bc

TEROR KACA JENDELA

book_age16+
90
IKUTI
1K
BACA
like
intro-logo
Uraian

Ray Raksa Muhammad, remaja tujuh belas tahun; berulang kali mendengar suara aneh di jendela rumahnya pada tengah malam. Rasa penasarannya yang tinggi berujung kala bersirobok dengan seonggok kepala berwajah menyeramkan yang hendak menerkamnya. Lalu terusik dengan suara yang sama. Bahkan kepala itu muncul lagi. Seolah terus menerornya. Bulan-bulan kemudian, ia banyak mengalami peristiwa yang berhubungan dengan hantu. Apa berupa suara atau wujud yang berubah-ubah. Bahkan teman-teman dekatnya. Saudaranya. Keluarga besarnya. Tak henti diteror. Disergap dalam ketakutan yang kian mencekam. Kesemuanya itu dihantarkan oleh Wak Dulah, lelaki tua sakti yang ingin mewarisi Ray dengan ilmu hitam yang menyesatkan. Untuk memanjakan hasrat duniawi.

chap-preview
Pratinjau gratis
Mimpi Itu Mulai Datang
Mimpi Itu Mulai Datang TREK TREK TREEEEK! Suara serupa garukan kuku di permukaan jendela kaca rumah bagian depan. Rumah yang senyap. Semua penghuninya tengah disergap kantuk yang sangat. Sesosok perempuan tinggi ramping berbaring sendirian di atas tempat tidurnya. Matanya terpejam. Suaminya, seperti biasa tengah tak berada di rumah. Bekerja di pusat kota dan pulang seminggu sekali saban menjelang malam Minggu. Namun, malam ini bukan malam Minggu. Malam selain malam itu. Di luar rumah, sepi sekali. Langit malam dihiasi bebintang yang bertaburan. Tampak gemerlapan indah. Adapun, penghuni rumah; yang baru saja kaca jendela rumah bagian depan bergetaran tersebab ada sesosok makhluk tak kasat mata menggetarkannya. Makhluk berwujud menyeramkan. Tanpa tubuh. Hanya seonggok kepala bermata menakutkan. Makhluk itu dikirim dari seseorang nun jauh sana. Dari kawasan pinggiran di sebuah kota di Jawa Tengah. Banjarnegara. Dusun Sirawuk yang terletak di kaki gunung. Adalah Wak Dulah, lelaki tua pemilik ilmu hitam beraliran menyesatkan. Tetiba, perempuan yang matanya terpejam itu pun mengigau. Menyebut nama Wak Dulah. Lelaki kelahiran Garut itu dikenalnya sebagai adik kandung mendiang mertua laki-lakinya. Lelaki itu memang terkenal sakti dengan ilmu yang dimilikinya. Perempuan bernama Ratna itu pun membuka matanya. Tubuhnya berkeringat. Seperti telah habis berlari jauh melintasi jalanan tak berujung. Ia pernah mendengar Hardi, suaminya bertutur perihal ulah Wak Dulah. Lelaki tua itu tentu tengah mendalami ilmu hitam yang baru. Mungkin tengah ritual di makam, gua atau tempat keramat lainnya yang tersebar di sepanjang pulau Jawa. “Hati-hatilah, Ma... jika ada sesuatu hal yang membuat Mama terusik di tengah malam, semisal mendengar suara aneh atau peristiwa menyeramkan... bukan tak mungkin, itu ulah Wak Dulah,” begitu ucapan suaminya masih terngiang-ngiang di telinganya. Tubuh Ratna beranjak dari tempat tidur. Telapak tangan kiri menggosok kedua matanya. Tubuhnya bergerak menghampiri dinding. Tangan meraba-raba. Alhasil, ditemukannya sakelar lampu. Ruang kamar seketika terang. Sepi. Di dalam rumah sepi. Begitu pun di luar rumah. Tak jauh berbeda. Hanya daun-daun yang bergesekan tertiup angin. Suara garukan di kaca jendela rumah paling depan itu hanya mimpi. Ia yakin. Lalu hatinya kembali membenarkan. Ia pun harus menyingkirkan dugaan jika harus mengaitkan dengan ucapan suaminya. Mungkin ya, mungkin juga tidak. Dugaan sementara. Kakinya melangkah membuka pintu kamar. Berhenti sejenak dekat anak tangga. Hendak melihat kedua anak perempuannya, Rayna dan Mia. Mereka berdua tidur di kamar yang berada di ruang atas. Namun diurungkannya. Lalu melangkah ke ruang tengah. Ruangan terang benderang. Sesaat, ia geleng-geleng kepala. “Ray...” gumamnya sembari mendekati sesosok tubuh anak sulungnya yang berbaring telentang. Laptop di sampingnya, dibiarkan menyala. Rupanya anak itu ketiduran dan lupa mematikan benda kesayangannya. Tangannya perlahan menepuk-nepuk bahu Ray yang tampak pulas. “Mama?” mata Ray memicing. “Kamu belum tidur kan?” Tubuh Ray bangkit dan duduk. Lalu menguap. Tangannya segera mematikan laptop. “Ketiduran, Ma.” “Sekarang, ayo tidur lagi, maaf Mama udah bangunin kamu, ya?” Ratna sedikit menyesal. “Sebaiknya, kamu tidur di kamarmu saja.” Ray mengangguk. “Baik, Ma...” “Ray...” Ratna menatap wajah putih anaknya. Bibirnya bergerak lagi hendak menanyakan apakah anak sulungnya mengalami hal yang sama, mendengar suara garukan di jendela kaca rumah bagian depan. Atau mungkin datang lewat mimpi saja. Namun, menghadapi sikap Ray yang tampak biasa-biasa seolah tak ada apa-apa, segera Ratna mengurungkan niatnya. “Ada apa, Ma?” Ray balik menatapnya. “Hemmm.... tidak ada, ko,” Ratna mengulas senyum. Lalu mengibaskan rambut sebahunya ke belakang. Masih merasakan gerah. “Ah, Ray pikir, Mama seperti menyimpan sesuatu. Mau bicara sesuatu yang penting tapi tak jadi. Iya kan?” Ratna menggeleng. “Tidak.” “Ray tak percaya,” Ray sedikit merajuk. “Sudahlah!” “Ayolah, bilang dulu.” “Kamu pindah ke kamar, tidur... besok kan harus ke sekolah!” “Tak akan bisa tidur sebelum Mama bilang...” “Duh, kamu ini. Baiklah, Mama cuma mau tahu, tadi waktu kamu ketiduran, kamu mimpi apa?” pancing Ratna. Ray terdiam sejenak lalu menggeleng. “Tidak ko, Ma. Malah Ray merasa tak mimpi apapun. Kenapa gitu, Ma?” “Tidak, tadi kan Mama bilang, Mama cuma mau tahu saja.” “Tumben,” desis Ray. “Kalau Mama sendiri, mimpi apa?” “Mimpi mendengar suara garukan kuku di kaca jendela rumah bagian depan. Terdengar begitu jelas. Memecah malam yang sunyi. Mama sempat berpikir itu ulah Wak Dulah yang mengirimkan makhluk menyeramkan untuk mengusikmu, Ray. Kamu tahu tidak, Wak Dulah itu tak punya anak laki-laki Semua anaknya perempuan dari belasan kali menikahi perawan cantik. Wak Dulah ingin sekali punya anak laki-laki dan pernah beberapa kali membujuk ayahmu untuk menyerahkanmu padanya. Dia ingin kamu jadi anaknya, Ray. Tapi tak mungkin Papa dan Mama memberikanmu.” Ratna menjelaskan dengan detail tapi sebatas dalam hati. Alhasil, yang keluar dari bibirnya hanya sebaris kalimat yang membuat anaknya percaya dan cukup lega lalu beranjak ke kamarnya. Lagipula, Ratna tak mau menghadirkan kecemasan di ruang pikir anaknya. Mengenai suatu yang hitam. Serupa mimpi menakutkan tadi yang sempat mengusiknya. Ia pun tak akan pernah mau kehilangan anak sulungnya. Jadi, ia tadi berdusta bermimpi yang lain. Ray Raksa Muhammad. Remaja berwajah cukup rupawan itu berusia tujuh belas tahun. Seorang anak SMK yang pintar, rajin dan tak banyak bicara. Ia memilih banyak berkutat dengan tugas-tugas sekolahnya. Ketika banyak teman senang menceritakan hal yang berhubungan dengan mistis, ia sama sekali tidak tertarik. Ia bukan anak penakut bahkan termasuk anak pemberani. Beberapa teman dekatnya seperti Dani Ahmad Fauji, atau Cika Cantika yang menjadi kakak misannya— acap mengalami peristiwa menakutkan. Begitu pun dengan Fian Nugraha dan Dirga Laksana. Tentu saja semua itu menciptakan ketakutan yang sangat pada mereka. Dan berhasil membentuk pribadi yang penakut. Teman-temannya acap melewati malam-malam yang mencekam baik ketika sendiri maupun tengah bersama-sama. Bahkan beberapa rumah yang sempat disinggahi, di situ pula bermukim hantu-hantu seperti rumah tetangganya, Bu Marsinah yang merupakan nenek Dani. Rumah Bu Marsinah menjadi rumor sarang hantu. Atau rumah Bunda Dewi, kakak Ratna. Ray pun pernah mendengar kakak ibunya itu melihat penampakan gadis berbaju merah. Bunda Dewi acap bercerita serupa peristiwa begitu yang terjadi di sekolah tempatnya mengajar. Penampakan dan suara-suara menakutkan seperti ada yang menabuh gamelan tengah malam dan menabuh marching bell di ruang seni. Apalagi di rumah Haji Jajali, salah satu tetangga Fian. Rumah yang sudah sangat lama kosong dan hanya berpenghuni pembantunya yang tua saja, acap terjadi sesuatu yang menyeramkan karena konon di rumah itu ada penunggunya yaitu si Gembel, jin yang suka iseng dan jahil. “Atap rumahku sering dilempari pasir atau batu oleh si Gembel!” cerita yang disuguhkan Fian saban berkumpul dengan Ray, Dani dan Dirga. “Wah, lalu setelah itu... apa si Gembel mendatangimu?” Bahu Dani bergidik. Fian pun ikut mengedikkan bahu. “Tidak sih. Hanya berulah begitu saja.” “Kamu pernah melihat penampakan si Gembel?” pancing Ray. Entah sudah berapa belas kali telinganya mendengar soal ini dari mulut yang sama. Ia pun tak bisa menebak bagaimana wujud si Gembel. Fian mengangguk cepat. “Ya. Di jendela ruangan atas rumah Haji Jajuli!” jelas Fian serius. Rumah tua itu, bagian samping kirinya tampak dari rumah Fian. Bahkan, bila saja Fian tengah malam membuka jendela kamar, lalu kepalanya iseng menengok ke arah barat tepatnya ke jendela ruang atas rumah itu, maka akan tampak sosok tubuh tinggi besar dan hitam. Fian menyimpulkan itu si Gembel. Sama seperti yang pernah dijelaskan oleh ibunya. “Kapan-kapan, kamu menginap di rumahku, Ray!” tantang Fian. “Kamu akan mendengar suara pasir atau batu dilempar ke atas atap rumahku di tengah malam. Lalu coba kamu buka jendela kamarku. Arahkan tatapan matamu ke jendela rumah itu...” Ray menarik ujung bibirnya sedikit. “Jangan menakut-nakuti, Fian. Aku tak akan takut!” “Lho, siapa yang nakutin kamu? Aku kan cuma mau buktikan ucapanku kalau yang namanya si Gembel itu ada!” Dani yang tubuhnya tinggi dan kurus dengan rambut lurus bermodel ala penyanyi Mandarin, cekikian meski sebenarnya ngeri membayangkan. Sementara Dirga tak banyak bicara. Tubuhnya yang pendek dan sedikit gemuk sangat klop dengan sikapnya yang acap pendiam. “Ray itu harus mengalami dulu, Fian!” seru Dani usai menghentikan tawanya yang renyah. “Siapa takut?” Ray tersenyum kecut. “Yaaa, tapi aku percaya Ray, lho...” Dirga yang sedari tadi diam, mulai angkat bicara. “Aku kurang percaya!” Dani masih penasaran ingin menggoda Ray. Bibirnya bergerak-gerak. “Lho, Dan... bukankah kamu juga memang mengandalkan Ray?” Fian menatap. “Maksudmu?” Dani melirik pada Fian. “Bukankah kamu saban menginap di rumah nenekmu, suka minta ditemanin Ray?” ucap Fian setengah meledek. Dani kembali tertawa. Begitulah mereka bila betemu dan membahas yang bertalian dengan hantu. Ray dan Fian bertetangga tapi rumah mereka agak berjauhan. Sementara rumah Ray berhimpitan dengan rumah Bu Marsinah, neneknya Dani. Rumah Dani sendiri di kampung lain. Ia hanya sesekali berkunjung dan menginap di rumah neneknya. Lalu Dirga tinggal di kampung yang berbeda pula. Hanya, ia pun pernah ikut menemani Dani bila menginap. Dari keempat kawan dekat itu, Dani yang paling memiliki sifat penakut. “Ya sih, di rumah nenekku juga sarang hantu,” ucap Dani akhirnya di ujung pembicaraan mereka pada jam istirahat di sekolah. Bel tanda masuk berbunyi. Dani masuk ke kelasnya. Fian, Dani dan Dirga satu kelas. Mereka satu sekolah. Ketika pulang ke rumah, Ray sempat menyakan pada ibunya mengenai jin yang diceritakan Fian. Ibunya pun dengan lancar bertutur. Ia acap mendengar dari tetangga sekitar rumah tua itu. Bahkan sebelum Ray dilahirkan, ia tahu tentang hal itu. Usut-punya usut, si Gembel itu sengaja ditempatkan di situ oleh Wak Dulah untuk menakut-nakuti tetangga sekitar situ. Haji Jajuli yang terkenal maha pelit itu suka mendalami ilmu mistis dan berguru pada Wak Dulah. Lelaki tua itu semenjak remaja sudah mendalami berbagai ilmu mistik hingga di masa tuanya, ia dikenal sakti. Banyak yang ingin berguru padanya. Haji Jajuli merupakan murid kesayangan Wak Dulah. Mereka berdua acap berjumpa di kota dan pergi menyepi ke tempat-tempat keramat untuk melakukan ritual demi suatu tujuan. Wak Dulah memang masih penasaran ingin memiliki Ray sebagai putra angkatnya. Ia berharap banyak Ray akan menjadi pewaris ilmu hitam yang didalaminya. Ia menaruh kepercayaan besar pada sosok Ray yang pemberani dan kuat menampung ilmu-ilmu yang hendak Wak Dulah salurkan. Demi menyatukan kekuatan yang luar biasa. Namun, kedua orang tua Ray bersikukuh tak mau memberikannya meski lelaki tua itu berjanji menggantinya dengan harta. Kekecewaan tak berhasil mendapatkan Ray, memantik Wak Dulah melancarkan aksinya. Ia mulai menerbangkan teror pada mimpi Ratna, perempuan yang telah mengandung Ray.***

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Marriage Aggreement

read
83.6K
bc

My Devil Billionaire

read
95.8K
bc

Life of Mi (Completed)

read
1.0M
bc

Life of An (Completed)

read
1.1M
bc

Scandal Para Ipar

read
700.3K
bc

Menantu Dewa Naga

read
179.8K
bc

Di Balik Topeng Pria Miskin

read
864.7K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook