Hari yang sama dan jam yang sama. Dimana Kamerum hanya bisa melangkah sendu tanpa tau apa yang harus ia lakukan. Hari senin jam enam pagi. Dimana ia harus segera menyerahkan uang seragam yang harus ia lunasi. Kamerun sempat berfikir ingin meminjam kepada pamannya namun apa jaminannya?kamerun kembali menghembuskan nafasnya pelan. Jarak sekolah dan tempat ia tinggal tidak terlalu jauh,setiap hari ia berjalan melewati gang-gang sempit agar cepat sampai disekolahnya. Kamerun sejenak menghentikan langkahnya menatap papan besar sekolah yang berada tepat diatas gapura.
"Jadi nyesel pindah kesini!!tau gitu aku tetep aja disekolah yang lama..."kamerun menunduk dan kembali bergumam"lagi-lagi keadaan yang harus membuat aku selalu berpindah-pindah sekolah.."
"Hey kampret ngapain lo?"
Kamerun segera mengedarkan pandangannya saat mendengar namanya disebut. "Woi gue disini..!!"
Kamerun mengeryitkan keningnya saat melihat mobil mewah yang berhenti tidak jauh darinya. Sosok Raja keluar dari mobil berplatkan nomer cantik dan simple. "Lo tanya gue?"
"Emang ada lagi yang dipanggil kampret selain lo?"kamerun mengerucutkan bibirnya menatap Raja dengan mimik kesal.
"Gue disini. Ya mau sekolah lah..!!"
Raja terkekeh sembari melangkah menghampiri kamerun"la trus kenapa lo cuman ngeliatin papan sekolah tu doank?kagak ada niatan masuk?mau bolos lo ya?"
"Kagak tau! Enak aja kalo ngomong. Sok akreb lo"kamerun segera melangkah tanpa menghiraukan keryitan dahi Raja. Tanpa sengaja lembar kertas dari kepala sekolah tentang p********n seragam terjatuh mengenai sepatu Raja.
Raja memungutnya"p********n seragam?bukannya merun masuk siswi tidak mampu. Kenapa masih dapat surat pemungutan seragam?awas aja lo kepsek. Gue aduin ke daddy."
Gumam raja lalu melangkah kembali kedalam mobilnya,tidak lupa ia memasukkan lembar kertas yang baru saja ia lipat kedalam saku celannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Gue tadi nemuin ini..!!"Raja memberi selembar kertas yang ia temukan tadi pagi kepada Bagas Dan Topaspun ikut membacanya.
"Serius ini surat kepsek buat kamerun.?"tanya Topas tidak habis fikir.
"Lo kan udah baca...!!ada nama Kamerun kan disono..!!ngapain pakek nanya bambang.."seru Raja kesal.
Bagas hanya terkikik melihat wajah masam Topas. Memang Topaslah yang ahli dalam membuat mood Raja berantakan Dan semua tau itu termasuk Kamerun."bukannya Kamerun termasuk dalam deretan siswi penerima beasiswa dan juga tergolong dalam siswi tidak mampu?"
"Nah...itu yang ingin gue tunjukin sama lo Gas.!gila gak tu kepsek?"seru Raja geram.
"Gak ada kapok-kapoknya ya tu kepsek botak.."
"Em...benar-benar tu orang harus dikasi pelajaran..!!kasus Emeli baru aja ditutup ini ada lagi..!!awas aja ya.."seru Topas sambil mengepalkan tangannya.
Bagas berdiri dari duduknya lalu berjalan mendekayi Raja dan ikut bersender dimeja tepat disebelah Raja,menyilangkan kedua tangannya tepat didepan d**a. "Ini gak bisa jadi barang bukti...lo tau kan apa yang terjadi sama Kamerun kalau bokap lo beraksi ja?"
Raja menganggukn membernarkan,otaknya mulai mengingat-ngingat kejadian satu tahun lalu. "Lo bener...ujung-ujungnya Kamerun bakal dikeluarin tanpa sebab kayak kasus Emeli..dan itu gara-gara bokap gue tau tentang kecurangan sibotak?" Raja menatap Bagas lalu mengusap dagunya perlahan. "Nah yang gua tidak habis fikir tu botak kenapa kagak dipecat ya?"
"Kenapa lo tanya gue..!!"Bagas menatap kesal Raja lalu kini ia kembali menatap Topas yang tengah duduk sambil memainkan kuku-kuku jarinya,Bagas meremas lembar kertas yang ia pegang lalu melemparnya kepada Topas. "lo mau bantu gak?"
"Berapa duit?"Tanya Topas saat melihat tatapan Bagas padanya.
"Biasa...cuman seharga oli motor lo..!!"seru Bagas sembari tersenyum, rasain lu! Keluar duit gak tuh? Bagas tersenyum licik.
Sedang Raja hanya diam melihat reaksi Topas. Topas terkenal perhitungan jika berurusan dengan uang alsannya hanya karena dia belum bekerja. Yaelah kampret...nenek-nenek bangkotan juga tau kalo pelajar macam die blom kerja yang bisanya hanya ngandalin duit orang tua. Terkadang para sahabatnya ingin sekali menguliti Topas yang sangat pelit menurut mereka.
"Oke...!!kebetulan gue ada.."ok fix semua ternganga melihat reaksi Topas. Bukan hanya Raja namun juga Jean dan Juan yang baru saja datang dan tanpa sengaja mendengar percakapan mereka.
"Lo yakin..?"tanya Bagas kembali memastikan.
Sedang Jean,Juan dan juga Raja saling berpandangan saat mendengar jawaban Topas,antara setengah yakin dan tidak. Ini benergak sih Topas dipelit? Batin ketiganya sermpak.
"Yaelah kagak percaya amat...!!"Topas segera membuka dompetnya memberi uang cash yang baru saja ia ambil dari mesin ATM depan gerbang sekolah.
"Wuih...kebayang kan lo?sipelit merkikit ngeluarin duit buat bantu orang?"Jean terkekeh mendengar seruan saudara kembarnya.
"Awalnya gak tapi sekarang ya!"Bagas ikut terkikik melihat expresi wajah Topas yang sangat menyebalkan baginya.
Raja segera menyambar uang yang berada ditangan Topas. Lalu memberikannya kepada Juan.
"Lo iklas kan Top?"
"Ya iyalah.."Topas menjawab namun dengan wajah tidak rela. Karena ia tau apa yang ada diotak Raja.
"Biar gue yang bayar seragam Kamerun dan uang itu...kalian pekek aja buat seneng-seneng itung-itung ketemplok rejeki dari mr. Pelit."
Benerkan yang Topas fikirkan. Raja pasti akan mengerjainya dan sialnya Topas hanya mampu menelan ludahnya dalam-dalam. Kagak mungkinkan ludah yang ia keluarin dijilat lagi. Apes...!!abis ngerampok bokap la disini malah dirampok cecunguk-cecunguk sialan. Serunya kesal dalam hati.
Melihat Topas yang menyedihkan Jean,Juan dan juga Bagas tidak henti-hentinya tertawa sekeras-kerasnya melihat penderitaan Topas.
.
.
.
.
.
.
.
"Lo kenapa?"kini Raja berlagak tidak tau saat Kamerun baru saja datang dari ruang kepsek dengan wajah bingung.
Kamerun semula mengabaikan pertanyaan Raja, Namun perasaannya mengarah pada pria yang kini menatapnya"em...lo yang bayarin seragam gue?"
"Seragam?"Raja menggeleng masih dengan berlagak tidak paham sembari mengeryitkan keningnya. Wih totalitas banget lu ya boongnya! "Seragam apaan?"
Kamerun segera meraih tasnya lalu mengambil dompet bututnya dan melangkah meninggalkan Raja begitu saja. Perasaannya tidak enak, namun kamerun memilih menenangkan dirinya dikantin meski hanya mampu membeli segelas teh hangat dan tidak untuk yang lain.
Saat ia akan melangkah menuju bangku kosong dipojok kantin tanpa Kamerun sadari gadis cantik tengah menghampirinya. "Kamerun ya?hey kenalin gue Putri..anak kelas sebelah."
Kamerun menyambut uluran tangan putri namun entah kenapa ia merasa ada yang mengganjal dihatinya,tidak ada hujan tidak ada angin wanita cantik dengan gaya modis dan perawakan ramping menghampirinya tiba-tiba, menurutnya putri bukanlah orang baik. Namun secepat mungkin kamerun menghilangkan fikiran negatifnya. "Iya gue Kamerun. Senang berkenalan dengan lo!"
Setelah ia rasa cukup kamerun segera melangakah meninggalkan Putri begitu saja.
Bersambung....