“Jadi elo yang namanya Sabine?” bentak gadis berambut ungu. Dia menatap tajam Sabine. “Iya. Napa?” tantang Sabine. Dia langsung berdiri dengan gaya menantang. “Eh lo Nantang?” “Lah. Siapa yang nantang? Gaya lo aja nanya gue kegitu?” Sabine mulai gerah. “Lo anak kecil! Udah belagu!” “Emang napa anak kecil? Masalah?” Asni sepertinya berubah saat melihat Sabine mulai berani. Tiba-tiba dia merasa kasihan dengan Sabine yang sendirian. “Udah udah.” Asni berusaha melerai. “Eh. Lo, Ni. Ini sudah jadi urusan bersama. Jangan lo bela makhluk perusak ini!,” sergah gadis dengan tindik di hidung mancungnya. “Gue baik-baik. Lo lo yang keblingsatan. Mau apa lo? Kalo lo keberatan dengan kedekatan gue ama Akhyar, kita bisa selesaikan. Nggak musti bentak-bentak kegini!” tegas Sabine sambil menunju