“Entahlah, aku susah kalau ngomongin dia. Sejak awal aku bilang aku tidak cinta. Sudah aku nikahi dia ngadu supaya hamil. Sudah aku hamili ya sudah.”
“Tapi begitu hamil ke mana pun aku pergi dia ikut. Dia cemburu, super cemburu sama semua orang di kantorku, di perusahaan milik keluarganya, kadang aku datang untuk meeting dia ada dan duduk di sebelahku. Di perusahaanku dia selalu datang dan dia tidak bersama aku satu mobil, dia ngikutin aku dari belakang seperti kucing atau anjing yang mengikuti kemana majikannya melangkah.”
“Jangan kira dia ada di kantorku ketemu kamu waktu itu kami satu mobil. Tidak sama sekali. Pokoknya dia ke mana pun aku pergi dia ikuti, dan aku nggak peduli karena aku memang enggak pernah ke mana-mana.”
“Paling ngumpul sama beberapa teman sesama developer atau sama arsitek, pokoknya ya begitu-begitu saja.”
“Aku nggak ke pub nggak ke club, aku juga nggak main judi atau main perempuan. Pokoknya aku cuma ya lurus saja. Kadang aku mencari inspirasi, aku lihat bangunan-bangunan sambil jalan keliling atau aku cari lokasi dan dia ngikutin terus. Dia sedang hamil bukan istirahat di rumah jaga kesehatan, minum obat dan macam-macamnya, tetapi dia ngikut aku keliling kerja.”
“Itu kemauan dia, ya terserah. Dia bahagia dengan itu ya silakan. Aku nggak peduli.”
“Satu hari sebelum pernikahan aku sudah bilang kamu minta aku nikahi aku akan nikahin, tapi jangan pernah menuntut aku jadi suami! Sudah aku katakan begitu dan dia bilang iya. Apa aku salah kalau aku nggak menggubris dia?”
Badai tak mengerti mengapa dia bisa cerita semua pada orang baru kenal seperti Kaysilla. Tapi sesudah menceritakan semuanya dia merasakan plong.
‘Kasihan juga, rupanya lelaki juga bisa tertekan sedemikian berat. Rupanya dia ditekan oleh Mama dan mertuanya. Jadi ya jangan salahkan juga kelakuannya yang jadi tak peduli,’ Kayshilla menyimpulkan sekilas semua cerita badai padanya.
“Aku yang berterima kasih kamu telah menolong aku. Setidaknya aku sudah lepas dari Santi. Nanti malam aku akan menemui mamaku dan menggeret mamaku untuk ke rumah mertuaku.”
“Memang aku sudah memberi ultimatum by phone kalau sampai Santi masih mengejarku aku akan buat perhitungan. Tapi rasanya kalau hanya by phone mereka enggak akan mempan.”
“Sudah waktunya aku revenge, jangan seenaknya saja dia seperti itu. Keluarga dia sudah terlalu lama menginjak-injak aku. Sudah bukan waktunya aku terus mengalah. Pertama dulu aku mengalah, tapi tidak sekarang.”
“Oke selamat berjuang,” ucap Kayshilla, mereka berpisah di depan café, mobil Badai telah tiba diantar seorang pegawainya.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Di mana aku harus mencari Ahilya sekarang? Tapi aku cari mau buat apa? Untuk menjadi teman cerita begitu? Karena sekarang panggilan Pengadilan Agama sudah aku terima, bahwa papanya akan menceraikan aku. terus aku cari Ahilya buat apa?” kata Basanti sendirian. Dia bingung mau berbuat apa.
Hari ini Basanti mendapat kejutan, panggilan dari pengadilan agama bahwa Pratama Haris sudah mengajukan gugatan cerai.
Sejak berpisah dari rumah Nagendra memang Pratama Haris sudah tidak pernah pulang, entah dia ke mana. Bodohnya waktu itu Basanti tidak mencari. Dia juga tidak mencari Ahilya. Keesokan harinya baru dia mencari Ahilya tapi sudah tak ketemu.
“Siaaaaaaaaaaaaaaal,” Basanti berteriak, dia menghancurkan gelas dan piring kue yang ada di meja teras belakang. Pembantunya tidak berani berkutik kalau nonya mereka sudah berkelakuan seperti itu.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Saya minta semua berkas disiapkan. Semua berkas ya. Ingat saya bilang semua tanpa terkecuali. Pokoknya semua laporan, sejak satu tahun terakhir. Dan kita kumpul lusa jam 10.00 pagi di kantor saya.”
Sesuai dengan titanya, hari ini Keenan meminta manajemen toko untuk membawa berkas laporan satu tahun terakhir. Satu tahun terakhir adalah waktu yang sangat penting karena saat itulah Basanti Haris mulai mendekati Alyssa Mulya ibu kandung Keenan.
Bahkan beberapa kali Alyssa Mulya membawa Basanti ke semua outlate. Pokoknya Alyssa memperkenalkan pada manajer toko bahwa Basanti adalah besannya.
Keenan curiga setelah dia resmi menikah dengan Ahilya, mertuanya mulai gerilya di toko miliknya. Tak tanggung-tanggung. Tokonya adalah toko perhiasan. Jadi memang harus dia pantau mulai sekarang.
Nagendra papanya akan mulai bekerja untuk menghantam Basanti melalui pengacaranya dan juga sedang memantau usaha keluarga Pratama Haris yang dipegang oleh Basanti itu yang akan dihancurkan oleh papanya lebih dulu.
Basanti memegang usaha rental mobil milik keluarga Pratama Haris. Biasanya mobil disewakan per jam dengan minimal tempo 6 jam lalu 12 jam dan 24 jam.
Ada tiga lokasi GARASI untuk penyewaan mobil tersebut. Memang usahanya cukup besar, armadanya banyak. Itu satu-satunya usaha Pratama yang dipegang oleh Santi. Yang lainnya dipegang oleh Tama sendiri.
Nagendra juga sudah mengetahui ternyata Pratama Haris tidak setuju dengan perjodohan antara Keenan serta Ahilya. Nagendra juga sudah tahu kalau Pratama Haris menggugat cerai Basanti sejak kehebaohan acara aqiqah dihari kematian Alyssa. Jadi yang akan dihancurkan sekarang adalah usaha yang dipegang Basanti lebih dulu.
Nagendra tidak mau mencelakai Basanti dengan cara merusak armada mobil karena itu nanti bisa berakibat dengan membunuh orang di jalanan. Jadi bukan itu cara Nagendra. Lebih baik dia bakar sekalian semuanya di gudang atau di garasi daripada merusak rem mobil atau mesin mobil atau apalah karena berakibat akan bahaya bagi konsumen, merugikan orang yang tidak bersalah. Yang akan menjadi korban tentu itu tidak baik. Namun Nagendra belum dapat jalan, apa yang akan dia lakukan pada usaha yang aman bagi orang lain. Dia hanya ingin menghancurkan Basanti seorang saja.
“Jangan main-main kalian!” teriak Basanti ketika garasi kedua juga lapor hari ini terjadi kebakaran kecil di garasi. Tadi garasi pertama sudah melaporkan hal itu tapi bisa dipadamkan. Basanti segera meluncur ke salah satu garasi miliknya yang terdekat lebih dulu.
Baru selesai menutup telepon kedua, masuk telepon dari garasi ketiga dan laporannya sama. Ada percikan api dan mulai membakar kantor manajemen garasi. Tentu saja Basanti tahu itu adalah sabotase karena dalam waktu bersamaan tiga-tiganya terbakar. Walau skala kecil tapi itu membuat panik para karyawan dan semua berhamburan. Mereka bukannya cepat-cepat memadamkan api malah kabur menyelamatkan diri sendiri.
Santi mulai kalang kabut dan sudah bisa menduga bahwa ada orang yang ingin membuat dia celaka, tapi siapa?
‘Apa Nagendra?’ pikir Basanti curiga.