Hikari benar-benar sosok yang luar biasa dan sangat Rulix hormati meskipun tidak bisa ia bohongi jika hatinya terluka karena hati dan masa depan seseorang yang ia cintai di hancurkan seperti ini, tetapi meskipun begitu ada sorot keyakinan yang membuat Rulix tak bisa melepas pandangannya dari Hikari.
Melihat ada keyakinan yang begitu besar dari mata itu membuat Rulix selalu kagum akan sikap tangguh dan sabar yang dimiliki Hikari bahkan tanpa sadarinya berulang-ulang kali selalu merasa berdebar karena senyuman dan kedewasaan sikap Hikari.
"Setelah di patahkan semudah itu, bagaimana bisa Hikari memiliki keyakinan bahkan ia berusaha tegar dengan bersikap tangguh begini? Senyuman dan segala sikapnya yang dewasa selalu berhasil membuatku berulang-ulang kali mencintai dan berdebar karena dia benar-benar perempuan yang luar biasa," batin Rulix sendu.
Sementara Hikari yang belum mendengar sahutan apapun dari Rulix membuatnya tak enak hati sebab ia khawatir jika kehadiran dirinya yang berbadan dua mungkin akan sangat membebani pemuda itu.
"Sepertinya aku terlalu naif dan banyak berbicara ya, Rulix? Aku hanya berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan baru dan aku agak khawatir jika kehadiran aku yang mengandung ini mungkin akan sangat membebanimu jadi tolong maafkan ketidakmampuan aku ini ya," gumam Hikari sedih.
Rulix terkejut mendengar nada sedih yang jarang temannya tunjukkan pada dirinya, tetapi belum sempat Rulix menenangkan Hikari, ia sudah lebih dulu pergi ke ruang belajar Rulix dan meninggalkan pemuda itu yang merasa iba.
"Eh? Baru kali ini aku mendengar jika Hikari menunjukkan rasa sedih dan tak enakan padaku? Biasanya ia selalu menyembunyikan semua perasaannya? Lalu kenapa ini lain ya? Lah? Kenapa dia pergi begitu saja? Aku bahkan belum mengatakan apapun, tapi dia sudah pergi secepat ini ya," batin Rulix sendu.
Di dalam ruang belajar itu Hikari berusaha menutup mulutnya dengan tangan Hikari sendiri sebab ia tak ingin semakin dikasihani Rulix, ia tau jika semua kebaikan Rulix hanya karena pemuda itu kasihan padanya saja.
"Ia mungkin tidak mengatakan jika ia hanya iba padaku! Hanya saja aku mengerti jika tatapannya terlihat seperti ia sangat kasihan dengan aku yang lemah ini! Harusnya aku mengerti bahwa semua yang dilakukan Rulix ini hanya karena kasihan aja bukan bermaksud apa-apa ya," batin Hikari sendu.
Untuk itulah Hikari perlu mengingat bahwa semua hal yang dilakukan Rulix tak lebih dari sekedar membantunya dan semua hal ini terjadi berkat bantuannya jadi Hikari perlu sadar diri untuk jangan melanggar batasan dengan tidak tau diri menaruh hati padanya.
"Apa yang aku pikirkan ini? Hikari kamu harus ingat batasan! Tidak semua orang membantumu karena perasaannya, ia bersikap baik seperti ini karena ia kasihan padamu dan berkat bantuannya kamu bisa memiliki tempat tinggal! Ingatlah bahwa kamu harus sadar diri dan jangan berpikir macam-macam begini," lirih Hikari sedih.
Dalam diam Hikari berusaha mengumpulkan kekuatannya untuk melalui banyak hari yang mungkin akan lebih menyakitkan dari ini sementara Rulix yang sedang sibuk di kamarnya teringat dengan belanjaan mereka tadi.
"Sepertinya ada ucapanku yang salah ya pada Hikari? Oh iya! Belanjaan tadi belum di bawa Hikari ya? Ya ampun! Kalau aku bilang padanya nanti dia merasa risih dengan sikapku, tapi kalau tidak dikasih tau nanti dia lupa? Aku harus bagaimana ya ini? Ya sudah aku tulis di note saja ya," gumam Rulix bimbang.
Merasa tak perlu mengganggu Hikari membuat Rulix menulis note dan memasukkan ke pintu ruang belajarnya sebab mungkin Hikari sedang tidak ingin mengatakan banyak hal padanya sekarang.
"Maaf jika aku menganggumu, Hikari! Aku hanya ingin mengingatkanmu tentang barang-barang belanjaan yang lupa kau bawa masuk ke ruanganmu jadi tolong di bawa dan lebih perhatikan dirimu ya! Aku minta maaf jika ucapanku ada yang salah, tapi aku tak pernah keberatan dengan kehadiranmu di sini ah iya selamat malam dan selamat beristirahat! Maaf pesanku ini merepotkanmu ya," note yang di tulis Rulix.
Hikari yang baru selesai merapihkan alas tidurnya menatap selembar note yang ada di dekat pintu dengan pandangan bingung dan ketika ia membacanya ia merasa benar-benar tak mengerti dengan pikiran Rulix ini.
"Kenapa dia repot-repot menulis ini? Dia tak perlu sampai seperti ini dan kenapa juga dia meminta maaf atas hal yang terjadi bukan karena kesalahannya? Aku terlalu payah entah memang aku yang tak pernah mengerti Rulix ya," gumam Hikari sendu.
Malam itu terasa begitu hening, tetapi keduanya merasa hari ini menyesakkan dan benar-benar tidak pernah terbayangkan akan menjadi seperti ini sedangkan Rulix yang tak ingin kehilangan Hikari membuatnya berjanji bahwa ia tak akan melihat Hikari terluka kedua kalinya karena Angga.
"Rasanya seperti baru kemarin Angga berjanji akan bertahan dan menjadi alasan aku untuk kuat melalui banyak hal, tapi sekarang semudah itu melepaskan aku seperti aku tak pernah berarti dimatanya! Semua berlalu dengan cepat dan aku tak percaya kalau akhirnya aku akan berakhir di sini," ujar Hikari tak percaya.
"Kalau saja aku terlambat menemukan Hikari, mungkin aku akan kehilangannya setelah apa yang dilakukan Angga benar-benar merenggut banyak hal darinya dan aku berjanji suatu hari nanti! Aku tak akan membiarkan dia melakukannya hal yang sama lagi?! Tunggu saja balasanku, Angga!" gumam Rulix serius.
Menurut pemuda itu tak ada gunanya mempermasalahkan apa yang sudah terjadi karena toh yang terpenting bukan perasaannya yang tak terlihat Hikari melainkan Rulix bisa melihat Hikari tak mengakhiri hidupnya saja Rulix sudah sangat bersyukur.
"Sudahlah saat ini yang lebih penting adalah kebahagiaan dan keamanan untuk Hikari! Masih untuk aku tak melihat Hikari mengakhiri hidupnya setelah masalah ini dan aku sangat bersyukur Hikari mau berjuang untuk bayinya walaupun perasaanku masih belum terlihat olehnya ya," ucap Rulix sendu.
Namun meskipun begitu Rulix sangat mengerti jika Hikari pasti berusaha bangkit dari rasa sakit yang benar-benar meruntuhkan hatinya dalam sekejap dan Rulix juga tak akan membiarkan Angga mengusik perempuan yang ia cintai dan bayinya.
"Kalau di pikir-pikir Hikari gadis yang hebat ya? Dia berjuang untuk bangkit dari rasa sakitnya dan mulai sekarang aku tak akan membiarkan Angga atau siapapun datang hanya untuk mengusik seseorang yang aku cintai! Lalu bayinya akan aku anggap seperti anakku juga dan mereka berarti segalanya untukku," ujar Rulix serius.
Mulai detik itu Rulix berjanji bahwa Hikari tak boleh kehilangan sandarannya lagi dan kebahagiaan Hikari serta bayinya adalah prioritas Rulix meskipun mereka berdua harus mengalami berada di titik terendah bahkan hidup sederhana sekalipun Rulix tak masalah asal Hikari bahagia.
"Aku akan melakukan apapun demi kamu dan bayimu, Hikari! Mulai detik ini aku akan menjadi banyak hal demi menemanimu! Tanpa harus aku katakan janjiku padamu aku akan tetap menepati janji yang aku buat di hatiku!" gumam Rulix serius.
Hari-hari yang di lalui Hikari bukanlah hari yang mudah untuk Hikari lalui bahkan tak jarang beberapa orang menghakimi perut besar Hikari saat ia bekerja atau pergi ke luar untuk berbelanja selalu ada saja yang memandang dirinya sebelah mata.
Namun Hikari memilih untuk menutup telinganya rapat-rapat karena apapun yang mereka katakan tak membuatnya kenyang, ia perlu melanjutkan hidupnya walaupun ia tau setiap langkah yang dirinya ambil seperti berjalan di atas pecahan kaca yang menyakitkan untuknya.
Setidaknya di saat semua hal terasa menyakitkan untuk Hikari masih ada satu hal yang bisa ia syukuri yaitu ia mampu menjalani hidupnya berkat kehadiran Rulix di sisinya padahal pemuda itu tak perlu memikirkan dan melindunginya sampai seperti ini.
"Hidup itu tidak terduga ya? Semua rasa sakit dan penilaian orang lain padaku, tapi masih ada Rulix yang menyediakan waktu, tempat bahkan pelukannya agar aku tak menangis sendirian! Dia benar-benar seperti berkat untuk hidupku yang sudah cukup berantakan ini padahal ia bisa membiarkanku begitu saja malah tidak ia lakukan? Sungguh Rulix adalah pria yang baik ya," batin Hikari sendu.