33. Menunggu

890 Kata

Kirei termenung di meja bar rumahnya. Kuku-kuku cantiknya dia ketukkan ke atas keramik berwarna tosca. Warna senada dengan cat tembok di rumah yang sudah satu minggu dia tempati bersama Kenny. Ya, dengan siapa lagi kalau bukan dengan Kenny. Karena mereka memang hanya berdua tinggal di rumah baru mereka. Kepalanya dia rebahkan ke atas tangan kirinya yang ada di atas meja bar. Sudah hampir setengah jam dirinya hanya begini saja tanpa pergerakan berpindah posisi atau tempat. Kecuali jemarinya yang terus mengetuk-ngetuk tak tentu. Menunggu itu memang kesal, membosankan dan menguras kesabaran. Ini yang dirasakan Kirei sekarang. Cacing-cacing dalam perutnya sudah demo menyanyikan lagu keroncong dari tadi. Tapi lelaki yang dia tunggu kepulangannya belum juga muncul. Seharusnya sudah dari satu ja

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN