Agni sedikit bingung. Apa ia menyebutkan namanya atau tidak? "Hanya nama. Apa aku tidak boleh mengenalmu?" Vio bertanya lagi. "Ok. Namaku Agni. Aku pergi dulu," Akhirnya ia menjawabnya dan beranjak pergi. Vio hanya berdiri diam menatapnya, "Agni. Cute." Ia diam diam memperhatikan arah langkah Agni yang ternyata naik ke lantai dua. Vio duduk di table nya. Ia kemudian memanggil manajer restoran. Manajer restoran yang bernama Sabik menghampirinya, "Bagaimana pak, apa yang bisa saya bantu?" "Apa ada reservasi atas nama Agni? Table berapa?" Vio menatapnya. Restoran ini adalah milik keluarganya, jadi Vio bisa bertanya sesuka hati. "Saya cek," manajer restoran membuka tablet yang ia pegang, "Ada pak. Di table tiga puluh, lantai dua." "Bill nya kirim ke saya," Vio berkata tega