KEENAN MULAI BERGERAK

1017 Kata
Saat itu ponsel Darpitaa dan juga Jeevika berbunyi dengan nada notifikasi yang berurutan. Mereka berdua melihat apa yang masuk di ponsel mereka. Saat itulah Darpitaa, mama Santi dan Pavita langsung duduk lemas. Jeevika tak bisa bicara apa pun, dia berikan ponselnya pada Jeevika Sanggara Sanggara, ayah Badai yang bertanya hanya dengan tatap tajam, tak berucap apa pun. “Begitu faktanya, Ibu masih saja menekan Badai. Jelas-jelas dia benar, Ibu selalu semaunya, sehingga semua anak pun lari. Tinggal Badai dan Badai tetap jadi korban.” “Ibu terlalu ambisius,” tuduh Jeevika Sanggara. Badai memang bukan anak tunggal dalam arti sebenarnya. Dia punya dua kakak. Satu abangnya pergi ketika dijodohkan oleh Jevika. Dia menikahi adik kelasnya dan pergi ke luar negeri. Mereka hidup di sana. Entah bagaimana keadaan ekonomi tapi mereka tidak mau disetir sang Ibu. Mereka tak memberi khabar apa pun. Yang Badai tahu kakak lelakinya telah memiliki dua orang anak. Kakak kedua seorang perempuan juga pergi karena menikah dengan seorang TNI. Ibunya tidak ingin anaknya menikah dengan TNI yang dia bilang hidupnya hanya standart saja. Jevika mau putrinya menikah dengan konglomerat agar hidup berkecukupan seperti dirinya. Anak tersisa adalah Badai, dan Badai pun terkena dampak dari tekanan sang Ibu yaitu dijual pada orang tua Pavita dengan menukarkan sebuah perusahaan sehingga Badai harus menikah dengan Pavita. Sebenarnya Badai juga ingin memberontak seperti dua kakaknya, tapi dia kasihan. Kalau dia tinggal nanti ibunya tidak ada yang mengurus. Pernikahan Badai dengan Pavita sebenarnya bakti Badai pada mamanya. Tapi bakti itu ternyata disia-siakan oleh sang Ibu dengan menegurnya di depan semua orang, sehingga Badai langsung berbuat frontal yaitu memp3rkosa Pavita. Sore ini seperti yang Badai katakan dia akan menggeret kedua orang tuanya ke depan orang tua Pavita itu dia lakukan. Itu dia lakukan dua hari setelah Santi mendatanginya di kantor. Dia sangat benci Santi yang laganya sok suci dan ingin berumah tangga dengan dia untuk mendidik anaknya Pavita. Padahal dia saja bukan perempuan baik-baik dan bukan perempuan rumahan yang akan menjadi ibu yang baik bagi keponakannya. “Maaf saya langsung permisi pulang saja. Saya langsung ilfill. Tadi saya memang digeret oleh Badai ke sini untuk menjelaskan bahwa dia sangat jijik pada kelakuan Santi.” “Saya sebenarnya tidak setuju dengan kelakuan Badai tadi. Karena biar bagaimanapun Santi adalah adik kandung dari almarhumah Pavita. Saya menghargai Pavita.” “Namun sekarang tak ada lagi harga buat Santi. Saya tidak menyangka saja apa yang Badai katakan itu adalah benar. Coba lihat di ponsel istri Anda, Badai sudah mengirimkan bukti siapa Santi sebenarnya pada istri saya dan istri Anda. Karena istri saya juga suka pada Santi yang dia pikir sama polosnya seperti Pavita.” “Mungkin Pavita juga kalau tidak terobsesi pada Badai sejak masih SMP dia sudah menyerahkan tubuhnya ke semua laki-laki yang mendekati dia. Karena dia memang cantik. Untung dia tergila-gila pada Badai sehingga bisa jaga diri.” “Tapi Santi enggak. Dia tahu dia cantik, maka sejak kecil dia sudah berbuat tak baik. Anda lihat saja di ponsel istri Anda. Saya pamit,” kata Jeevika Sanggara papanya Badai. Jeevika, istrinya langsung ikut pamit. Dia sungguh tak percaya ternyata Santi sangat buruk karena dia ternyata penjaja. Bahkan sejak SMA terlihat jelas dari data yang dikirim oleh Badai. Saat Santi masih SMA memang sudah banyak bergelimang di dunia seperti itu. Darpitaa tentu tak bisa mengelak ketika Varen Sanggara mengatakan soal pesan yang Badai kirimkan. Padahal kalau Varen tidak mengatakan, dia akan menyimpannya, tidak akan memberikan pada suaminya. Tapi karena Varen sudah mengatakan, dengan terpaksa ketika suaminya minta dia berikan. Tangan Darpitaa gemetar memberikan ponselnya. “Astagfirullaaaaah, jadi sejak SMA?” pekik Wirasana Zohar, Papa Pavita dan Santi saat melihat apa yang Badai kirimkan ke ponsel Darpitaa. Pantas saja sejak dulu Badai jijik pada kedua putrinya. Mungkin Badai sudah mengetahui soal Santi sehingga menilai Pavita sama dengan adiknya. Karena Pavita sering sekali ingin seperti Santi. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ “Jadi kamu nggak antar dia?” tanya Kemala. “Ngapain aku antar dia? Biarin saja ntah dia naik taksi, ntah dia naik ojek online atau apa. Ya pokoknya aku pulang, pulang saja. Dia masih di situ sih. Bodo amat. Tapi sepertinya aku melihat mobil dia diantar ke café itu saat aku sudah agak jauh,” kata Kayla cerita tentang kemarin dia diajak kerjasama oleh Badai untuk mengusir Santi. “Aku saja dulu sering salah kok, bingung mana yang Vita mana yang Santi karena mereka mirip banget. 11 ~ 12, aduh pokoknya mungkin 11 sama 11A’. Pokoknya mirip banget. Bedanya di rambut saja. Tapi kadang Pavita sering lurusin rambut, jadi mereka sama persis. “Mereka tuh nggak kembar, tapi kalau ke pertemuan keluarga sengaja pakai baju kembar. Jadi kayak sengaja banget supaya susah dibedain. Entah mengapa Santi sering ikut kalau di pertemuan keluarga kami. padahal kan dia seharusnya nggak usah ikut, lah itu kan keluarga suami Vita kan? Tapi Santi sering ikut sih. Mungkin dia pengen tahu bagaimana atau siapa anggota keluarga kami dan segala macamnya.” “Entahlah. Dulu aku pikir memang mereka tuh kembar.” Kemala dan Kayshilla memang sering bekerja dalam satu tim terlebih saat partusnya belum waktu atau jauh dari HPL. Atau bisa juga memang partus tetap normal, tapi ternyata bayinya bermasalah. Jadi mereka memang semakin dekat. Sejak awal kuliah dekat ditambah pekerjaan mereka juga mengharuskan mereka selalu sering berkomunikasi. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ “Kenapa bisa sejauh ini?” tanya Keenan. “Ini mah seperti itu kan Pak. Kalau kami hanya mengikuti prosedur yang ada saja. Semua di-ACC oleh Ibu Alyssa Mulya,” jawab penanggung jawab store atau branch manager. “Saat ACC, apa Ibu Alyssa Mulya datang atau bu Basanti hanya menyerahkan surat bahwa ibu Alyssa menyetujui semua kebijakan yang akan dia ambil?” “Hanya surat ACC saja Pak. Buk Alyssa tidak pakai datang dan tidak telepon juga.” “Surat yang ini?” tanya Keenan memastikan. “Benar Pak. Surat itu yang diberikan oleh Ibu Basanti dan dia bilang itu semua sudah atas izin Ibu Alyssa Mulya.” “Oke kalau seperti itu,” Keenan langsung membawa semua data yang diserahkan oleh manajer toko. Dia benar-benar tak percaya selama ini sudah kecolongan oleh Basanti, dengan dalih semua sudah disetujui sang mama.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN