Happy Reading^-^
Maaf kalau nemu typo yah
Satu minggu kemudian
Catherine duduk di ranjangnya. Alexa sudah berangkat bekerja satu jam yang lalu. Sedangkan dirinya belum juga mendapatkan pekerjaan. Bahkan mendaftar menjadi kasir toko pun tidak ada yang mau menerimanya. Dia tidak tahu ternyata Calvin bisa sangat kejam padanya hingga membuatnya sama sekali tidak mendapatkan pekerjaan. Jalan satu-satunya hanya bertemu dengan Calvin. Tapi, apa yang harus dia katakan nanti? Dia yakin Calvin pasti hanya akan membuatnya bekerja padanya. Sedangkan Catherine sendiri tidak menginginkan hal itu.
Catherine mendesah dan membaringkan tubuhnya sembari menutup matanya. Dia menghela napas panjang. Tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia juga belum mendapatkan barang-barangnya kembali dari apartemen lamanya. Apartemen itu masih terkunci dan tidak ada sedikit pun tanda-tanda akan di buka.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Tidak mungkin aku harus menganggur terus seperti ini. Kasihan Alexa jika harus bekerja seorang diri," gumam Catherine sembari membuka matanya. Dia menggigit kuku ibu jarinya dan berpikir. "Apa hanya itu saja yang bisa aku lakukan?" Catherine mengeluh karena tidak mendapat jalan keluar lainnya. "Satu bulan. Hanya satu bulan saja."
Tiga puluh menit kemudian Catherine keluar dari kamarnya. Dia memakai rok mini berwarna senada dengan blazernya, krem. Catherine berjalan keluar apartemen sembari mengendong tas dan memakai sepatu heelsnya. Dilutut kanannya masih terlihat bekas lukanya tapi Catherine tidak ingin ambil pusing. Tidak mempedulikan ucapan kalau kaki wanita tidak boleh ada bekas lukanya. Setiap manusia bisa terjatuh dan kecelakaan sehingga menyebabkan bekas luka dimana-mana bukan?
~
"Maaf nona, anda tidak bisa masuk begitu saja," cegah Jillian saat Catherine akan masuk ke ruangan Calvin.
"Apa dia sedang ada tamu?" tanya Catherine masih memegang gagang pintu ruangan Calvin.
"Mr. Myles tidak bisa menerima tamu sembarangan nona. Terlebih anda belum membuat janji dengannya," kekeuh Jillian yang mulai merasa dirinya terancam. Jika benar bosnya akan mengangkat wanita di depan ini sebagai sekretarisnya, lalu bagaimana dengan dirinya? pikir Jillian.
Catherine mendesah kasar lalu membuka pintu ruangan itu. Dia tidak ingin menunggu lama hanya untuk menemui lelaki yang paling menyebalkan untuknya. Bersamaan Catherine membuka pintu yang di tahan oleh Jillian, Calvin menoleh ke arah pintu. Catherine menatap Jillian sesaat sebelum tatapannya bertemu dengan Calvin. Catherine menatap tajam kearah Calvin lalu menerobos masuk.
"Nona, anda tidak bisa seperti ini. Nona!" ucap Jillian memperingati dan menyusul Catherine.
Catherine berdiri tepat di depan meja Calvin. Dan Jillian berdiri di samping Catherine. Calvin menoleh ke arah Jillian.
"Keluar," perintah Calvin.
"Iya?" Jillian mengangkat alisnya. Kenapa justru dirinya yang diusir dari ruangan itu?
"Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Calvin pada Catherine tanpa mempedulikan wajah Jillian yang merasa kesal.
Jillian menundukkan kepalanya sejenak lalu keluar dari ruangan sehingga tinggal Catherine dan Calvin saja yang ada di ruangan itu.
"Hanya satu bulan dan setelah itu kau harus menghapus semua hal buruk tentangku yang kau sebarkan," ucap Catherine cepat sembari menajamkan tatapannya pada Calvin.
"Aku tidak menerima pengunduran diri, jadi kau hanya berhenti jika aku memecatmu," jawab Calvin dan menatap Catherine. Dia menautkan jemarinya diatas berkas.
"Baiklah. Hanya satu bulan aku tidak akan membuatmu memecatku. Setelah itu, aku pastikan keinginan terbesarmu adalah memecatku."
Siapa yang tahu? batin Calvin dan menyeringai. Dia menang. Akhirnya wanita ini bekerja padanya. "Baiklah, kau sudah bisa mulai bekerja."
"Sebelum itu, siapkan mejaku di luar ruanganmu. Aku hanya akan bekerja di luar ruangan dan tidak ingin satu ruangan denganmu. Jangan memanggilku dengan sebutan pencuri. Jangan mendekatiku lebih dari satu meter. Jangan mengganggu jam istirahatku. Jangan menghubungiku diluar jam kantor. Jangan memberikanku tugas di luar pekerjaanku. Aku alergi bawang putih, jadi jika aku mendapatkan makan siang, pesankan aku makanan tanpa bawang putih. Aku tidak ingin bekerja lebih dari delapan jam. Aku tidak ingin lembur. Aku tidak ingin kau memotong gajiku," jelas Catherine panjang lebar.
Calvin tersenyum tipis. Tanpa wanita itu mengatakannya, Calvin sudah tahu semuanya. Catherine alergi dengan bawang putih, dia akan sesak napas jika memakannya. Catherine sangat menyukai cokelat tapi akan sakit perut jika memakannya. Catherine senang menonton acara melodrama dan teater, senang pergi ke taman bermain dan pasti akan membeli gula kapas. Sangat ingin pergi ke Paris dan berlibur disana. Mengidolakan Chris Evans dan Van Diesel. Membenci warna kuning. Tidak bisa pergi tanpa membawa tas. Calvin tahu semuanya.
Lelaki itu berdiri dan berjalan ke arah sofa. Dia mendaratkan tubuhnya disana dan menyilangkan kakinya, "panggil aku Big Boss. Aku tidak pernah menerima alasan apapun dari karyawanku untuk menolak pekerjaan yang aku berikan. Dan," Catherine menoleh ke arah Calvin saat lelaki itu menggantungkan ucapannya, " ... kau karyawanku. Jadi, terserah aku ingin memanggilmu apa, kutu kaki."
"Kalau kau memanggilku dengan sebutan itu, apa kau tidak merasa jijik mendapat sekretaris kutu kaki?" tantang Catherine dan menaikkan sebelah alisnya.
"Kau sudah menjijikkan, jadi kau pasti tahu apa yang aku rasakan, bukan?" balas Calvin dan tersenyum miring.
Catherine menggigit bibir bagian dalamnya. Dia akan semakin tua jika harus terus mendengar ucapan Calvin dan menahan emosinya. Lelaki itu memang tidak bisa menjaga mulutnya dengan baik. Apa harus Catherine membawa penutup telinga supaya tidak bisa mendengar suara lelaki menyebalkan itu?
"Aku juga tidak menerima semua permintaanmu itu," sambung Calvin dan berdiri. Dia memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya dan menghampiri Catherine, "dan kau tidak bisa memilih dalam hal makanan."
"Apa anda ingin tahu yang aku pikirkan, Big Boss?" Catherine memicingkan matanya. Calvin bisa melihat kebencian dari tatapan mata itu, "kau bukan manusia. Bahkan kau tidak pantas menjadi pemilik perusahaan ini."
Calvin tertawa lirih, "sepertinya kau belum mengenalku. Aku tidak peduli dengan apa yang mereka lakukan, inginkan, bahkan pikirkan. Aku sama sekali tidak tertarik."
"Saya sangat membencimu bahkan saya sendiri tidak tahu seberapa besar saya membenci anda, Big Boss," desis Catherine.
"Kau bisa membenciku sebesar yang kau mampu."
Catherine mengalihkan tatapannya. Sedangkan Calvin kembali duduk di kursinya dan mulai membuka berkas di atas meja. Dia memerintahkan Catherine untuk berdiri di sampingnya. Catherine mengikutinya dan berdiri tepat di samping Calvin. Dia menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya. Sesekali Catherine menoleh kearah Calvin yang terlihat sangat berkonsentrasi.
"Apa lelaki gila ini menyuruhku menjadi sekretarisnya hanya untuk berdiri saja?" batin Catherine karena sudah satu jam berdiri dalam keheningan. Hanya helaan napas panjang yang sesekali terdengar.
Catherine melirik kesal ke arah Calvin. Dia sudah pegal jika harus berdiri lebih lama. Terlebih saat ini dia memakai heels dengan tinggi 7 cm. Kakinya seperti hampir patah. Catherine sengaja menghentakkan kakinya beberapa kali dan mengais-ngais lantai. Jika harus berdiri lebih lama lagi, Catherine akan merasa betisnya patah.
Setengah jam kemudian membuat kedua mata Catherine menyerbak. Dia sudah tidak kuat jika harus berdiri selama dua jam. Tanpa sadar Catherine menyanggah tubuhnya dengan memegang meja Calvin. Catherine hampir terjatuh karena kakinya sudah mati rasa. Calvin melirik ke arah Catherine yang terlihat sedang menahan rasa pegalnya dengan menggigit bibirnya. Dia menghela napas pelan lalu berdiri membuat kursinya reflek terdorong ke belakang. Catherine terkejut bercampur bingung saat Calvin menggendongnya. Catherine spontan mengalungkan kedua lengannya di pundak Calvin dan menatap wajah Calvin yang sedang menatap lurus.
Ada apa dengan lelaki ini? Dia bersikap sangat aneh. Dia sengaja menyuruhku berdiri dan sekarang menggendongku? batin Catherine dan mengernyit bingung.
Calvin mendudukkan Catherine di kursinya. Catherine masih menatap Calvin dengan penuh tanda tanya. Apalagi yang akan dilakukan lelaki itu?
"Kau tunggu saja disini. Aku akan ada rapat. Jika aku tahu kau keluar dari ruanganku, aku akan membuatmu memakan bawang putih," ancam Calvin dan meraih jasnya lalu memakainya.
"Kau tidak memberikanku pekerjaan?" tanya Catherine ragu saat Calvin mulai melenggang keluar dari ruangan.
Calvin menoleh ke arah Catherine, "aku sudah memberikanmu pekerjaan lengkap dengan hukumannya, jangan meminta lebih jika satu saja kau belum tentu bisa mengerjakannya."
Catherine menatap horor pada punggung Calvin. Pekerjaan macam apa ini? Dia memberikan pekerjaan hanya untuk menunggunya? Apa Calvin sedang mempermainkannya? Catherine mengepalkan kedua tangannya karena merasa kesal. Apa niat Calvin sebenarnya? Apa saat ini lelaki menyebalkan itu sedang balas dendam atas sikapnya satu minggu yang lalu?
~
Calvin menoleh ke arah kanan kiri. Dia tidak melihat siapapun di dalam hotel. Dan kenapa kakeknya menyuruhnya untuk menemuinya di hotel? Calvin menutup pintu kamar itu lalu berjalan ke arah sofa. Dia merogoh sakunya untuk mengambil ponsel dan menghubungi kakeknya. Tidak ada jawaban. Lalu kenapa kakeknya mengirim pesan untuk ke hotel? Dia terpaksa berbohong pada Catherine dengan mengatakan akan pergi ke rapat dan kakeknya justru membuat Calvin meninggalkan Catherine sendiri di kantor.
Lelaki itu berbalik dan memegang gagang pintu berniat untuk keluar. Namun saat Calvin akan membuka pintu itu, dia merasakan ada seseorang yang memeluknya dari belakang. Reflek Calvin melepaskan tangan itu dari tubuhnya dan berbalik. Dia mendorongnya hingga menabrak sofa. Calvin sangat tidak suka jika ada seseorang yang menyentuhnya tanpa ijin.
"Siapa kau?" tanya Calvin kesal dan menajamkan tatapannya pada seorang wanita yang saat itu hanya memakai pakaian dalam saja.
"Akhirnya aku bisa mendengar suaramu," gumam Angelina dan tersenyum, "kita pernah bertemu sekali, Calvin."
Calvin menatap acuh pada wanita itu dan berbalik. Dia kembali memegang gagang pintu untuk keluar dari tempat itu. Saat Calvin sudah membuka pintu itu dan berniat untuk keluar, Angelina kembali memeluknya erat seolah tidak ingin melepaskannya. Calvin mendesah kasar dan membanting pintunya saat menutupnya. Dia tidak ingin orang lain melihat mereka.
Angelina tersenyum samar saat tahu Calvin menutup kembali pintu kamarnya. Dia menghirup aroma lelaki itu. Calvin memutar bola matanya dan mencoba melepaskan pelukan Angelina.
"Lepaskan dan kita bicara," ucap Calvin membuat Angelina melepaskan pelukannya.
Calvin menatap enggan pada Angelina. Dia tidak ingat siapa wanita itu. Tapi satu hal yang pasti, ini adalah wanita yang pernah di kenalkan kakeknya padanya. Karena Calvin sama sekali tidak tertarik dengan mereka, Calvin tidak pernah menatap wajah mereka secara langsung dan itu membuat Calvin tidak mengingat mereka bahkan namanya.
"Siapa kau? Apa kau wanita yang disuruh kakekku?" tanya Calvin setelah mereka sudah duduk di sofa.
Angelina tersenyum, "apa kau lupa denganku? Aku Angelina Hester, model paling terkenal di Kanada."
"Lalu kenapa kau meminta kakekku untuk menyuruhku datang kemari?"
"Sepertinya kakek sudah lelah dengan sikapmu. Jadi dia memintaku untuk datang kemari supaya kita bisa semakin dekat."
Calvin memalingkan wajahnya dan berdiri, "aku hanya membuang waktuku saja," gumamnya dan hendak pergi.
"Calvin!"
Angelina berdiri dan akan memeluk Calvin lagi, namun Calvin langsung mencegahnya, "jangan memelukku. Aku tidak ingin p*****r sepertimu ada di dekatku."
"Apa? p*****r?" tanya Angelina tidak terima. Baru kali ini ada lelaki yang memanggilnya dengan sebutan mengerikan itu. Biasanya justru para lelaki itu yang mengantri dan memuja-muja padanya supaya bisa dekat dengannya bahkan tidur dengannya.
"Kau terlihat seperti p*****r dengan pakaianmu itu," gumam Calvin memperhatikan pakaian minim Angelina. Bahkan bra Angelina tidak menutupi seluruh d**a wanita itu.
Kita lihat siapa yang seperti p*****r, batin Angelina. "Apapun yang kau pikirkan. Aku sudah menyiapkan minuman untukmu," Angelina meraih dua gelas yang sudah ada di atas meja sedari tadi dan memberikannya satu pada Calvin. "Minumlah, kau tahu bukan setidaknya kau harus minum minumanmu sebelum pulang?"
Calvin meraih gelas yang terisi minuman anggur itu dan meminumnya. Dia ingin cepat-cepat pergi dan ke kantor. Ingin tahu apa yang sedang di lakukan Catherine di ruangannya. Angelina menerima gelas kosong itu dari Calvin. Beberapa saat kemudian saat Angelina menaruh gelas itu di atas meja, dia merasakan lengan besar memeluknya dari belakang dan menciumi kulit pundaknya.
Angelina tersenyum miring. Lihat, siapa yang akan menjadi p*****r. Hari ini kau milikku, Calvin, batin Angelina dan berbalik. Dia tidak menyangka rencananya berhasil. Ternyata obat itu bereaksi sangat cepat dengan tubuh Calvin.
Angelina terus tersenyum dan mendesah saat Calvin menciumi leher dan dadanya. Dia melepaskan pengait branya dengan sedikit susah karena ulah Calvin. Calvin mendorong Angelina hingga mereka berbaring di atas ranjang dalam keadaan Calvin menindihnya. Angelina melepaskan jas dan juga kancing kemeja Calvin. Dia tersenyum melihat tatapan Calvin sudah berkabut seolah ingin di puaskan. Setelah Angelina berhasil melepaskan seluruh pakaian Calvin, dia membalikan tubuh Calvin sehingga sekarang dirinyalah yang menindih Calvin. Dia menciumi tubuh atletis Calvin dan mengelusnya dengan lembut. Akhirnya lelaki arogan itu berada di bawah kendalinya. Tak menunggu lama suara desahan dan racauan memenuhi kamar itu.
"Keth," gumam Calvin saat menikmati sisa-sisa kenikmatannya. Benar, dimata Calvin wanita yang sedang b******a dengannya adalah Catherine.
Angelina langsung membuka matanya dan tertegun. Dia menatap Calvin yang masih menutup matanya. Keth? Siapa orang itu? Apa dia kekasihnya Calvin? Tapi kakek tidak pernah mengatakan kalau Calvin mempunyai kekasih. Bahkan kakek bilang Calvin tidak pernah dekat dengan wanita siapapun. Lalu siapa Keth? batin Angelina dan mengernyit.
~
Calvin terbangun tepat pukul tiga sore. Dia mengernyit karena merasa kepalanya masih sangat berat. Setelah menghela napas panjang, Calvin tercengang melihat seorang wanita sedang tidur memeluknya. Reflek dia menjauhkan diri dan turun dari ranjang. Calvin mendesah kasar menyadari dirinya tidak memakai busana apapun. Pakaiannya tergeletak di atas sofa. Dia berjalan mendekat ke arah sofa lalu meraih pakaiannya. Dengan kesal Calvin mengacak-acak rambutnya sembari pergi ke kamar mandi.
Dia mencuci mukanya dan juga membersihkan tubuhnya. Calvin tidak ingat pasti apa yang dilakukannya, tapi jika dalam keadaan sadar bahkan menyentuh ujung rambut Angelina pun dia tidak akan mau. Baginya wanita itu seperti p*****r karena memakai pakaian seperti itu di depannya. Padahal sebelumnya mereka tidak saling kenal. Calvin merutuki dirinya sendiri. Dia harus cepat-cepat ke kantor karena Catherine pasti sudah sangat bosa menunggunya. Sudah lima jam Calvin ada di hotel ini.
Calvin keluar tanpa pamit lebih dulu pada Angelina. Dia segera masuk ke dalam mobil dan melaju pergi. Di tengah jalan Calvin mampir di salah satu restoran untuk memesan makanan. Dia yakin Catherine pasti belum makan siang. Setelah memesan dua makanan dengan satu tanpa bawang putih, Calvin kembali masuk ke mobil dan langsung pergi ke kantornya.
Tiga puluh menit kemudian Calvin sudah sampai di kantor. Dia segera masuk ke ruangannya tanpa mempedulikan sekretarisnya yang menunduk saat Calvin melewatinya. Dia membuka pintu dengan satu tangannya memegang bungkus makanan. Calvin menutup pintu itu kembali dan melihat Catherine masih duduk di kursinya. Wanita itu menunduk dan menempelkan kepalanya di atas tumpukan tangannya yang ada di atas meja. Calvin meletakkan makanannya dan menghampiri Catherine. Wanita itu sedang tertidur. Wajahnya terlihat menenangkan saat sedang tertidur.
~
TBC
~