Ketika sudah mendapatkan balasan dari sepupunya, Clara langsung membereskan beberapa barangnya.
"Di jemput siapa hari ini?" tanya seorang perempuan yang setia menemani Clara dari zaman mereka masih duduk di bangku putih biru.
Clara mendongak, menatap sahabatnya sejenak, "Disuruh bareng Jeo," ucapnya dan lanjut mengemasi barang-barangnya.
Ria mengangguk, "Oke."
Selesai memasukkan peralatan tulisnya, Clara bangun dan diikuti oleh Ria.
"Nunggu di mana tuh anak?" tanya Ria yang sudah tidak asing dengan para sepupu Clara. Bahkan tak jarang, dirinya juga suka menemani Jeo ketika pria itu memintanya.
"Hm," Clara menatap taman, matanya mengelilingi taman. Tadi dia dan Jeo memang janji bertemu di taman.
"Katanya mau nunggu di taman," cicitnya masih dengan menatap sekitar.
"Tuh dia," Ria melihat Jeo yang tengah berjalan kearah keduanya.
"Lama banget," gerutu Clara yang langsung dihadiahi decakan oleh Jeo.
"Tadi dosen aku ngaret Ra," ucap Jeo, tangannya terangkat mengelus puncak kepala Clara.
Jika orang yang baru pertama melihat keduanya, pasti akan mengira mereka menjalin asmara. Padahal hubungan keduanya sepupu dekat. Ini baru Jeo, belum para sepupu Clara yang lain. Ria sudah hafal kelakuan sepupu-sepupu Clara.
"Mau bareng Ri?" tanya Jeo menatap Ria yang tengah memainkan ponselnya.
Ria mendongak dan memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya, "Eh, ngga usah. Gue bawa motor."
"Oh yaudah."
"Hati-hati Ri, kalau ada apa-apa hubungin gue ya," ucap Clara sebelum Ria berlalu. Ria membalas dengan mengacungkan jempolnya dan melangkah ke parkiran motor.
"Mau langsung ke markas?"
"Mampir ke rumah dulu ya? Mau ambil laptop ketinggalan."
Jeo mengangguk. Ketika sampai di mobil, Jeo membukakan pintu dulu untuk Clara baru setelah memastikan adiknya masuk, baru dia mengitari mobil dan masuk ke mobil juga.
"Eh Je, tadi pagi pas aku telfon bang Yo, aku bilang mau ke studionya dia. Kita disuruh makan siang dulu di sana."
"Bentar, apa ngga kejauhan Ra kalo kita ke rumah dulu? Mending ke studio dulu, baru abis itu ke rumah baru ke markas, gimana?"
Clara diam sejenak, memikirkan apa yang Jeo katakan. Ada benarnya juga, jika mereka ke rumahnya dulu yang ada arahnya jauh jika harus kembali ke studio abangnya. Memang lebih baik ke studio abangnya dulu.
"Yaudah ke studio dulu."
Jeo mengangguk dan mulai menjalankan mobilnya menuju studio.
"Gimana kuliah, lancar?" tanya Jeo.
Clara menoleh, lalu dia menghela nafasnya sejenak, "Kamu tau bu Oliv?"
"Iya tau, dulu aku pernah ambil kelasnya beliau. Kenapa emang?"
"Harusnya aku hari ini presentasi, tapi kelompok aku ngga ada yang inget."
"Ya kamunya lupaan sih," ledek Jeo yang langsung mendapatkan pukulan di lengannya.
"Ih sakit, mainnya pukul-pukul. Aku aduin bang Yoo nih," ancam Jeo.
"Kamu bisa ngga sih, jangan ledekin aku Je? Lama-lama kamu kayak bang Kevin, ngeselin sumpah," Clara menukuk kedua tangannya di depan d**a.
Jeo terkekeh kecil melihat Clara tengah merajuk, "Ngambekan nih," tangannya dengan iseng menyuil dagu Clara.
"Ish, kamu yang nyebelin!"
"Iya-iya maaf ya? Nanti aku bantuin deh buat makalahnya. Pasti disuruh buat makalahkan, mangkannya kamu mau ambil laptop di rumah?" tebak Jeo membuat wajah Clara langsung menoleh menatapnya.
Kedua mata Clara memicing menatap Jeo, "Kok kamu tahu?"
"Kan tadi aku bilang, aku kenal bu Oliv. Beliau tuh mainnya makalah. Telat masuk aja disuruh bikin makalah."
"Kamu pernah?"
"Pernah, waktu itu aku dikasih waktu cuman dua hari."
"Bisa nyelesaiinnya?"
Jeo dengan enteng menggelengkan kepalanya, "Ngga."
"Lah, terus?"
"Kan ada mas Rafa," tawa Jeon langsung membuncak ketika mendapatkan dengusan dari Clara.
Clara kira Jeo benar-benar bisa menyelesaikan makalah dalam dua hari. Ternyata eh ternyata, ada bantuan uluran tangan masnya yang jenius. Wajar saja dua hari sudah selesai.
"Parah sih ngandelin mas Rafa."
"Ada mas pinter itu, di manfaatin jangan di sia-siain."
"Aku bilangin ah ke mas Rafa."
Sontak kedua mata Jeo membulat sempurna, untung di depannya ada lampu merah.
"Adek Clara yang cantik, lagi mau apa, hm?" Jeo tahu, kalau Clara mode seperti ini, anak itu tengah menginginkan sesuatu.
"Kemarin Park Jimin abis ngeluarin single."
"Oke, beli sendiri apa gimana?"
"Udah aku pesen, udah DP juga tinggal pelunasannya aja."
Jeo melirik sekilas, tidak meleset perkiraannya.
"Yaudah, tapi jangan aduin mas Rafa ya? Nanti dia ngga mau bantuin aku lagi, oke?"
Jeo mengulurkan kelingkingnya, meminta kesepakatan dari Clara.
Clara terkekeh sebelum mengaitkan kelingkingnya dengan kelingking Jeo, "Oke," sangat mudah memang jika hal seperti ini.
Akhirnya mobil yang Jeo kendarai sampai di parkiran studio Yoovan.
"Kita langsung masuk atau telfon bang Yoo dulu?"
Clara menoleh, menatap Jeo yang juga tengah menatapnya, "Coba kamu call."
Jeo mengangguk dan langsung menelfon Yoovan. Dia langsung mengatakan kalau dirinya dan Clara sudah di parkiran.
"Gimana?" tanya Clara setelah melihat Jeo mengakhiri panggilannya.
"Langsung disuruh masuk, bang Yoo udah beli makan katanya."
"Oke."
Baru saja dia menutup pintu mobil, mata Clara tak sengaja melihat mobil yang amat dia kenali memasuki parkiran juga.
Ketika mobil yang Clara lihat terparkir di sebelah mobil Jeo, sang empu membunyikan klaksonnya.
Jeo juga sudah berdiri di sampingnya, keduanya melihat pemilik mobil itu keluar dari sana.
"Hai brother sister," sapa Kevin ketika membuka mobilnya.
Kevin Altaerizky, kakak sepupu Rara yang ke-enam tepatnya sebelum Jeo.
Walaupun mereka kadang suka bercanda, tapi Clara dan Jeo masih menjunjung tinggi etika. Ketika Kevin keluar mobil, keduanya langsung menyalimi Kevin.
"Kok Abang di sini?"
"Ya emang kenapa? Ngga boleh?" tanya Kevin balik.
Clara sudah sering dibuat kesal Kevin, jadi sudah kebal dengan tingkah sepupunya yang satu ini.
"Yuk ah masuk, aku udah laper," Clara memilih jalan lebih dulu. Perutnya sudah tidak tahan meminta untuk diisi.
Kevin ikut melenggang masuk ke dalam studio, tangannya langsung merangkul bahu Jeo.
"Dari kampus?"
"Ya menurut Abang, aku dari mana sama Clara?"
"Dari pakaiannya sih kampus."
Jeo menyingkirkan lengan Kevin di bahunya, "Pertanyaan ngga bermutu, kenapa ditanya sih?" Jeo melangkah mendahului Kevin.
"Ye si jelek. Namanya juga basa basi ndul," Kevin ikut menyusul langkah Jeo dan menyempatkan diri menjitak kepala Kevin.
"ISH BANG KEV NYEBELIN BANGET JADI ORANG!" teriak Jeo menggelegar seisi studio, untungnya di studio sedang sepi.
"Assalamu'alaikum Bang," salam Clara ketika tangannya membuka pintu ruangan Yoovan.
"Wa'alaikumsalam, datengnya barengan?" tanya Yoovan, padahal dia belum melihat batang hidung Kevin dan Jeo. Hanya mendengar suaranya saja, dia sudah tahu kalau para adik-adiknya sudah datang.
Clara mengangguk, dia sendiri tidak mempedulikan teriakan Jeo tadi. Pasti itu salah satu akibat dari kejahilan Kevin. Kalau bukan dirinya, Jeo juga yang menjadi sasaran Kevin jahil.
Senyum Clara merekah ketika melihat banyaknya menu di atas meja, "Wih wih wih, tumben banget Abang beli junkfood?" tanya Clara menoleh ke abangnya.
Baru saja Yoovan mau menjawab, suara salam dari pintu masuk menggema.
"Kayaknya lo kalo ngga iseng, hampa banget ya Vin?" tanya Yoovan ketika Kevin menyalami dirinya.
Yang ditanya bukannya menjawab malah tertawa, "Ya gimana ya Bang, Jeo sama Clara enak kalo gue godain."
Yang disebut namanya hanya mendengus kesal. Tidak asing dengan kelakuan abangnya itu.
"Udah ah yuk makan dulu, aku udah laper banget ini," Clara yang sudah tidak tahan mengambil burger yang dari tadi memanggilnya meminta untuk disantap.
Jeo masih terpaku dengan banyaknya makanan di depannya, dia juga ikut meraih burger. Matanya sontak menatap Yoovan setelah mengambil burger.
"Bang Yoo, tumbenan beliin kita junkfood?"
Ini sudah kali kedua Yoovan mendapatkan pertanyaan dari dua adik bungsunya.
Kevin sendiri sebenarnya juga gatal ingin bertanya, tapi karena sudah diwakili dia hanya tinggal menunggu jawaban saja.
"Ya sekali-kali gak papakan. Sebagai reward kalian udah semangat hari ini."
Ketiganya hanya mengangguk dan menikmati hidangan yang sudah Yoovan belikan.
"Kamu dari markas Vin?" tanya Yoovan menatap Kevin yang asik mengunyah.
Kevin menelan makanannya lebih dulu, lalu menganggukkan kepalanya, "Iyaa, emang mau dari mana lagi Bang?"
"Bisa aja Abang dari rumah temen gitu," bukan Yoovan yang menjawab, melainkan Clara.
"Lagi males keluar rumah."
"Lah, ini ke studio kalo ngga keluar rumah namanya apa?" tanya Jeo heran dengan ungkapan Kevin.
"Ini namanya menghampiri rezeki Je, ya kali rezeki di tolak."
"Abang ada nyuruh Bang Kev ke sini emangnya?"
Kalau dalam urusan memojokkan Kevin, Clara dan Jeo memang kerap kali bekerja sama, seperti saat ini.
"Iya, masa kalian berdua doang. Adek Abangkan ada lima."
"Kenapa ngga lima-limanya di panggil?"
"Kan yang tiganya udah pada kerja, bisa beli makan sendiri."
Baik Clara ataupun Jeo sama-sama menoleh ke Kevin, "Kan Bang Kevin juga udah kerja Bang," ucap keduanya berbarengan.
"Ck, elah bocil. Kerja gue kan kalo lagi ada job aja."