Chapter 4

1192 Kata
Mendengar Nia yang akan tinggal di kota itu, membuatnya terdiam bahkan dia tidak tahu harus berbicara apa lagi dan menjelaskannya pada Nia. Zara mengerutkan dahinya begitu pun Dave yang ikut terdiam mendengarkannya. Dia tahu jika hal itu cukup sensitif di bicarakan di depan seorang pria. Dave menghela nafas halus dan berdiri dari duduknya. "Aku pergi ke toilet kalo begitu sebentar," ucap Dave memahami jika itu pembicaraan wanita dan tidak memerlukan dia sebagai pendengarnya. Zara mengangguk, melihat dan membiarkan Dave pergi berjalan menuju toilet. Dia melihat ke arah Nia dan mulai mendengarkan ceritanya. Nia mulai bercerita dengan sedih sembari tertunduk bercerita pada Zara. Zara mendengarkan cerita Nia dengan seksama, dia tampak perihatin akan nasib yang menimpa kedua orang tua Nia yang bercerai, karena kekeras kepalaan keduanya dan mengakibatkan trauma bagi Nia. Kini Nia memilih pergi untuk hidup di luar kota dan tinggal sendiri tanpa sebuah keluarga yang selama ini menjadi tempat berlindung. Bukan menjadi sebuah tempat yang di takuti oleh seorang anak yang masih memerlukan tempat untuk bercerita. "Sekarang kau tinggal dimana?" tanya Zara. Zara mulai merespon cerita Nia, teman semasa sekolahnya di kota C dulu. Sebelum pindah ke kota A dan menetap sekolah hingga bekerja. "Aku sudah tinggal di sebuah kost yang lumayan buat aku yang sendiri ini, tapi aku butuh pekerjaan untuk mendapatkan uang, tidak mungkin aku akan hidup jika tanpa sebuah pekerjaan!" ucap Nia sembari terisak, lain dari pertama bertemu terlihat ceria dengan senyum manisnya. "Coba kau buat lamaranmu, nanti aku masukan ke perusahaan aku, yang sedang menerima lowongan karyawan, jika di terima aku akan mengabarimu secepatnya," ucap Zara kini tersenyum menanggapi Nia yang kini juga berseri kembali. "Baiklah, ini alamatku nanti jika kau perlu datanglah kesana, aku akan ada untukmu Zara!" ucap Nia. Nia tersenyum kembali mengingat Zara selalu lebih paham padanya daripada kedua orang tuanya, yang kini sudah bercerai dan tidak tahu bagaimana nasib kehidupannya selanjutnya. ***** Dave berjalan menghampiri Zara, hanya Nia dengan senyum tipisnya melihat kedatangan Dave. Dave kembali, setelah Zara mengirim pesan kepadanya. Dave sudah boleh kembali ke tempat duduk, setelah setengah jam Dave duduk di samping kasir yang terlihat cantik baginya. Zara sudah menduga jika Dave tidak akan mungkin bisa tahan akan keindahan mahluk tuhan yang cantik dan kenikmatan bagi kaum pria. "Sudah puas Tuan?" tanya Zara dengan nada ketusnya menatap Dave yang tersenyum tipis. "Tentu saja belum, tapi ada yang menggangguku dengan mengirim pesan cinta padaku, jadi aku memilih mengakhiri cuci mataku dengan yang indah-indah demi dirinya," jawab Dave tersenyum. Zara mendelikan matanya malas meladeni Dave yang terkenal dengan rayuan gombalnya pada setiap wanita. "Kalian malah terlihat seperti sepasang kekasih, daripada sepasang atasan dan bawahan!" ucap Nia tersenyum melihat kedekatan Zara dengan Dave. "Dia itu terlalu datar jika menjadi wanitaku! Siapa yang akan mau dengan d**a rata begitu!" ledek Dave melihat d**a yang sedikit menonjol di d**a Zara. Mendengar hal itu dari Dave membuat Zara kesal, gadis itu memukul kepala Dave dengan kesalnya. Dave mengaduh dan tertawa ketika Zara kesal pada dirinya. Nia tersenyum melihat kedekatan Zara dengan bosnya itu. Ia lebih memilih meminum kopinya dan tidak menanggapi Zara dan Dave yang sedang bertengkar. "Nia mau melamar di perusahaan, jadi dia mencoba untuk menghidupi dirinya sendiri," ucap Zara memakan kue yang ada di hadapannya. "Kau tidak perlu melamar, langsung bekerja saja disana nanti Zara yang urus kepekerjaanmu!" ucap Dave meminum secangkir kopi tanpa melihat ke arah Nia. Nia terkejut sekaligus tersenyum bahagia mendengar penuturan Dave yang di luar dugaannya. "Anda serius Tuan? Waaah terimakasih tuan, anda baik sekali," ucap Nia tersenyum bersemangat. "Besok kau mulai bekerja dan datang ke perusahaan!" tambah Dave. Dave tidak melihat Zara yang terdiam mendengar dan melihat Dave dengan datarnya berbicara semudah itu tanpa tahu kualitas dan seluk beluk asal usul Nia yang seperti biasa dia lakukan kepada karyawan lainnya. "Apa itu benar? Waaah aku bahagia sekali Zara! Bosmu baik sekali, terimakasih Tuan," ucap Nia tersenyum bahagia. Zara tersenyim kikuk mendapat reaksi seperti itu dari Dave yang lain dari biasanya. Mereka berbicara kesana kemari hingga malam tiba. Mereka bergegas untuk pulang. Nia berpamitan lebih dulu menggunakan taksi dan juga Zara dan Dave kini sudah berada di mobilnya tanpa sebuah pembicaraan di antara mereka berdua. "Kau tertarik dengan Nia?" tanya Zara memecahkan keheningan di antara mereka berdua. Zara melirik ke arah Dave yang juga menatapnya. "Kenapa kau bertanya seperti itu? Apa kau cemburu?" jawab Dave menggoda Zara yang masih terdiam dan menatap gadis itu. "Huh, untuk apa aku cemburu pada playboy seperti kamu? Aku hanya tidak habis pikir saja kamu bisasecepat itu menerima Nia untuk bekerja di perusahaan!" balas Zara memalingkan pandangannya. "Dia sexsi dan cantik!" ucap Dave tersenyum menggoda Zara yang kini memandangnya dan mengerutkan dahinya. "Kau serius? Dia itu ...." Zara berhenti tanpa meneruskan ucapannya dan memilih untuk diam dari pada memberitahu Dave jika Nia sudah bukan seorang gadis lagi. Melainkan wanita yang sering bergonta-ganti pasangan. Tapi mengingat Dave juga sering bergonta-ganti pasangan, Zara memilih untuk diam dan membiarkan sahabatnya itu melakukan hal sesuka mereka. "Dia apa?" tanya Dave penasaran. "Tidak ada! "Bicaramu ini setengah-setengah," Dave tersenyum bahagia di dalam hatinya. Mengingat untuk pertama kalinya Zara protes akan sesuatu tentang keputusan Dave. Dave berpikir jika Zein ada rasatidak suka jika Dave dekat dengan Nia. Untuk itu Dave berpikir untuk membuat Zara cemburu padanya, dan mengungkapkan isi hatinya dengan benar dan dia akan memiliki Zara seutuhnya jika Zara memintanya untuk menjadi kekasihnya bahkan sebagai suaminya. Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam menuju Apartment Zara. Dave memarkirkan mobilnya di depan pos penjaga. Ia turun beserta Zara juga ikut turun. Dave tersenyum masih dengan bahagianya mendapati Zara yang terlihat tidak senang jika Dave dekat dengan Nia yang justru temannya juga. Zara tidak menghiraukan Dave yang mengikutinya hingga naik lift dan sampai di pintu Apartmentnya. Zara mengerutkan dahinya dan berbalik menghadap Dave yang juga terdiam saat mau memasuki Apartment Zara yang sudah biasa, ia keluar masuk setiap saatnya. "Mau apa kamu? Aku tidak mengundangmu masuk!" cetus Zein menahan d**a Dave yang memaksa masuk. "Kenapa? Aku mau masuk dan rebahan sebentar!" jawab Dave. Dave memaksa masuk dan berjalan duduk di sofa dan membaringkan tubuhnya dengan sesuka hati. Hatinya jauh lebih bahagia saat ini ketika berada dekat dengan Zara. Zara mengeritkan dahinya dan memasang wajah kesalnya menghampiri Dave yang malah menutup kedua matanya dan tanpa peringatan Zara malah terjatuh di atas sofa dan kini tubuhnya ada di ats tubuh Dave yang menahannya. Dave mencium aroma parfum khas Zara dengan wangi sejuk. Ia juga menekan tubuh Zara agar lebih dekat dengan tubuhnya. Dave tersenyum dan menatap wajah Zara yang kesal karena tidak bisa terbangun di tahan oleh kedua tangan Dave. "Apa-apaan ini lepas Dave! Aku pengap nih," ucap Zara mencoba untuk lepas dari cengkraman Dave dengan tubuhnya yang kuat. "Aku hanya mau istirahat saja!" "Memangnya aku ini tempat tidur!" "Heem," Dave tersenyum dan melihat wajah Zara yang merah padam karena nafas dia yang begitu dekat denganya. Dave semakin meremas jemarinya menaikan sebelah tangannya dan menekan kepala Zara tepat berhadapan dengan wajahnya. Dave tersenyum melihat wajah cantik Zara dan turun melihat bibir ranum merah muda, Zara yang terlihat sedikit basah manis dan mungil. Dave tersenyum dan menekan kepala Zara perlahan. Deru nafas mereka berdua dan debaran jantung yang berdetak kencang saling bertautan. Membuat keduanya semakin terdiam.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN