Addara menatap Aksa dan tersenyum. Kekasihnya itu membalikkan badannya, menunjukkan kemarahannya. Aksa seperti anak kecil saja. “Kenapa? Marah?” Addara merangkul tangannya. “Kenapa harus marah?” Aksa merajuk dan mengalihkan pandangan dari Addara. “Kalau begitu, apa boleh aku angkat teleponnya,” Addara menggodanya. “A-apa???” Aksa berbalik menghadap Addara. “Ada aku di sini, kenapa kamu mengangkatnya?" "Ara bilang padaku, kenapa dia meneleponmu? Apa sering?” Aksa mengerucutkan bibirnya. Addara kembali tersenyum, gemas sekali melihat kelakuan Aksa. “Aku tidak akan mengangkatnya. Hanya bercanda supaya kamu mau kembali melihatku. Jangan membelakangiku kalau tidak marah..” Addara menggelitiknya mencoba membuatnya tidak lagi kesal. Aksa mengatupkan bibirnya, “Aku pulang..” Tapi t