7- Malam yang Panas

1465 Kata
pov Author Dengan Sengaja Fira menunjukkan banyak kemesraannya hari ini, dan Leo tak menolak nya. Hati Salma makin panas dibakar cemburu. Hingga, akhirnya Salma merasa menyesal telah ikut makan malam bersama. Apalagi, sikap Leo yang sama sekali tak mempedulikan nya. Leo hanya pokus pada Fira dan Tiara. Ya jelaslah, mereka kan anak dan isteri sahnya. Kesal kesal kesal, yang ada dalam hati Salma saat ini. "Udah beres makan nya mas, ayo kita pulang," ajak Fira manja pada suaminya itu. Leo hanya mengangguk. Sebenarnya, dia merasa heran kenapa isterinya itu tiba-tiba saja berubah sikap. Biasanya Fira tak pernah bermanja-manja, tapi hari ini dia sungguh manja. "Aaaaah, manis sekali isterimu ini. Rasanya seperti pacaran saja," dalam hati Leo. "Mbak Salma duluan ya." Fira tersenyum manis. "Salma duluan ya, " ucap Leo pamit, suaranya pelan. Salma hanya mengangguk pada keduanya dengan senyuman kecut, mungkin cemburu. "Papa, Salim!" pekik anak Salma tiba-tiba. Wajah Leo langsung memucat, panik. "Eh, maaf. Anakku memang begitu." Salma menjelaskan. Fira tersenyum kesal. " Enak saja panggil suami ku papa, huuuh " gerutu Fira dalam hatinya. Sementara Tiara minta gendong papanya. " Papaaa, gendong." "Iya Tia, papa gendong ya," dengan cepat Leo menggendong Tiara. "Kenapa gendong dia, gendong aku paah!" Rengek Elin, ananya Salma. Fira berusaha menahan emosinya. Dia diam, biar Leo saja yang merespon. "Hem, elin di gendong mamanya aja ya." ucap Leo, menjawil hidung mancung elin. "Enggak mau!" bibirnya mencebik hampir menangis. Dengan cepat Salma menggendong anak manja itu, bayangkan usia Elin sudah lima tahun. Sudah besar masih saja mau di gendong, manja huuuh! pikir Fira geram. Tak mau terus- terusan melihat drama itu. Dengan cepat Fira menarik tangan Leo untuyk beranjak dari sana. "Udah, Yok Mas." Mereka pun melangkah pergi meninggalkan Salma yang masih membujuk anak nya. Fira bisa melihat dengan ekor matanya. Leo menoleh sekilas ke belakang memperhatikan Salma dan anaknya. Sepertinya, dia tak tega meninggalkan mereka berdua. Dasar mata keranjang! Fira bisa melihat raut kesal dan menyesal dari wajah suaminya itu. "Dasar b******k kamu mas! Bisa-bisanya kamu menunjukkan wajah menyesal mu untuk selingkuhan mu itu di hadapanku!" Fira memaki Leo dalam hatinya. Leo memacu motornya cukup kencang, agar cepat sampai ke rumah. Sepanjang perjalanan pulang hanya hening yang tercipta. Tak ada obrolan diantara mereka. keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing. Fira yang terus mengutuki perbuatan suaminya dengan Salma. Dia juga kesal, karena anak Salma memanggil suaminya papa. Sedangkan, Leo cemas dengan keadaan Salma dan Elin. Dia tak tega meninggalkan mereka berdua. Tapi, dia juga tidak mungkin meninggalkan anak dan isterinya. Dia juga khawatir melihat perubahan sikap Fira. Dia takut, Fira tau perselingkuhannya. Akhirnya, mereka sampai di rumah. Setelah masuk ke rumah, Fira segera menggendong Tiara ke dalam kamarnya. Tiara sudah terlelap saat masih di motor. Sedangkan, Leo tampak gelisah. Dia sudah membayangkan Fira akan mencecarnya, tentang hubungannya dengan Salma. Dia masih bersyukur, Fira tidak menunjukkan kemarahan dengan teriak-teriak di muka umum. Leo duduk di ruang tengah sambil nonton TV, namun pikiran nya melayang kemana-mana. Dia sama sekali tak tau apa yang di tonton nya, saking tidak pokusnya. Fira menghampirinya, lalu duduk di kursi di depan Leo. (Leo Pov) "Huuuh." Aku menghela napas kasar, merasa sangat gusar. "Mas, siapa sebenarnya Salma itu?" tanya Fira padaku dengan lembut. Fira menatap ku dengan lekat penuh tanya. Sungguh diluar dugaanku, karena Fira bertanya dengan lembut dan tidak mengamuk. "Aku sudah bilang kan tadi, dia teman masa SMA ku dan rekan kerjaku." Aku menjawab sedikit ketus. Aku tidak suka dengan pertanyaannya, aku takut dia makin mencurigai ku. Aku masih mencintai istriku, meski ku akui Fira akhir-akhir ini kurang bisa memuaskan hasratku. Dia tak seseksi Salma, apalagi Salma begitu panas saat di ranjang. Berbeda dengan Fira, yang cuma diam menerima saja dan cuma gitu-gitu aja. "Hanya itu?" Fira seolah mengejekku dengan senyuman sinisnya. "Iya, memangnya apa lagi?" Aku balik bertanya masih dengan nada bicara sedikit ketus. Kesal juga dengan reaksi Fira. "Aku kira simpanan kamu mas, mana ada rekan kerja sampai cium-cium pipi! Heheh." Fira tertawa sinis padaku. Aku kaget dengan perkataan istri ku ini. "Ah sial, ternyata dia melihat ku tadi." Ku rengkuh bahu isteriku dan kucium pipinya lembut juga mesra. "Dia memang seperti itu sayang, itu hanya seperti salam pertemuan saja. Ya cipika cipiki gitu," bohongku. "Kamu jangan khawatir, Mas hanya sayang dan cinta sama kamu aja." Aku kembali mencium pipinya, dan aku bicara dengan lembut. Selembut Javanese cheese cake buatan isteri ku, heheh. "Aaah, so sweet," ucap isteriku dengan senyuman lebar, dan tatapan polosnya. Dia mencubit pipiku gemas. Bahkan, dia mulai mengikis jrak diantara kami. Mengecup bibirku dengan lembut. Ah, rasanya sudah lama kami tak melakukan hal ini. Rasanya sungguh mendebarkan ternyata. Bahkan, sudah sebulan aku tak berhubungan badan dengannya. Mungkin, karena aku sering melakukannya dengan Salma di rumah kontrakannya. Sudah kenyang dengan tubuh Salma, sehingga tak minat lagi dengan istri sendiri. Tapi, saat ini aku benar- benar rindu istriku. Sentuhan bibir kenyal dan lembutnya sungguh membuatku b*******h, sangat b*******h. Apalagi, tak seperti biasanya yang bau dan kucel. Saat ini dia wangi dan cantik, seperti dia di masa lalu. Sewaktu masih belum menikah denganku dulu. Aku jadi merasa bersalah, mungkin karena dia terlalu lelah mengurus rumah tangga dan anak, dia jadi tak punya waktu bersolek. Disaat kami masih saling menautkan bibir, terdengar suara notifikasi dari ponselku. Aku tau itu pesan dari Salma, karena aku sengaja memberi nada dering pesan maupun panggilan berbeda. Agar, aku tau itu pesan darinya. Aku melepaskan pagutan kamiyang sudah bercampur nafsu itu. Kulirik ponselku di atas meja, ingin rasanya aku membaca pesan dari salma. Dia pasti ingin mengeluh tentang hari ini. Itu sudah pasti. "Aku udah ngantuk, ayo kita tidur mas." Entah kenapa, aku merasa Fira tak ingin aku memeriksa ponselku. "Iya, iya sayang." Aku menjawab dengan sedikit gugup. Istriku langsung pergi duluan. Kutatap punggungnya dengan mesra, kulirik ponselku di atas meja. Kuambil ponselku, lalu kubawa ke kamar. Aku bermaksud memeriksa pesan dari Salma, setelah Fira tertidur nanti. ( Fira POV) Aku akan pura-pura polos dan menerima kebohonganmu mas, tenang saja! Hatiku geram, dengan setiap kebohongan suamiku itu. Aku yakin itu pesan dari selingkuhannya, dia pasti ingin mengeluhkan tentang kejadian pertemuan kami tadi. Tapi, aku tak akan membiarkanmu berbalas pesan sama dia. Aku segera mengajaknya tidur. Aku tak akan membiarkanmu berkhianat lebih jauh lagi, Mas! Tapi aku sedikit gelisah, anak itu anak siapa? Jangan - jangan dia anaknya Mas Leo! Pikiranku jadi semakin negatif saja, aku takut dia ternyata sudah menikah dan mempunyai anak, yaitu Elin. Soalnya, mereka terlihat sangat akrab seperti ayah dan anak saja. "Mas apakah benar Salma itu udah janda?" tanyaku lembut, tak mau Mas Leo terprovokasi. " Hem, begitulah. Kan dia sudah bilang tadi," sepertinya, Mas Leo tak suka dengan pertanyaanku. Hal itu terdengar jelas dari nada bicaranya. "Lalu anak itu benar anaknya?" tanyaku kembali, sedikit ragu. "Ya jelas lah, masa anakku " Mas Leo menatapku kesal, sepertinya. "Kenapa mereka cerai?" tanyaku kembali dengan gusar. "Mungkin mereka sudah tidak cocok, ya sudah lah untuk apa urusin kehidupan orang lain." Mas Leo mendekapku erat. Memang benar sih katanya, tapi aku benar - benar gelisah. "Tapi, kenapa anak itu sangat akrab denganmu?" Aku benar- benar tak tahan untuk bertanya, ingin memperjelas semuanya. "Karena kami sering bertemu." Suamiku langsung terdiam, mungkin dia keceplosan bicara. "Oh, jadi kamu sering mampir ke rumahnya ya, sampai-sampai dia memanggilmu papa!" Aku tersenyum sinis pada suamiku. Tapi, dia tak akan bisa melihatnya, karena wajahku menyuruk di dadanya. "Bu bukan begitu, Elin sering di bawa ke kantor, ya sekedar mengantarnya. Cuma ikut sampai gerbang. Lalu pulang lagi bareng pengasuhnya." Aku yakin suamiku sedang berbohong lagi kali ini. Dia menjauhkan wajahku dari dadanya, menatapku lembut. Matanya sayu, aku sangat yakin dia lagi kepengen itu. "Sayang boleh ya?" tanyanya serak menatapku lekat. Aku tersenyum dan mengangguk. Aku juga pengen sebenarnya, karena sudah lebih dari sebulan tak berhubungan. Mungkin, suamiku kenyang makan si Salma itu. Mulai saat ini, aku tak akan biarkan suamiku seenak nya berhubungan dengan wanita lain. Aku akan memberikan servis terbaikku. Aku sudah menonton banyak video biru, untuk sekedar belajar menyenangkan dan memuaskan nafsu suamiku yang sangat besar itu. Ya, dulu kami sangat sering bercinta. Hampir tiap hari, karena nafsunya memang besar. Tapi setelah melahirkan Tiara, mungkin karena sibuk dan capek mengurus bayi, aku jadi kurang bersemangat. Hingga dampaknya di tiga bulan terakhir ini, suamiku semakin jarang menyentuhku. Meski, sikapnya tetap manis. Mungkin, itu untuk menutupi kebusukannya. Selingkuh dariku! Puncaknya adalah sebulan ini, dia tak sekalipun menyentuhku. Mereka saling berpelukan, berpagutan mesra dan melepaskan kerinduan. Malam ini Fira benar-benar liar dan panas di atas ranjang. Hingga Leo merasakan kepuasan, lebih dari rasa puasnya terhadap Salma. Suara desahan saling bersahutan. Keringat mengucur membasahi tubuh keduanya. Apalagi, Fira yang sangat rindu sentuhan suaminya itu. Dia merasakan bahagia dan kepuasan malam ini. Meski, dia merasakan kesal jika ingat perbuatan suaminya. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri, untuk mempertahankan rumah tangganya. Dan tak akan membiarkan orang ketiga menghancurkan hidupnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN