“Oh.. Hai,” Maha menyalaminya. “Kita ketemu lagi. Perkenalkan, saya Maha Abimana.. Maafkan, tapi siapa yang bernama Addara?” “Saya,” Addara bicara dan kemudian menunjuk Malika, “Di sebelah saya ini Malika, sahabat saya. Mmm.. Malika hanya menemani, karena saya tidak mau sendiri.” Addara bicara perlahan. Maha tersenyum dan duduk di hadapannya. Ada dua hal yang membuatnya tersenyum. Pertama, ada peluang untuk Aksa. Kaget rasanya melihat perempuan yang Aksa suka ada di hadapannya. Ia langsung merasa ada secercah harapan untuk sahabatnya itu. Kedua, lucu mendengar ucapan Addara kalau dia tidak mau sendiri. Sementara ia datang untuk bercerai. Yang artinya, perempuan ini mau tidak mau akan sendiri. “Ok, bagaimana? Ada yang bisa saya bantu?” Maha mencoba menahan senyumnya dan bicara dengan