“Kok bisa?” Sabine yang sedang menikmati teh panas buatan Niko tertawa keras melihat ekspresi Niko. Sambil mengoyang-goyangkan dua kakinya yang tertekuk di atas kursi santai, Sabine menyeruput tehnya. Sabine melemparkan pandangannya ke kolam renang yang terhampar cantik di teras belakang rumah Niko. Pikirannya kini tertuju ke peristiwa semalam. Dia masih merasakan perih di seputar area sensitifnya saat buang air pagi tadi. Diliriknya suaminya yang cukup beringas semalam. “Aku harus bilang apa?” Sabine balik tanya. Niko mengangkat bahu. “Menurut aku , Om hanya nggak pede aja,” Sabine menggerak-gerakkan jari telunjuknya di tepi gelas tehnya dengan gerakan memutar. “Oh ya? Kayaknya kamu memang berpengalaman,” pancing Niko. Sabine memperbaiki letak duduknya. “Om mau tau sesuatu?”