Suasana kantin yang semula ramai mendadak hening seketika. Semua orang yang ada di ruangan itu menatap ke arah Axel dan Elina yang menjadi pusat perhatian. Mereka tak mengira kalau sang CEO yang baru saja di bicarakan tengah berjalan di tengah ruangan. Elina menatap lurus ke depan, melirik ke kanan dan ke kiri. Tatapan heran, kagum, memuja, iri, dan juga terpana terletak pada semua orang yang ada di sana. Gadis itu mendengus kesal karena menjadi pusat perhatian, meskipun tujuan utama mereka adalah Axel. Akan tetapi tetap saja, menjadi pusat perhatian karena seseorang sangatlah tak nyaman. Terus terang, Elina ingin segera mengakhiri tatapan mereka itu. ia pun melirik ke arah Axel yang berjalan dengan pandangan lurus ke depan. Seolah sebuah pria yang keluar dari dunia komik, seorang peme