Ke kampus bersama

1237 Kata
Roland membuka mata, ia melihat ke arah jam, ternyata sudah jam 10 pagi. Kepalanya masih terasa pusing, entah semalam ia pulang jam berapa, tapi hari ini ia harus segera bergegas. Pemuda itu langsung bangkit dan menuju kamar mandi. Hari ini ia ada kuliah dan ia harus menghadiri kelas. Meskipun terkenal suka dunia malam, Roland tidak pernah menomorduakan kuliahnya apalagi absen untuk menhadriir perkuliahan. Ia adalah mahasisiwa teladan kesayangan dosen karena kecerdasannya, Roland idola kampus dan semua orang suka padanya kecuali satu orang. Setelah bersiap ia pun mengambil kunci mobil dan keluar dari rumah. “Roland…!” suara ayahnya tiba-tiba terdengar, Roland menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah ayahnya berada. “Iya, Pap. Ada apa?” tanya Roland. “Apa kau mau ke kampus?” sang ayah bertanya balik, sambil melangkah menghampiri putranya. “Iya, aku ada kuliah hari ini,” jawab Roland. “Baguslah, kau sekalian menjemput tunanganmu di rumahnya, kalian sama-sama ke kampus,” ucap sang ayah. “Apa?! Papa tidak salah? Mana mungkin aku datang bersama monster itu? tidak mau!” tolak Roland dengan tegas. “Roland, jaga mulutmu…!” hardik sang ayah dengan marah. “Yang kau sebut monster itu adalah gadis yang nantinya akan menjadi istrimu. Ibu dari anak-anakmu kelak dan perempuan yang akan mendampingi hidupmu. Bisa-bisanya kau menghinanya seperti itu? kau masih ingat kan, berkat perjodohan ini kau bisa merasakan kemewahan sampai sekarang. jadi, jika kau masih menyayangi apa yang kau miliki sekarang, jangan pernah mengatakan hal itu lagi apalagi menghina calon istrimu sendiri. Paham?! Sekarang kau jemput tunanganmu dan berangkatlah bersamanya. Ini berlaku seterusnya, kau mengerti?!” Roland hanya terdiam dan mengangguk lalu melangkah pergi dan melaju bersama mobil mewahnya. Roland menggenggam erat setir mobil sambil terus fokus menyetir. Mata tajamnya memerah menahan kesal. “s**l…!” ia memukul setir berulang kali dengan geram. Ia sangat tidak ingin bertemu dengan perempuan itu tapi kenapa takdir buruknya selalu saja membawanya pada perempuan itu? kenapa anak konglomerat itu harus dia? Kenapa harus monster itu? “Hah…!” Roland menghembuskan nafas gusar. Namun hanya itu yang bisa ia lakukan, ia tidak bisa melawan kehendak orang tuanya karena di atas itu semua, ia masih lebih memilih kemewahan hidup. Meski ia harus menanggung malu dengan menikahi orang yang sangat ia tidak sukai. Mobilnya masuk ke dalam pekarangan luas dari rumah besar milik calon mertuanya. Roland melihat Regina duduk di kursi teras sedang sibuk dengan ponselnya. “Apa? dia sengaja menungguku? Hah… dasar tidak tahu diri!” gerutu Roland. Saat gadis bertubuh besar itu beranjak dari duduknya, Roland pun berteriak memanggilnya. “Ayo masuk…!” ia melihat Regina menoleh dan terkejut saat melihatnya. Regina bahkan hampir menjatuhkan buku yang ia pegang saking terkejutnya. “Kenapa kau masih berdiri di situ? Jangan buang-buang waktuku. Cepat masuk!” perintah Roland. Mendengar ucapan kasar itu Regina menjadi marah. “Kenapa kau datang kemari? siapa juga yang mau ikut denganmu. pergi saja sana! aku tidak mau pergi bersamamu!” ucap Regina menolak. “Heh, aku juga mana sudi satu mobil denganmu. Kalau tidak terpaksa mana mungkin aku datang kemari. Jadi jangan banyak bicara, cepat masuk ke dalam mobil!” Roland kembali menyuruh Regina. Regina bukannya mengikuti ucapan Roland, ia malah berjalan masuk ke dalam rumahnya. Namum belum sempat ia melangkah masuk, Roland tiba-tiba menahan langkahnya. Regina menatap ke arah tangannya yang di pegang Roland. Gadis itu terkejut karena tubuh tinggi Roland sudah berada tepat di belakangnya dengan tatapan mata yang tajam. “Apa yang kau lakukan, sudah ku bilang aku tidak mau pergi ke kampus denganmu! kau jangan memaksa, ya. Lepaskan tanganku!” Regina dengan sekuat tenaga berusaha melepas pergelangan tangannya dari cekalan Roland tapi sia-sia. Rupanya tenaga Roland cukup kuat untuk mengimbangi tenaganya yang bertubuh besar itu. “Kau jangan besar kepala. Apa kau pikir aku dengan senang hati melakukan ini? Tidak! aku sangat terpaksa melakukannya. Jadi aku mau kau jangan banyak tingkah dan cepat ikut denganku!” Roland menarik tangan Regina memaksanya untuk masuk tapi gadis itu tidak tinggal diam. Dengan kekuatannya yang tidak bisa dianggap enteng itu, Regina mempertahnkan posisnya sehingga terjadilah tarik menarik. Tapi karean Roland tidak berniat melepaskan tangannya, Regina pun membiarakn Roland menarik tubuhnya pada saat yang sama Regina maju dan mendorong tubuh Roland dengan keras sehingga pemuda itu jatuh tersungkur. “Ahhk…! s**l, kenapa kau mendorongku…!” Roland menjadi semakin geram. “Itu pantas kau dapatkan. Sudah aku bilang jangan memaksaku, pergi saja sana. Jangan pernah datang lagi!” ucap Regina. Roland bangkit dengan menahan segala kekesalannya, ia hendak menghampiri Regina tapi tuan Agata muncul dari balik pintu. “Oh kau sudah datang, nak Roland? Ya sudah, kalau begitu kalian langsung berangkat saja ke kampus sama-sama. Kebetulan sopir Regina sedang aku tugaskan di tempat lain, jadi mulai sekarang kalian harus datang dan pergi ke kampus bersama-sama, oke?”ucap tuan Agata sambil tersenyum ramah. Mata bulat indah Regina melotot. “Apa Papa? Aku harus berangkat ke kampus dengan orang ini? tidak! aku lebih baik memesan taksi online saja setiap hari, tidak perlu sampai seperti ini, Pa!” tolak Regina dengan keras. Sedangakn Roland hanya tersenyum sinis melihat Regina kelabakan. “Regina, kau tahu kenapa Papa sampai ingin kalian pulang dan pergi ke kampus bersama-sama? Karena Papa ingin kalian berhenti bermusuhan. Sejak pertunagan, Papa melihat kalian sama sekali tidak dekat, jadi papa ingin kalian seing-sering menghabiskan waktu bersama agar semakin karab, bagiamana menurutmu Roland? Apa kau setuju?” tanya tuan Agata, ia menatap Roland membuat pemuda itu hanya bisa menganngguk. “I-iya pak, itu terserah Bapak saja,” ucapnya dengan terpaksa. “Tuh kan, tunanganmu saja sudah setuju. Kenapa kau masih menolak, sayang? jadi dari pada kalian terlambat, lebih kalian cepat berangkat. Regina, ayo sayang,” ucap tuan Agata. Regina hanya bisa menghela nafas berat lalu melangkah mengikuti Roland menuju mobilnya. “Kami berangkat dulu, Pak,” ucap Roland pamit. “Iya, hati-hati kalian. Oh ya Roland, karena kalian sudah bertunangan, saya ingin mulai sekarang kau menjaga Regina. Apa kau bisa saya percaya?” ucap pria itu. Roland menelan ludahnya tegang, lalu mengangguk. “Tentu saja, Pak. Regina Jan tunanfan saya, jadi saya akan melakukan apa yang Bapak katakan, kalau begitu kami berangkat sekarang,” ucap Roland. “Iya… hati-hati…” Mobil pun melaju meninggalkan tempat itu. Di dalam perjalanan mereka hanya terdiam. Tidak ada yang mau memulai pembicaraan. Hening dan dingin. “Turunkan aku di sini saja, aku mau naik taksi,” ucap Regina tiba-tiba. Roland yang sedang fokus menyetir menoleh ke arahnya. “Kau jangan mabil masalah, apa kau tidak dengar pesan ayahmu kepadaku tadi? Kalau kau ada apa-apa, aku juga yang kena masalah. Lebih baik kau diam dan jangan buat keributan,” ucap Roland dengan nada dingin. Ia pun kembali menyetir tanpa meperdulikan tatapan Regina yang tajam ke arahnya. Setelah beberapa lama, Roland menghentikan mobilnya. “Kau turun di sini saja, aku tidak mau orang-orang melihatmu turun dari mobilku, ayo cepat turun! Ingat, kau jangan pernah menyapaku di kampus nanti,” usir Roland. Hal itu membuat Regina geram. Gadis itu pun turun perlahan dari mobil mewah itu. Detik kemudian, mobil Roland pun melaju dengan cepat meninggalkannya. “Dasar sinting…!” gerutu Regina. Karena jarak kampus dengan tempat ia berada masih sekitar satu kiloan, ia pun berencana untuk berjalan kaki saja. Hitung-hitung olah raga. “Apa aku mulai diet lagi, ya? tapi kalau gagal seperti dulu bagaimana?” ia berguman sambil terus berjalan. “Hei, kamu kok jalan kaki? Ayo ikut aku saja.” Regina menoleh dan melihat seorang pemuda tampan tersenyum padanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN