Aifa menatap sebuah kartu ucapan yang ditulis dengan tangan. Dengan bingung Aifa mencoba menghubungi nomor ponsel yang tertera disana.
"Halo?"
"Ha-halo?"
"Asalamualaikum. Hai Aifa."
Aifa terkejut. Ia tidak menyangka bila seseorang di seberang sana menyebut namanya.
"Wa'alaikumussalam kok tahu ini Aifa? Dukun ya?"
Suara kekehan geli terdengar. "Bukan. Ini aku kak. Ray."
"Ray? Ray yang baik hati dan sering tersakiti oleh kakak Rex itu?"
"Iya. Ini aku." kekeh Ray geli.
"Ray kok tahu nomor ponsel Aifa?"
"Loh bukannya Kak Aifa yang mengirimkannya melalui email?"
Seketika Aifa terdiam. Ia berpikir sejenak. Lalu kedua matanya terbelalak lebar. Ya ampun.. ini pasti kerjaan si Aulia.
"Ah maafkan Aifa Ray. Ray jangan marah ya. Waktu itu sahabat Aifa yang memberikan nomor ponsel Aifa."
"Oh."
Suara hening begitu terasa. Tanpa Aifa sadari Ray tersenyum miris saat ini.
"Ray yang baik hati. Ada apa hubungin Aifa?"
"Em.." Ray berdeham. "Tidak apa-apa Kak. Aku minta maaf sudah menghubungi kakak."
"Tidak apa-apa Ray. Ray kan baik. Jadi pria yang baik akan berteman dengan wanita yang baik. Seperti Aifa."
Ray terkekeh geli. Baginya Aifa begitu lucu dan menggemaskan meskipun ia sempat kecewa kalau ternyata bukan dari Aifa sendiri yang memberikan nomor ponselnya.
"Ray.."
"Ya kak?"
"Aifa kangen sama Rex. Kira-kira kapan kakak tirimu itu menerima Aifa? Aifa gak sabar mau jadi kakak ipar Ray yang baik hati."
Ray merasakan hatinya cemburu. Ia tidak pernah bisa tenang jika selama berbincang dengan Aifa walaupun hanya sekedar basa-basi tapi wanita itu selalu saja bertanya soal Rex.
"Kakak yang sabar. Kak Rex memang begitu. Sulit memaafkan masalalu. Daddy saja belum pernah ia maafkan sejak dulu."
"Tapi Aifa kan punya hati. Aifa gak bisa di giniin. Aifa bukan jemuran Ray."
"Yang sabar ya kak. Kita sama. Aku juga menyukai seorang wanita. Tapi wanita itu sulit aku raih."
"Oh ya? Siapa?"
"Ada deh. Rahasia." Ray pun terkekeh geli. Sampai akhirnya sebuah pemikiran terlintas dibenaknya. "Kak.. em boleh aku bertanya?"
"Mau nanya apa Ray?"
"Kalau suatu saat ada pria lain menghampiri kakak dan menyatakan perasaannya ke kak Aifa apakah kakak akan marah?"
Seketika Aifa terdiam. Ia bingung harus berkata apa. Apalagi nama Rex sudah terukir di hatinya sejak sekian lama.
"Aifa tidak tahu Ray. Memangnya kenapa?"
"Em.. sebenarnya.. aku-"
"Aduh non Aifaaaaa!! Ini ikan nya gosong!"
"Huaaaaaa Ray nanti dulu ya. Aifa lupa kalau sekarang lagi masak. Kita lanjut lagi nanti. Oke? Dadaaaa Ray yang baik hati."
Sambungan terputus. Ray menatap layar ponselnya. Seketika ia tersenyum miris. Ray menghembuskan nafasnya secara perlahan meskipun ia sempat deg-deg an untuk mengungkapkan apa yang ingin ia katakan.
"Sepertinya aku harus mengalah sama ikan gosong itu."
Day 3.
Ikan bakar pedes cinta Made in Aifa
Rex merasa jengah karena rupanya Aifa tidak pantang menyerah. Rex baru saja mengadakan rapat diruangan rapat namun lagi-lagi Aifa mendatanginya. Hari ini menu makan siang Rex adalah ikan bakar yang di bumbui cabe pedas dengan pinggiran sayur salad.
"Dimakan ya Rex. Kata Angel sosok calon suami itu paling suka menu masak rumahan."
"Benarkah Angel bilang begitu?" Rex bersedekap. Menatap Aifa yang kini tetap tersenyum ceria.
"Aulia Rex. Aulia."
"Oh iya lupa."
"Ayo di cicipin. Gini-gini Aifa mulai bisa masak loh."
Rex pun kesal. Sampai akhirnya ia memilih mengalah dan mulai mencicipi ikan bakar tersebut agar Aifa cepat pulang saat ini juga. Aifa sudah berbinar sampai akhirnya pintu terbuka.
"Asalamualaikum Mas Re- oh maafkan Aisyah. Aisyah tidak tahu kalau ada tamu." ucap Aisyah cepat dengan sungkan.
Aisyah ingin menutup pintu tapi Rex mencegahnya dengan suara nyaring.
"Masuk aja Aisyah. Ah iya aku lupa. Bukankah jadwal kita hari ini ke Wedding organizer?"
Aifa terkejut. Belum saja Rex mencicipi ikan bakar yang hendak ia makan tiba-tiba pria itu sudah berdiri. Melepas jas Formalnya lalu beranjak dari tempat duduknya.
Aisyah sendiri kebingungan ada apa dengan Rex yang tiba-tiba datang kearahnya.
"M-mas.." Aisyah menggeleng. Menatap Rex dengan tatapan peringatan karena pria itu berbohong. "Jangan melakukan hal yang tidak seharusnya."
"Rex..Aifa bagaimana? Kan Rex belum makan. Aifa-"
"Aku sibuk." Rex menatap Aifa dengan sinis. "Kamu lupa kalau 7 hari lagi pernikahanku dengan Aisyah?"
Rex tidak menunggu respon dari Aifa. Ia pun berlalu meninggalkan ruangannya. Aisyah sendiri kebingungan sampai akhirnya mengejar Rex.
Aifa menatap nanar kotak makanan yang ada di meja Rex. Aifa mendekatinya lalu menutup makanan tersebut.
"Mungkin nanti Rex akan makan lagi."
Dan air mata Aifa menetes. Ia pun meninggalkan ruangan Rex dengan tertunduk lesu. Aifa memasuki pintu lift lalu ia bertemu dengan Franklin tanpa sengaja.
Franklin baru saja melakukan rapat bersama tim pekerja Rex dan ia tidak menyangka akan bertemu dengan kakaknya. Dengan perlahan Franklin memeluk Aifa tanpa ragu dan Aifa menangis.
"Kak.."
"Apakah memperjuangan seorang pria yang Aifa cintai itu salah?"
"Aku ingin menyerah. Hatiku sakit. Tapi perasaan Aifa sangat kuat. Setiap bertemu dengan Rex, Aifa bisa melihat tatapan Rex itu masih mencintai Aifa. Tapi kenapa Rex bersikap seolah-olah tidak mencintai Aifa lagi?"
Tanpa Aifa sadari, berbeda di tempat lain yang kini Rex sedang berada di depan cermin westafel toilet. Rex memasang alat peretas suara yang sangat kecil di anting-anting Aifa ketika wanita itu beberapa hari pingsan di ruangannya.
Dan Rex terdiam dengan perasaanya yang sesak dengan tangannya yang terkepal kuat.
Gemes ya sama Aifa. Kasihan. Tapi Aifa manusia unik yang terlalu cinta banget sama Rex
Makasih sudah baca. Maaf semalaman ketiduran hhe.
Sehat selalu buat kalian ya.
With Love
LiaRezaVahlefi
Instagram
lia_rezaa_vahlefii