Hans dan Andreas

1501 Kata
Waktu berlalu begitu cepat. Hanna menjalani hari-hari bersama kakek dan tanpa nenek. Gadis itu mulai sibuk bekerja karena proyek kerja sama dengan Andreas yang sudah mulai dengan pembangunan pada perkarangan. Hotel dengan hasil desainnya yang dibayar mahaln oleh perusahaan Adhy milik papa Andreas. Pagi ini Hanna berangkat ke lokasi pembangunan bersama Hans dan Juanda dengan menggunakan mobil bosnya dan seorang sopir. Juanda duduk di samping sopir. Hans dan Hanna berdua di belakang.   "Bagaimana kabar kamu hari ini, Sayang?" Hans menggenggam dan mencium tangan Hanna.   “Aku sangat baik.” Hanna merebahkan kepalanya pada lengan Hans.   “Aku sangat merindukan kamu.” Hans menekan tombol yang memisahkan mereka dari sopir.   “Kenapa?” Hanna mendongak.   “Aku belum mendapatkan ciuman beberapa hari ini.” Hans menatap Hanna dengan lekat.   “Apa….” Kalimat Hanna terhenti bibirnya telah dilumati pria dewasa itu. Mereka berciuman sangat lama.   “Aku mencintai kamu, Hanna.” Hans menatap Hanna.   “Aku juga mencintai kamu.” Hanna memeluk Hans. Pria itu telah menemaninya sejak lama hingga dirinya berhasil. Ketika lulus kuliah gadis itu mendapat panggilan kerja dari sepuluh perusahaan terbaik termasuk milik kekasihnya yang menjadi pilihannya.   “Hanna, kapan kita akan menikah?” tanya Hans.   “Setelah proyek ini selesai,” jawab Hanna.   “Benarkah?” Hans memegang pipi Hanna tidak percaya dengan apa yang dia dengar.   “Ya.” Hanna mengangguk.   “Terima kasih, Sayang.” Hans mencium wajah Hanna dari dahi, hidung, pipi dan bibir.   “Aku mencintai kamu. Sangat cinta.” Hans memeluk Hanna.   “Aku juga,” ucap Hanna.   Mereka telah sampai di lahan yang sangat luas dan kosong. Sopir menghentikan mobilnya di samping mobil milik Andreas. Sebelum turun dari mobil Hanna mengikat rambutnya seperti kuncir kuda, dan tak lepas dari perhatian Hans.   “Leher yang menggoda.” Hans mencium leher jenjang Hanna.   “Hans, itu geli.” Hanna mengusap lehernya.   “Sayang, kenapa harus diikat?” Hans menatap leher jenjang dan seksi sangat cocok dengan kerah kemeja merah kotak- kotak yang Hanna gunakan.   “Supaya tidak mengganggu.” Hanna mengecup bibir Hans.   “Lagi.” Hans menahan leher Hanna dan mencium intens bibir kekasihnya.   “Ada banyak orang di luar.” Hanna melepaskan ciuman mereka.   “Apa malam nanti kita bisa berkencan?” Hans menahan tangan Hanna yang akan membuka pintu.   “Kencan dir rumahku,” ucap Hanna dengan tersenyum.   “Itu pun boleh.” Hans tersenyum puas dan keluar dari mobil.   Andreas, Laura dan Jhonatan telah menunggu. Pria dengan gelas King itu menatap Hanna. Dia melihat wanita itu semakin cantik dengan rambut diikat tinggi. Tatapan mata Andreas penuh makna dan itu cukup disadari Hans.   “Selamat datang, Tuan Hans.” Laura mengulurkan tangan pada Hans.   “Terima kasih.” Hans berjabat tangan dengan Laura dan Andreas.   “Apa kabar Hanna?” Laura memeluk Hanna.   “Aku baik. Terima kasih,” balas Hanna.   "Apakah aku juga boleh memelukmu?" Andreas melihat ke arah Hanna dan tersenyum.   “Apa?” Hanna terkejut ketika Andreas akan memeluk Hanna.   “Apa yang kamu lakukan?” Hans menarik tangan Hanna dan menyembunyikan ke belakangnya.   “Hey, Hanna masih single.” Andreas tersenyum tampan.   “Dia sudah punya kekasih,” tegas Hans.   “Benarkah?” Andreas menaikkan alisnya.   “Sebaiknya kita mulai bekerja.” Juanda berdiri di tengah-tengan Hans dan Andreas.   "Hanna, kamu sangat cantik, dan pakaian kasual sangat cocok dengan usiamu yang masih sangat muda." Andreas menatap Hanna dengan senyuman paling menawan.   "Terima kasih, Tuan Andreas." Hanna tersenyum.   "Harusnya aku buka ikatan rambutnya." Hans melirik Hanna dan menatap tidak suka pada Andreas.   ‘Halo Tuan Andreas.” Seorang pria mendekati Andreas.   “Ah, Halo Kenny.” Andreas tersenyum.   “Silakan gunakan topi pengaman.” Seorang pekerja yang membawa topi memberikan kepada mereka semua untuk digunakan sebagai pengaman.   "Hallo Nona Hanna. Saya Kenny, yang akan menemani anda selama di lapangan." Kenny mengulurkan tangan kepada Hanna. Pria itu yakin Hanna adalah arsitek cantik, muda dan berbakat yang telah di jelaskan oleh Andreas.   "Halo, Terima kasih." Hanna berjabatan tangan dengan Kenny . "Kenapa banyak sekali pria di sekelilingnya?" geram Hans melihat seorang pria muda tersenyum yang sedang berjabatan tangan dengan Hanna.   Tentu saja ada banyak pria, karena ini adalah pekerjaan lapangan, hanya sedikit wanita yang mau menjadi arsitek dan bekerja di luar ruangan. Terik matahari akan membakar kulit, cuaca panas dan gerah akan membuat tubuh berkeringat, belum lagi harus berlari ketika hujan datang tiba-tiba dan akan membuat wajah berantakan karena makeup yang telah luntur. Berbeda denagan Hanna yang sangat menyukai pekerjaannya. Dia mudah bosan jika selalu duduk diam di dalam ruangan.   Mereka berkeliling lahan pembangunan. Hanna menjelaskan desain kepada para pengawas dan pekerja yang sebelumnya sudah di persentasi di kantor Andreas. Ia juga mengatakan akan ikut langsung dalam pembangunan ini agar tidak ada kesalahan. Bahkan bahan bangunan Hanna sendiri yang akan memilih. Mereka akan bekerjasama dengan beberapa perusahaan lain penyedia bahan bangunan. Para pekerja tentu sangat senang, di temani seorang Arsitek cantik, masih muda, ramah dan sangat bersemangat dengan senyum manis penuh keikhlasan. Hans menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia memperhatikan para pekerja yang semuanya adalah pria yang akan bersama Hanna sepanjang hari dalam beberapa bulan kedepan.   "Kekasihku dalam bahaya. Haruskah aku batalkan proyek ini?" Hans berpikir dalam otak cerdasnya menatap tajam pada Andreas dan para pekerja. Juanda memperhatikan Hans, menahan tawa, ia tahu gelagat cemburu dan khawatir dari bosnya.   Matahari semakin meninggi dan memberikan terik yang menyengat. Wajah cantik Hanna terlihat berkeringat. Cairan tubuh asin itu mengalir melewati leher jenjang membuat Hans dan Andreas meneguk ludah terasa dahaga dan gerakan jari indah Hanna yang mengusap keringat menambah keseksian wanita itu dan sangat menggoda pria yang melihatnya.   “Hanna, sebaiknya kita beristirahat.” Hans menarik tangan Hanna dan ditahan Andreas.   “Ada apa?” Hanna melihat tangan kiri dan kanannya dipegang oleh dua pria tampan. Laura dan asisten dua bos memperhatikan cinta segitiga dari kejauhan. Mereka bertiga berteduh di tenda para pekerja.   “Juanda, apa bos kamu berpacaran dengan Hanna?” tanya Laura menatap tajam pada Juanda.   “Maaf, saya tidak tahu urusan pribadi bos Hans.” Juanda mengangkat tangannya.   “Jika mereka sepasang kekasih lebih baik segera diumumkan sebelum sepupuku berharap banyak dan merebutnya,” tegas Laura.   “Apa maksud Anda?” tanya Juanda.   “Andreas adalah pria manja yang selalu mendapakan semua yang ia inginkan. Jika, dia menginginkan Hanna, maka harus di dapatkan,” jelas Laura dan Jhonathan hanya diam.   “Lihatlah!” Laura menunjuk kearah Andreas dan Hans yang saling tatap dengan penuh permusuhan.   “Tuan Andreas. Sekarang sudah waktu makan siang. Kami akan kembali setelah itu.” Hanna menengahi Andreas dan Hans.   “Hanna benar. Tidak mungki kamu menyuruh Hanna bekerja tanpa istirahat.” Hans menarik tangan Hanna menjauh dari Andreas.   “Aku mengundang kalian makan siang di restaurant milikku. Bagaimana? Tidak jauh dari lokasi pembangunan ini.” Andreas tersenyum.   “Terima kasih atas tawaran kamu. Hanna harus membersihkan diri dan bergantik pakaian. Lihatlah, tubuh berkeringatnya.” Hans mengambil sapu tangan dari sakunya dan mengusap wajah serta leher Hanna yang terdiam membeku. Andreas mengepalkan tangannya.   “Ayo Hanna. Kita pulang. Permisi.” Hans menarik tangan Hanna berjalan menuju mobil.   “Permisi.” Hanna membungkuk dengan tergesa-gesa. Melihat bosnya berjalan menuju mobil, Juanda segera pamit pada Laura. Andreas masih berdiri di tengah lahan dan memperhatikan kepergian Hanna. Pria itu menatap tajam pada Hans dengan rasa marah dan cemburu.   “Apa kamu tidak mau makan siang?” tanya Laura melambaikan tangannya di wajah Andreas.   “Tentu saja. Aku sudah sangat lapar.” Andreas tersenyum tampan. Raut wajahnya berubah begitu cepat. Dia benar-benar tampan dengan senyuman menawan dan menggoda mata wanita yang melihatnya.   “Jhonatan,” sapa Andreas.   “Ya, Tuan.” Jhonatan segera mengikuti Andreas berjalan menuju mobil.   “Selidiki tentan Hans dan Hanna!” perintah Andreas dan duduk di kursi belakang.   “Sudah, Tuan,” ucap Jhonatan.   “Apa hasilnya?” tanya Andreas.   “Mereka adalah sepasang kekasih,” jawab Jhonatan.   “Pantas saja, tetapi kenapa gadis itu membohongiku dan berkati dia tidak punya kekasih?” Andreas tersenyum sinis.   “Karena mereka merahasiakannya,” ucap Jhonatan.   “Aku tidak suka dibohongi.” Andreas memainkan cincin yang melingkar di jarinya.   “Hanna Marina adalah arsitek yang menolak panggilan Anda, Tuan,” jeals Jhonatan.   “Apa?” Andreas menatap Jhonatan.   “Ya, Tuan. Dia adalah arsitek yang mendapatkan undangan dari sepuluh perusahaan terbaik,” lanjut Jhonatan.   “Dia menolak dan membohongiku. Hanna telah melakukan banyak kesalahan.” Seringai mengerikan terlihat di bibir seksi Andreas.   “Aku akan menikmati hari-hari bersamanya dalam kerja sama ini.” Andreas tersenyum.   “Kita akan makan di mana, Tuan?” tanya Jhonatan.   “Pulang ke rumah,” ucap Andreas.   “Aku akan mengirim pesan pada koki.” Jhonatan segera menekan icon otomatis pada layar ponselnya dan segera mengendarai mobil menuju istana Andreas.   Mobil melaju dengan kecepatan sedang membawa sang bos besar yang memejamkan mata di kursinya. Pria tampan dengan tubuh sempurna dan kecerdasan luar biasa itu menikmati tidurnya di dalam mobil. Pikirannya melayan pada Hanna. Dia sudah terlanjur suka pada wanita itu. Sukanya seperti barang yang harus di dapat bagaimana pun caranya.      
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN