Reyga menatap mobil taksi yang gadis itu tumpangi pergi begitu saja. Ia menatapnya dengan dengusan kesal saat itu.
"Sial! kenapa harus lelaki itu sih yang kamu cintai Ca? kapan kamu bisa menatapku? kapan kamu bisa membalas perasaan cintaku yang sudah mendarah daging ini Ca?" ucap Rey saat itu sembari segera berlari menuju ke mobilnya yang ada di tempat parkir restoran. Lelaki itu segera membuka pintu mobil lalu masuk kedalam. Dan Rey segera mengejar mobil yang Calista tumpangi. Lelaki itu membuntutinya. Walau bagaimanapun tanggapan Calista pada perasaannya. Tidak akan merubah perasaan cintanya untuk gadis itu. Hingga beberapa saat dari kejauhan sengaja Rey menghentikan mobilnya disana. Ia melihat dari kejauhan jika ada sebuah mobil yang sudah menunggu di depan rumah Calista. Disana nampak seorang lelaki yang menyandarkan punggungnya ke body mobil sembari menyedekapkan kedua tangan ke dadanya. Saat itu Rey segera tahu jika lelaki itu adalah Gary. Calista yang baru keluar dari dalam mobil taksi pun segera berhambur menghampiri lelaki itu dan memeluknya disana.
"Dasar! kamu tahu jika kekasih kamu pulang dengan naik taksi, alih-alih kamu menjemputnya. Kamu malah nungguin disitu!? lelaki macam apa kamu ini? dasar bresngek!" gerutu Rey yang merasa begitu ingin baku hantam dengan lelaki yang tengah berpelukan dengan gadis yang ia cintai itu disana.
"Sudah lama ya nungguin nya?" tanya Calista pada Gary. Sembari menyudahi pelukannya dan menatap wajah lelaki yang di cintainya. Calista tahu jika Gari tidak se tampan Reyga. Tidak se menawan lelaki itu. Namun karena Calista terlalu kagum pada seniornya itu dan bahkan cintanya seakan sudah cinta mati pada lelaki itu. Karena Calista jelas tahu jika kekasihnya itu suka bermain dengan wanita lain. Atau gemar jalan dengan wanita di belakangnya. Calista berharap, setelah Gary berpacaran dengannya atau menjalin hubungan dengannya. Lelaki itu hanya akan peduli dengannya saja. Tidak dengan gadis lain yang di kencaninya. Calista tidak tahu jika Gary mau dengannya karena paman gadis itu adalah salah satu orang yang memiliki wewenang penting di perusahaan barunya nanti. Perusahaan yang akan di pimpinnya.
"Emb... baru saja." Ucap Gary saat itu. Karena memang ia baru saja tiba setelah melihat Calista dan Reyga tadi.
"Emb... kamu nggak di anterin Rey, sayang?" tanya Gary pada gadis itu. Gary sudah merasa ada yang tidak betes dengan perasaan teman kekasihnya itu.
"Emb... nggak kok... dia udah pulang duluan." Ucap Calista saat itu. Namun Gary melihat dengan jelas di ujung jalan nampak satu mobil yang sangat Gary kenal. Yaitu mobil Reyga yang tengah parkir disana. Dengan mudah Gary pun mengetahuinya jika itu adalah Rey yang duduk di dalamnya. Lalu dengan cepat Gary segera menarik pinggang gadis itu dan mengapitnya kuat hingga menyatu ke pelukannya. Sengaja Gary melakukan hal itu untuk di perlihatkan pada Rey. Agar Rey tahu jika Calista adalah wanitanya saat itu.
"Jangan disini... kita masuk aja ya...? nggak enak kalau di lihat orang." Ucap Calista pada Gary.
"Nggak! aku masih mau disini." Ucap Gary pada gadis itu. Calista tidak tahu apa yangbtengah dipikirkan Gary saat itu. Dan sedetik kemudian. Lelaki itu lalu mengecup bibir Calista. Dan adegan tersebut dengan jelas Rey lihat. Saat itu ia mampu membayangkan adegan apa selanjutnya yang Calista dan Gary akan lakukan di dalam. Hingga membuat Rey segera menancap pedal gas mobilnya dan pergi meninggalkan tempat tersebut. Dengan hati yang hancur Rey segera menuju ke sebuah bar yang sering ia kunjungi disana. Rey kenal dengan pemilik bar tersebut. Bahkan ia sudah menjadi tamu VIP bar tersebut. Kebetulan pemilik bar adalah teman baiknya sendiri. Yaitu Roqy.
Hingar-bingar alunan musik salah satu DJ malam itu tidak membuat Rey ikut menggoyangkan kepalanya. Ia bahkan terus menambah minuman beralkohol di depannya saat itu hingga hampir habis satu botol besar. Rey termasuk peminum yang tangguh. Meski mabuk berat ia masih bisa membedakan siapa teman siapa lawan.
"Bro... lu nggak apa-apa?" tanya Roqy pada Rey. Roqy adalah pemilik bar tersebut. Ia segera mengajak Re masuk ke dalam ruang pribadinya. Karena Roqy merasa jika Rey tidak akan berhenti minum saat berada di meja bar.
"Gue lagi patah hati Qy... bayangkan saja... gue nembak satu cewek selama bertahun-tahu... sudah sepuluh kali... dan endingnya selalu di tolak. Bayangin Qy! bisa nggak lu bayanginnya? parahnya lagi... dia milih seniornya... dia nggak mandang gue sama sekali. Cakepan gue kemana-mana... gue juga punya segalanya. Hanya pangkat di kerjaan gue yang satu tingkat di bawah dia. Gila Qy! masak iya gue kalah sama pria seperti dia? gue nggak mau, gue nggak terima." Ucap gerutu Reyga saat itu yang sudah di pengaruhi alkohol.
"Tenang Rey... lu udah mabuk... jadi... nikmati perasaan itu. Semoga setelah lu sadar besok, lu udah ngerasa baikan. Lu baik-baik aja tidur sini." Ucap Jack yang begitu baik pada sahabatnya itu. Dimana keduanya memang sama-sama pendatang di Negara tersebut. Dan harus bersaing ketat dengan para pesaingnya jika tidak ingin jatuh dan kalah.
Tapi... saat Roqy keluar dan meninggalkan Rey disana. Tanpa sadar lelaki itu pergi keluar begitu saja. Dengan tubuh sempoyongan Rey keluar menuju le area parkir. Disana banyak mobil berderet. Dan ia meninggalkan mobil tersebut begitu saja. Rey menumpang sebuah taksi yang ia stop tadi. Rey meminta pengemudi taksi tersebut untuk mengarahkannya menuju ke alamat rumah Calista. Hingga beberapa saat, supir taksi itu pun membantu Rey untuk keluar dari dalam taksinya. Karena Rey saat itu memberi tip.yang lumayan banyak bagi si supir tersebut.
"Apa perlu saya antar sampai rumah yang bapak tuju?" tanya pak supir tersebut. Dan Rey segera menolaknya. Lelaki itu merasa bisa betjalan sendiri sampai di depan rumah Calista. Penolakan Rey pada bantuan pak supir. Membuat orang tersebut segera melajukan mobil taksinya kembali. Dan Rey segera berjalan dengan tubuh yang masih sedikit sempoyongan menuju kerumah Calista. Tepat saat itu Rey berdiri di depan pintu rumah gadis itu.
"Tok, tok, tok, Ca... buka pintunya, ini aku Ca!" ucap Rey dengan suara lirih, namun ketukanya begitu nyaring. Beberapa kali ketukan lelaki itu. Tidak ada sahutan sama sekali dari dalam. Membuat Re segera menumdukkan kepalanya dan kedua kakinya lemas seketika. Lelaki itu terduduk di depan pintu Calista. Sebelum gadis itu membuka pintunya. Dan ketika Calista membuka pintunya, ia begitu terkejut saat melihat lelaki yang sudah ia kenal itu ada disana. Dengan menggunakan pakaian handuk. Calista menatap kearah Reyga. Gadis itu rupanya baru keluar dari kamar mandi. Ia samar-samar mendengar suara ketukan dan panggilan.