gadi yang tersorot cahaya lampu senter. Dokter muda itu sadar bahwa pandangan Gadi sedang memikirkan sesuatu. Ia tidak berani bertanya, hanya tetap terdiam.
Menyadari Kinan yang sedari tadi melirik Gadi pun pura-pura tertidur.
“Tidur juga akhirnya!” ucap Kinan lirih.
Kini gadis itu leluasa memandangi wajahnya, ada rasa yang aneh menyelimuti hati dan pikirannya.
“Kenapa Aku seperti lama mengenalnya!” batin Kinan.
Tangannya ingin menyentuh pipi Gadi, namun ia mengurungkan niatnya hingga Gadi yang pura-pura tertidur, meraih tangan Kinan yang masih mengambang di atas wajahnya. Sontak Kinan kaget dan memandangi wajah gadi yang tersenyum kepadanya.
“Ada apa, Dik Kinan?” tanya Gadi lirih di telinganya.
Kinan gemetar ia seperti mengenal suara bisikan di telinganya. “Maaf Mas tadi mau nyablek nyamuk!” ucap Kinan berkilah.
“Mas pernah ke kota Semarang?” tanya Kinan.
“Pernah tapi hanya lewat saja. Kenapa?”
“Nggak papa, kok Mas.”
Gadi hanya tersenyum, memanggil nama Kinan seakan mengobati rasa rindunya dengan sang kekasih. Meskipun beberapa teman Gadi selalu memberitahu untuk melupakan Kinan yang sudah meninggal, pria mancung itu menolaknya. Karena yang meninggal adalah jasadnya bukan cintanya.
“Kenapa Mas senyam-senyum!”
“Jadi teringat adikku yang sudah meninggal. Namanya Kinanti!”
“Adik kandung atau adik-adikan nih mas.”
Gadi hanya membalas dengan senyuman, yang membuat Kinan mengerti bahwa yang di panggil adik adalah kekasihnya. Dalam lingkungan tentara banyak dari mereka yang memanggil kekasihnya dengan panggilan ‘Dik."
“Kenapa kebetulan begitu ya, namanya Kinan. Kinan siapa Mas?” tanya Kinan.
“Namanya Kinanti Ca—“ Belum selesai berbicara tiba-tiba suara tembakan terdengar begitu nyaring. Membuat Gadi menghentikan pembicaraan dan semua yang tertidur pun terjaga dari mimpi.
“Ada apa lagi ini?” tanya Ratna.
“Sepertinya itu mayit-mayit yang saling”” berperang,” ucap Sukma, pria yang ada di sampingnya.
“Lebih baik kita tidur lagi, karena menurut Elizabeth, gua ini yang paling aman. Mereka tidak berani mendekat,” ucap Hylda menjelaskan.
“Elizabeth?”
“Dia manusia yang terjebak di pulau ini dan mati di pulau ini!” jawab Hylda.