HAPPY READING
***
Neny langsung memberitahu Lily apa yang telah ia dapatkan informasi dari Aksa, setelah meninggalkan area gedung rumah sakit Siloam.
“Omaigat, Taguh dan Aksa tau rumah kita !” Neny memekik.
“Sumpe lo !” Lily terperangah tidak percaya, bahwa kedua dokter itu mengetahui keberadaan rumah mereka begitu cepat.
“Serius ?”
“Iya serius !”
“OMG, terus gimana dong?”
“Nanti malam Teguh mau ke rumah lo tau !” ucap Neny lagi.
“Emang mereka berani ke rumah gue? Bokap gue galak tau !”
“Bokap lo mah dibabat abis kali Ly. Tampang kayak mereka mah nggak ada takut-takutnya !”
“HAAA !”
Lily menepuk setir mobil, “Wah, ini udah bahaya banget ! tau nggak sih lo? Lama-lama mereka tuh ngelunjak” dengus Lily tidak suka, ia mengarahkan mobilnya menuju Mega Kuningan.
“Mereka memang nekat sih kayak”
“Dan ada berita menggemparkan lagi Ly !”
“Apa tuh ! Apa ? Apa?” Lily semakin kepo dengan berita Neny.
“Ada cewek nekat BUGIL depan Aksa ! sumpah itu parah abis !”
“HAAA !” Lily menjerit segila-gilanya.
“Gila kan !”
“Siapa? Siapa?!”
“Katanya cewek yang suka sama dia, gue nggak tau dia siapa ! Aksa nggak mau cerita !”
“Bugil di mana? Di toilet atau di kamar ? atau rumah sakit?”
“Mana gue tau? Di kamar dia kali, nggak mungkin di toilet atau di kamar rumah sakit !”
“Ini bener-bener keterlaluan? Enggakk tau malu banget tuh cewek ! kayak nggak punya kerjaan aja ! dasar nggak ada moral ! harga dirinya udah nggak ada lagi !” Lily menggeram.
“Betul ! gue setuju sama lo ! gue dengernya aja sampe malu tau !”
“Gue yakin itu cewek pasti cewek murahan ! kalau cewek normal kayak kita nggak mau lah digituin !”
“Bener banget !”
“Gue sampe panas denger Aksa ngomong gitu!”
“Ih, dasar cewek nggak tau diri ! ngapain coba sampe bugil ? emang di dunia ini cowok emang mereka doang ! kesel gue dengernya”
“Makanya Ly, kita nggak boleh terpengaruh sama tuh cowok !”
“Setuju !”
“Pokoknya kalau tuh dua cowok ngejer-ngejer kita, kita pokoknya menjauh ! nggak boleh sampe terpengaruh ! ingat harga diri kita !”
“Jangan sampe kita bugil gara-gara mereka !”
“Bener banget !”
“Mungkin cewek yang bugil itu , cewek-cewek model cabe-cabean, atau ani-ani. Maklum mereka kan sering nge bar, mabok. Biasalah cewek model gituan, urat malunya udah putus !”
“Betul !” Tandas Neny.
“Cewek kayak gitu, liat cowok cakep dikit, langsung pura-pura pingsan, minta digendong, pura-pura mabok, biar diperhatiin, dijagain. Dan Lo harus tau nih Ny. Tuh dua cowok pasti udah sering tidur sama cewek !. Fik’s mereka udah nggak bisa masuk daftar list kita lagi. Tinggal cara kita bagaimana menghidar dari godaan mereka !”
“Mereka tuh tipe-tipe cowok kalau udah dapat, ditinggal ! penasaran doang, tau nggak sih lo !”
“Iya betul banget !”
“Sumpah ya ! gedek banget gue, sama cowok kayak gitu Ny ! Kita kudu jaga-jaga Ny. Jangan pernah tergoda, setampan apapun mereka !”
“Betul !” timpal Neny.
“Kalau mereka ngomong jangan percaya ! kebanyakan mereka bohong”
“Setuju !”
“Kita cewek macho, nggak bakalan terpengaruh sama buaya seperti mereka”
“Setuju !”
“Harap di catat ! nggak boleh terpengaruh sama BUAYA !”
“Setuju !”
“Terus juga, halang mereka untuk masuk ke rumah kita ! bagaimanapun caranya jangan pernah masuk ke rumah kita !” desis Lily, ia tambah dongkol dengan dengan kedua pria itu.
“SETUJU !!!”
“Kita harus berdoa Ny”
“Do’anya gimana?”
“Ya Tuhan, berikanlah petunjukmu agar kami terhindari dari buaya-buaya darat seperti Teguh dan Aksa. Di dalam kesempatan ini kami memohon kepada-Mu, bantulah kami agar menjadi pribadi yang lebih baik. Santo Rafael yang mulia, pelindung cinta kaum muda. Kami datang kepadamu dan memohon dengan sangat pertolonganmu”
“Amin” ucap Neny.
“Amin” Lily juga mengucapkan kata amin.
“Di denger nggak sih do’a lo sama Tuhan”
“Semoga aja Neny”
“Perasaan gue, tiap lo ibadah dari awal masuk gereja sampe pulang lo main HP mulu”
Lily mengusap tengkuknya tidak gatal, “Hemmm”
“Tuhan kayaknya masih mempertimbangkan do’a kita”
“Semoga aja di denger Ny. Ah lo mah, gue udah berdo’a khusyuk tadi”
“Iya-iya semoga aja di denger”
“Amin”
***
Lily mencari keberadaan bibi di dapur, ia melihat bibi berada di dekat kolam. Lily lalu mendekati bibi. Ia akan memberitahu informasi penting kepada bibi yang biasa menerima tamu di rumah ini.
“Bi …”
“Iya non” ucap bibi memandang Lily yang baru pulang.
“Nanti malam kalau ada cowok namanya Teguh, kalau nanya nyari Lily. Bilang Lily nggak ada ya. Bilang aja salah alamat, nggak ada namanya Lily di rumah ini”
“Emang, Teguh siapa non?”
“Dia cowok nggak tau diri bi, Lily nggak suka ! Pokoknya bilang aja nggak ada !”
“Iya non”
“Bilang aja di rumah ini nggak ada namanya Lily Pamela !”
“Baik non”
“Pokoknya dia bahaya bi”
“Bahaya kenapa non?”
“Dia pokoknya bahaya ! inget ya bi namanya Teguh”
“SIAP non !”
Lily menarik nafas, ia lalu menaiki tangga meninggalkan bibi yang terheran-heran. Lily melirik jam melingkar di tangannya menunjukan pukul 18.30 menit. ia merasa lega bahwa tidak ada tanda-tanda pria b******k itu berada di rumahnya. Ia meletakan paperbag berwarna putih yang bertulisan H&M ia letakan di sisi tempat tidur. Ia mengeluarkan tang top yang baru ia beli dan ia lalu bergegas ke kamar mandi. Ia juga merasa lega bahwa tidak ada lagi dm masuk di akun i********: nya.
***
Teguh merenggangkan otot pada tubuh, rasanya lelah inginnya segera tidur. Pekerjaan yang tidak ada habisnya, ia melirik jam melingkar ditangan menunjukan pukul 20.05 menit. Ia menyimpan tas kerjanya di nakas, ia lalu mandi agar lelahnya hilang. Ia bersyukur bahwa apartemenya dan rumah Lily tidak terlalu jauh. Tadi Aksa menceritakan kepadanya bahwa dia bertemu dengan Lily dan Neny.
Ia tertawa terbahak-bahak ketika Aksa mengatakan bahwa Lily panik karena keponakannya feses nya keluar darah. Aksa mengatakan bahwa keponakannya dalam keadaan sehat, dan ternyata balita itu di kasih makan buah naga oleh orang tuanya. Itu pasti akan membuat Aksa tertawa.
Teguh teringat jelas bagaimana wajah cantik Lily, wanita yang ia temui dalam keadaan mabuk kemarin. Wajah cantik itu masih terbayang dalam ingatannya.
Teguh menyelesaikan mandinya ia lalu keluar, ia membuka lemari. Ia mengambil kemeja berwarna hitam dan celana jins. Setelah mandi membuat rasa lelahnya sedikit berkurang. Teguh menatap penampilannya di cermin. Ia menyemprot minyak wangi di lehernya. Jujur baru kali ini ia mengejar-ngejar wanita yang baru ia temui kemarin. Biasa wanitalah yang menyukainya terlebih dahulu. Jika ia tidak melanjutkan aksinya memilih tidur, maka ia tidak akan mendapatkan tambatan hatinya.
Baginya cinta itu harus dikejar, ia tahu dengan siapa ia akan jatuh cinta. Jika tidak dikejar, maka jodoh tidak akan datang sendiri. Setelah melewati masa sedih dan senang saat masih sendiri, ada kalanya di mana ia harus memulai hubungan baru. Pikirannya sudah timbul untuk menikah dan berkomitment kepada seorang wanita, apalagi umurnya tidak muda lagi untuk berpacaran. Dan wanita muda itu menjadi pilihannya.
Teguh mengambil kunci mobil lalu melangkah menuju lift. Teguh melihat jam melingkar ditangannya menunjukan pukul 20.41. Mobilpun meninggalkan area apartemen dan membelah jalan bersama angin. Kini Teguh masuk ke komplek perumahan ia memandang beberapa rumah bangunan bertingkat di sana. Ia menguatkan hatinya untuk bertemu dengan wanita muda itu lagi, tidak peduli ia datang ke rumahnya dengan nekat.
Kini mobilnya tepat di rumah bertingkat itu, dengan pagar yang sudah terbuka. Ia melihat ada mobil berwarna putih baru masuk ke dalam. Kemudian Teguh juga memarkir mobil ke halaman rumah itu. Teguh mematikan mesin mobil, tepat di depan mobil SUV berwarna putih itu. Di sana ada dua orang separuh baya yang keluar dari mobil.
Teguh melepas sabuk pengaman, ia keluar dari mobil dan tersenyum memandang pria separuh baya yang menatapnya. Teguh menarik nafas, ia yakin keduaa orang itu adalah orang tua Lily.
Ia akan berhadapan langsung dengan orang tua wanita itu. Ia tidak tahu ini kebetulan apa tidak atas kedatangannya.
“Selamat malam om” ucap Teguh tenang.
Pria separuh baya itu memperhatian pria yang baru keluar dari mobil BMW berwarna hitam. Ia mengerutkan dahi, karena ia baru mengenal dengan pria itu,
“Selamat malam juga” ucapnya ragu.
“Perkenalkan om, saya Teguh teman dekatnya Lily” ucap Teguh penuh percaya diri. Ia mengulurkan tangan kepada pria separuh baya itu.
“Pacar Lily pa” ucap wanita separuh baya yang terhadap suaminya.
Papa Lily membalas uluran tangan pria itu, “Owh pacar Lily? Saya papa nya Teguh”
Teguh hanya tersenyum tidak menjawab. Papa Lily memperhatikan pria itu, pria itu terlihat rapi dan sopan. Lily adalah putri bungsunya yang manja dan sulit diatur. Dan inilah kekasihnya.
“Kerja di mana?” tanya papa Lily penasaran. Karena ia ingin tahu, pekerjaan apa pria yang mendekati putrinya yang cantik itu.
“Saya kerja di rumah sakit Premier Jatinegara om”
“Dokter?”
“Iya om, saya dokter spesialis jantung di sana” ucap Teguh tenang.
Mendengar kata dokter spesialis papa dan mama Lily saling berpandangan. Baru kali ada seorang pria mendekati putri mereka, apalagi status seorang dokter spesialis. Memiliki menantu dokter adalah impian semua mertua di dunia ini. Ia akan bangga jika memiliki calon seorang dokter. Semua orang tahu bahwa dokter sabarnya seperti apa, selalu mendengar keluhan pasien, memeriksa pasien dengan teliti dan yang pasti meresepkan obat mujarab kepada semua orang.
Apalagi beliau tahu gaji seorang dokter sangat menjanjikan, Lily tidak perlu khawatir tentang itu, karena bersama Teguh memiliki masa depan yang cerah. bahkan dokter itu sangat tampan.
Tidak perlu diragukan lagi kecerdasannya, memiliki gaya hidup sehat dan bersih dimiliki oleh dokter. Lihatlah pernampilan dokter muda itu terlihat rapi dan higienis. Apalagi tutur katanya sopan dan santun.
“Ayo, masuk-masuk, Lily ada kok di dalam. Lily jarang keluar, dia di rumah terus, kalau malam gini” ucap papa Lily.
“Iya om”
“Udah lama sama Lily?” tanya papa Lily antusias.
“Baru om”
“Nak Teguh udah lama kerja di rumah sakit Premier Jatinegara?”
“Lumayan tante, udah 6 tahun. Selesai pendidikan spesialis langsung dapat tawaran di sana, dan langsung di saya ambil”
“Wah hebat, itu rumah sakit bagus dan bertahap Internasional”
“Iya om, kebetulan mama dan papa saya dokter juga”
“Jadi keluarga kamu dokter semua?” tanya papa Teguh, ia membuka pintu untuk Teguh.
“Iya om, kebanyakan profesi keluarga besar saya itu dokter semua”
“Hebat, Mari duduk Teguh” ucap mama Lily, tersenyum menyambut calon menantunya dengan antusias.
“Ma, Lily nya suruh turun”
“Iya pa”
Teguh mengedarkan pandangan kesegala penjuru area, rumah yang di d******i warna putih terlihat sangat luas. Ia melihat foto keluarga terpanjang setinggi manusia di dinding ruang tamu. Teguh menatap foto orang tua Lily dan ketiga anak gadisnya. Teguh memandang Lily tersenyum di foto itu, wanita itu mengenakan kebaya putih dan senyumnya sangat menawan. Ia melihat kedua foto wanita itu memperhatikan satu pertu wajah di sana.
Ternyata ketiga bersaudara itu memliki wajah rupawan. ia mengerutkan dahi, ia masih ingat betul siapa wanita di samping Lily. Dia adalah Naomi, wanita yang ia kenal di acara pertunangan Reni kemarin. Ia bisa menyimpulkan bahwa Naomi dan Lily itu adalah saudara. Oh God, ternyata dunia ini sempit sekali. Ternyata tadi siang diceritakan oleh Aksa adalah keponakan Lily, yang merupakan anak Naomi. Pantasan saja Naomi dan Lily sekilas wajahnya hampir sama.
Sementara di sisi lain, mama Lily mengetuk pintu kamar Lily. “Dek …” ucap mama Lily.
“Tok … tok …”
“Lily … !”
Lily mendengar panggilan mama, ia lalu melangkah menuju pintu. Ia memandang mama yang sudah di depan pintu,
“Iya ma”
Mama menatap Lily, anak gadisnya itu mengenakan tang top dan celana pendek berwarna putih.
“Pacar kamu datang sayang”
Lily mengerutkan dahi, “Pacar?”. Perasaan ia tidak punya pacar, karena sudah putus kemarin dan kedua orang tuanya juga tahu.
“Pacar Lily yang mana ma?”
“Dokter Teguh” ucap mama tersenyum.
Lily menutup mulutnya dengan tangan agar ia tidak berteriak mendengar kata dokter Teguh dari bibir mamanya. Ia melihat seutas senyum diperlihatkan oleh mama. Terlihat jelas rona bahagia, padahal dulu sebelum-sebelumnya orang tuanya tidak sebahagia ini ketika ia menjalin sebuah hubungan dengan pria.
“Kok kamu nggak ngasih tau mama dan papa, kalau pacar kamu itu dokter hebat dek?” ucap mama tersenyum penuh bahagia.
“Anaknya sopan”
“HAAA !”
“Dia lagi ngobrol sama papa”
“Apa ?! Ngobrol sama papa?” Lily nyaris tidak percaya bahwa pria itu ngobrol dengan papanya.
“Ngobrol apa ma? Jangan aneh-aneh deh” Lily mulai perotes.
“Siapa yang aneh, kamu itu yang aneh !”
“Bibi mana?”
“Ada di belakang, kenapa nyariin bibi?”
“Kan Lily udah bilang, sama bibi, kalau ada yang nyariin Lily namanya Teguh. Bilang Lily nggak ada, nggak amanah nih bibi” dengus Lily.
“Kamu ini gimana sih ! yang nyambut itu mama dan papa, bukan bibi !”
“Teguh itu anaknya sopan, baik” ucap mama lagi.
“Mama gini ya, cowok jaman sekarang tuh nggak usah dipercaya ! banyak boongnya. Pokoknya Lily nggak mau ketemu”
Mama lalu berdecak, “Kamu ini kenapa sih? Kalau kamu marahan sama si dokter ngomong baik-baik, selesaiin baik-baik. Kamu jangan dikit-dikit ngambekan”
“Cepat samper sana !”
“HAAA !” sepertinya mama dan dirinya miskomunikasi dalam membicarakan ojek pada kalimatnya.
“Mama …”
“Cepet, kasihan dokter Teguh nya nungguin kamu “
“Bukan gitu mama, Lily sama Teguh itu nggak pacaran ! ngaku-ngaku tuh orang, kenal aja kagak !”
“Kalau dia bukan pacar kamu, dia nggak mungkin ngomong sama papa dan mama”
“Emang ngomong apa ma !”
“Ngomong kalau kalian deket !”
“HAAA ! deket dari hongkong !”
“Cepet ke bawah sana”
“Ih, mama !”
“Lily …”
“Males ! nggak kenal !”
“Nggak sopan ah, kamu kayak gini !”
“Lah emang nggak kenal mama ! mamah mah nggak percayaan banget !”
“Cepet !”
“Ih, ngebete in”
“Cepet Lily, setidaknya ke bawah dulu, samper tamu kamu !”
“Ih ! ih ! ih ! nyebelin !” rengek Lily lalu masuk ke dalam kamarnya, ia mengambil blezer berwarna putih. Lalu merapikan rambutnya dengan tangan, ia melirik mama yang masih menatapnya di depan pintu.
Lily mengoles lipstick berwarna nude pada bibirnya agar tidak terlalu pucat, ia lalu keluar dari kamar sambil merapikan rambut panjangnya. Kini ia melangkah menuruni tangga bersama mama. Seketika langkahnya terhenti memandang pria yang ia temui kemarin. Mata mereka bertemu, tatapan yang sulit ia artikan. Pria itu mengenakan kemeja berwarna hitam dan papa terlihat antusias kehadiran pria itu. Oh God, benar kata Aksa bahwa pria itu menemuinya.
Lily menelan ludah, ia melihat senyum licik diperlihatkan pria itu, seolah mengatakan “I found you”
“Mampus !” teriak Lily dalam hati.
***