Chapter 16

1089 Kata
Ray tidak bisa berhenti tersenyum begitu membaca sebuah balasan email dari Aifa. Wanita cantik itu telah memberinya nomor ponsel. Ah akhirnya penantian yang panjang selama 3 tahun membuahkan hasil. Dulu Ray tidak berani meminta langsung nomor ponsel Aifa. Alasannya karena Rex. Rex masih membencinya sampai sekarang karena masalalu itu sehingga membuat Ray merasa segan apalagi sampai lancang meminta nomor ponsel Aifa. Alih-alih meminta, malahan wanita itu sekarang yang langsung memberinya. Ray mengecek jam dipergelangan tangannya. Saat ini sudah pagi menjelang siang. Bisa dipastikan negara Indonesia sedang malam hari. Perbedaan negara tidak membuat Ray berputus asa untuk bisa menghubungi Aifa. Ray mengurungkan niatnya untuk menghubungi Aifa. Ia pun pergi keruang tamu. Disana ada Daddy dan Mommynya beserta kedua adik kembarnya. "Daddy lihat kamu suka mengoleksi parfum?" Ronald menatap serius putri kembaranya yang bernama Rayna. Rayna mengangguk. "Ya dad. Ada apa?" "Daddy memiliki sebuah pemikiran bagus. Menurut berita yang Daddy dengar katanya Franklin Hamilton membatalkan secara sepihak launching Parfum yang rencananya akan di adakan dua bulan lagi bersama Fayezza. Bagaimana jika perusahaan Daddy yang ambil alih." Ray terlihat tertarik dengan obrolan Daddy bersama Rayna. Lalu ikut duduk di samping Rayna dan Rayni. "Maksud Daddy? Daddy ingin mengambil kerjasama itu lalu memberinya pada Rayna?" tanya Ray pada Ronald. Ronald mengangguk. "Benar. Adikmu itu bulan depan akan lulus kuliah. Alangkah baiknya dia akan belajar bisnis perusahaan." Ray mengangguk. Setuju dengan pemikiran Daddynya. "Ide yang bagus. Bagaimana dengan Rayni?" tanya Ray yang kini beralih keadik kembar satunya. "Rayni tetap meneruskan usaha kios bunga mommy di London. Sekarang Rayni sudah mengembangkannya ke berbagai negara." sambung Luna kemudian. "Apakah itu berlaku sampai ke Indonesia?" tanya Ray lagi. "Belum. Adikmu baru mengembangkan kios bunga di 8 negara. Kios bunganya memang tidak terlalu besar. Tapi peminat bunga hidup dan segar begitu banyak. Pembeli bisa butuh di waktu tertentu." "Kalau begitu aku akan menyuruh Rayni membuka cabang kios bunga mommy di Indonesia." "Apa?" Luna terkejut. Tidak menyangka bila Ray memiliki pemikiran tersebut. Mendengar hal itu, Rayni yang dasarnya gadis pendiam tak banyak omong itu hanya menyimak saja obrolan antara mommy dan kakaknya. Luna mengerutkan dahinya. "Kenapa kamu berpikir seperti itu nak?" "Tidak apa-apa." Ray bersikap santai. Ia bersedekap. "Hanya membantu adikku. Apakah aku salah?" "Ya gak sih Ray. Em terserah lah." Ray hanya mengangguk. Ia pun memilih meraih secangkir teh hangat lalu menyeruputnya. Rayni yang sejak tadi diam pun akhirnya teralihkan begitu ponselnya bergetar. Sebuah notifikasi pesan singkat. Kak Ray : "Kalau kios bunga mommy sudah berkembang di Indonesia. Pastikan memiliki banyak koleksi mawar. Terutama mawar merah. Ada seorang wanita yang aku sukai. Dia menyukai mawar merah." Rayni terdiam. Ia melirik kearah Ray dengan berbagai macam pikiran sampai akhirnya dengan gaya cool kakaknya itu malah mengedipkan salah satu mata kearahnya lalu beranjak menuju kamar. Day 1 Aifa. "Menu Nasi Goreng Cinta" Dengan cekatan Aifa mulai memasak nasi goreng. Sesuai saran Angel. Membuat masakan dari dasar. Bagi Aifa ini sulit. Hal dasar memasak yang ia pikirkan sejak dulu adalah memasak air meskipun masih saja gosong. Dari jarak beberapa meter. Franklin memperhatikan kakaknya itu dengan giat dan serius meskipun di jari-jari kakaknya sudah terluka dan berbalut hansaplast karena belum terbiasa memotong sayuran dan lainnya. "Taraaaaaaaaa. Yey! Sudah selesai." Dengan semangat Aifa memasukan kedalam wadah kotak nasi goreng buatannya. Melihat hal itu Fandi hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Sungguh ia sangat tahu bagaimana putri Made in koreanya itu tengah belajar memasak. Akhirnya Fandi memilih pergi dari sana lalu membiarkan putrinya itu berkutat dengan masakannya. Selang beberapa menit kemudian Aifa keluar dari segala aktivitasnya. Fandi melirik kearah Aifa. "Mau kemana?" "Antar sarapan untuk calon suami Daddy." "Oh ya?" Fandi memasang raut wajah santai. "Calon suami atau calon pemberi harapan palsu?" "Calon teman ranjang Aifa nanti kalau sudah menikah." Fandi menatap Aifa dengan horor. "Teman ranjang? Ya ampun! Siapa yang ngajarin kamu bilang gitu hah?!" "Angel." jawab Aifa polos. "Angel? Aulia maksud mu?" "Oh iya lupa." "Tapi Rex gak begitu kok. Rex gak pemberi harapan palsu buat Aifa. Dia baik." "Semua orang juga baik Aifa." "Jadi kapan Aifa akan di nikahkan dengan Rex?" tanya Aifa tidak sabaran. Fandi mengerutkan dahinya. Ia pun tersenyum smirk. "Sudah bisa masak dengan benar?" "Sudah. Nih buktinya Aifa masak nasi goreng.' "Yakin sudah bisa?" "Iya Daddy iyaaaa." "Sudah bisa bedakan yang namanya kencur dan jahe?" Seketika Aifa terdiam. Astaga.. ia benar-benar belum bisa mengetahui segala jenis rempah-rempah. Alhasil Aifa hanya menghela napas panjang sambil menggelengkan kepalanya. "Ya kalau gitu gak usah nikah. Masak aja belum bisa." "Dadddyyyyyy!!!! "Apa?" "Akan aku laporkan Daddy dengan mommy kalau Daddy ada stalker akun sosial media mantan Daddy bernama Tante Jessie Wilson itu." "Apa? Astaga itu tidak sengaja. Daddy hanya- AIFA!!!" Dan Aifa sudah kabur. Menuju kamar sang mommy untuk memberi laporan terbaru dan terpanas di pagi hari. Fandi memijit keningnya yang sedikit pusing. Lalu memanggil Franklin yang sudah rapi. Bersiap untuk bekerja. "Frank?" "Ya dad?" "Karpet di gudang masih ada kan?" "Masih." "Siapkan aja. Nanti malam mungkin Daddy akan tidur di teras lagi." "Kak Laurent tunggu disini ya. Aifa ke ruangan Rex dulu." Laurent hanya mengangguk. Ia pun menatap kepergian nona mudanya dengan wajah riang. Jam masih menunjukkan pukul 06.00 pagi. Laurent tak habis pikir. Kenapa Aifa bisa bangun pagi hanya untuk memasak buat Rex sementara sebelumnya wanita itu sulit bangun pagi untuk bekerja? Astaga. Aifa memasuki sebuah lift. Sesampainya di lantai paling atas, Aifa menuju ruangan Rex. Dari jarak beberapa meter Aifa tidak melihat keberadaan sekertaris Rex yang biasa menyapanya sebelum bertemu dengan atasan WK Group itu. Alhasil Aifa memilih memasuki ruangan Rex. Namun hanya kehampaan yang ia dapatkan. "Rex kok gak ada?" Aifa meletakan kotak wadah makanan diatas meja kerja Rex. "Biasanya jam segini Rex sudah ada disini." Aifa menelusuri seluruh ruangan kerja Rex yang luas. Lalu mencoba menghubunginya tapi tidak di respon. Aifa terlihat gelisah sampai akhirnya Rex yang semalam bergadang lembur dan memilih menginap di kamar pribadi khusus diruang kerjanya pun terkejut melihat keberadaan Aifa. Aifa terlihat memunggunginya sampai beberapa detik kemudian Aifa membalikan badan dan tertegun melihat Rex yang menatapnya hanya memakai kemeja putih lengan panjang dan tiga kancing bagian teratas terbuka. Menampilkan sedikit otot bagian d**a Rex yang sispack. Rambut Rex terlihat ikal dan sedikit masih basah. Seketika wajah Aifa bersemu merah. Tubuhnya melemas. "Ah gantengnyaa.. Ya Allah maafkan hamba. Hamba gak kuat karena melihat ciptaanMu yang-" Bruk! Aifa pingsan dengan raut wajahnya merona merah di lantai karena melihat penampilan Rex di pagi hari yang menganggumkam hingga tanpa Aifa sadari Rex terkekeh geli melihatnya. "Dasar." Aifa lebay. Tapi dia tidak peduli. Karena lebay adalah manusiawi baginya. Makasih sudah baca. Sehat selalu buat kalian ya.. With Love LiaRezaVahlefi Instagram lia_rezaa_vahlefii
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN