Part 6 | About Him

1704 Kata
Jeslyn kembali terbangun dengan tubuh yang terasa remuk, wanita itu mengerang sakit, ingatannya langsung berputar pada kejadian hari ini yang sangat menyesakkan d**a. Lalu ia melirik arloji di tangan kirinya, dan meringis menyadari jika dirinya tertidur cukup lama karena kini sudah menunjukkan pukul enam petang.   Dengan langkah yang tertatih Jeslyn menuju kamar mandi, beruntung kamar kecil itu memiliki kamar mandinya sendiri, jadi Jeslyn tidak perlu keluar dengan penampilan acak-acakan yang menunjukkan betapa kacaunya dia.   Lalu saat melewati cermin yang secara langsung memperlihatkan bagaimana tubuh polosnya kini, sekali lagi Jeslyn tersenyum miris dengan hati teriris, baru dua hari dirinya menjadi istri Kern, dan rasanya Kern sudah berhasil menghancurkannya, sangat pelan dan menyakitkan. Seperti yang pria itu katakan.   Jeslyn keluar kamar saat berhasil menutupi wajah pucatnya, dirinya langsung menuju dapur yang letaknya tidak jauh dari kamarnya, ada Christy dan Gwen yang sepertinya sedang menyiapkan makan malam.   “Sebenarnya apa yang terjadi antara mereka, Christy? Untuk apa Kern masuk ke kamar Jeslyn sedangkan Jeslyn adalah maid, sama seperti kita.” Pembicaraan Gwen dan Christy membuat Jeslyn yang mendengarnya meringis, jadi semua maid di rumah pria itu sudah tau jika Kern masuk ke kamarnya untuk waktu yang cukup lama.   “Hai,” sapa Jeslyn dengan canggung, membuat Christy dan Gwen langsung membalikkan badannya dan tersenyum canggung pada Jeslyn. “Jangan tegang seperti itu, sepertinya cerita kalian menarik, boleh bergabung?” tanya Jeslyn tersenyum, membuat Gwen sekali lagi terpesona dengan senyum wanita itu.   “Je, kenapa saat tersenyum kau berkali-kali lipat menjadi lebih cantik? Sangat cantik hingga aku yang seorang perempuan pun terpesona,” ujar Gwen membuat Jeslyn dan Christy terkekeh pelan, Christy yang sudah hapal dengan sifat blak-blakan Gwen langsung memukul pelan lengan wanita itu.   “Ah, begitukah? Aku akan selalu tersenyum untukmu mulai sekarang, Gwen. Agar kau jatuh cinta padaku.” Jeslyn mengedipkan matanya pada Gwen, membuat wanita itu tersipu dan mengerucutkan bibirnya saat menyadari jika Jeslyn menggodanya. “Jadi apa tugasku malam ini?” tanya Jeslyn lalu turun dari kursi bar dan menghampiri Christy dan Gwen yang sibuk membuat sesuatu.   “Ah, kenapa aku tidak rela kuku-kuku indahmu menyentuh semua ini? Duduk saja, biar aku dan Christy yang menyelesaikannya.” Gwen protes, membuat Jeslyn mengernyit lalu detik berikutnya terkekeh.   “Ya Tuhan, Gwen. Jika aku tidak bekerja aku akan makan apa? Lalu jika aku dipecat bagaimana? Kau sanggup bertanggung jawab untuk hidupku?” Jeslyn mendecak, lalu mengambil paprika dan pisau dari tangan Gwen. “Aku akan memotongnya. Kau tenang saja, aku tidak akan membuat dapur terbakar, aku cukup mahir dalam urusan memasak. Jangan meremehkanku Nona Gwen.” Jeslyn mengedipkan matanya pada Gwen membuat Christy yang melihat wajah tidak rela Gwen hanya bisa terkekeh, lalu menepuk bahu gadis itu untuk kembali melanjutkan pekerjaan mereka.   “Christy,” panggil Jeslyn membuat Christy yang baru saja mengambil daging dari kulkas menoleh. “Malam ini biar aku yang memasak untuk Kern, bagaimana?” ucapan Jeslyn yang penuh harap dengan raut berbinar membuat Christy akhirnya mengangguk.   “Kau yakin, Je? Kern sangat pemilih dengan makanan, seumur hidupnya jika makan di rumah dia hanya mau makan masakan Christy dan ibunya, bahkan restoran pun hanya sedikit yang masuk dalam kategori seleranya.” Gwen mengerutkan keningnya dan menatap Jeslyn dengan tatapan menelisik, membuat Jeslyn tertawa dan mengangguk.   “Kita lihat saja, paling jika dia tidak cocok dengan masakanku, piring-piring di meja makan akan menjadi korbannya. Kan sudah kukatakan tadi, aku cukup ahli dalam memasak, jangan meremehkan kemampuanku Gwen,” Jeslyn lalu kembali melanjutkan pekerjaannya, pun dengan Gwen dan Christy, Christy menanyakan pada Jeslyn apa yang ingin dibuat wanita itu untuk makan malam kali ini, Gwen dan Christy hanya membantu mempersiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan.   “Chris, bukankah kau mengatakan jika kau sudah lama bekerja di keluarga Aldene? Bahkan sejak Kern balita.”   “Ya, ada apa?”   “Bisa kau ceritakan bagaimana Kern? Aku sedikit penasaran tentangnya,” ujar Jeslyn membuat Christy tersenyum dan menatap Jeslyn dengan tatapan bahagianya.   “Dia sangat lembut, penyayang dan peduli pada orang-orang di sekitarnya, apalagi yang dicintainya.” Satu kalimat dari Christy membuat Jeslyn meringis, kenapa apa yang diungkapkan Christy sangat berbeda jauh dari yang selama ini ia rasakan.   “Iya, itu benar, Je. Aku bahkan selalu bermimpi bisa mendapatkan kekasih seperti Kern. Ya Tuhan. Jika diibaratkan dia adalah paket sempurna untuk masa depan. Apalagi sejak menjalin hubungan dengan Audrey, dia benar-benar sangat manis dan memperlakukan Audrey dengan begitu sempurna, menjadikan Audrey perempuan paling beruntung di dunia.” Gwen menimpali ucapan Christy dan bercerita pada Jeslyn dengan begitu antusias.   “Benarkah?” Jeslyn mengernyitkan kening, seolah ucapan Gwen adalah hal mustahil, Kern yang ia tau adalah titisan iblis yang mungkin tidak tau cara tersenyum.   “Iya. Kern tidak pernah berbicara dengan nada tinggi kepada perempuan, apalagi perempuan-perempuan yang dicintainya. Sejak menjalin hubungan dengan Audrey, mereka tinggal bersama di rumah ini, dan kau tau? Kami semua, maid wanita selalu iri kepada tuan putri itu, Kern memang tidak memperlihatkan bagaimana romantisnya dia pada Audrey, namun dari tatapannya, ucapannya, dan perlakuannya pada Audrey kami selalu dibuat iri. Sayang, hubungan mereka tidak berjalan mulus, Audrey justru harus meninggal saat hari pernikahan mereka. Dan sejak saat itu aku seolah tidak lagi mengenali Kern.” Dan sekali lagi ucapan Gwen membuat Jeslyn meringis, tatapan berbinar Gwen kini berubah menjadi sendu.   “Pria itu sangat berubah, tidak ada lagi nada lembut dalam ucapannya, tidak ada lagi tatapan bersahabat dengan kami, dan rumah ini terasa mencekam karena aura yang dibawa oleh pria itu. Aku benar-benar sedih dengan keadaan ini. Padahal dulu setiap pagi Kern pasti akan selalu menyapa kami dan tersenyum begitu manis.” Christy kembali berbicara dengan nada sedihnya, membuat Jeslyn hanya bisa menahan sesak dalam hati, mengetahui jika Kern dulunya adalah pria idola yang sangat baik dan penuh kelembutan, tapi karena dirinya pria itu berubah menjadi iblis yang penuh dengan dendam.   “Lalu bagaimana menurut kalian sekarang?” tanya Jeslyn lagi ingin mengetahui lebih jauh pendapat mereka tentang Kern.   “Kau pernah mendengar jika orang yang paling baik bisa berubah menjadi paling jahat jika ada sesuatu yang mengusiknya?” tanya Christy membuat Jeslyn mengangguk. “Dulu kudengar pernah ada seseorang saingan bisnisnya yang pernah mencelakai Audrey hingga membuat wanita itu masuk rumah sakit, aku lupa berapa lama Audrey dirawat, dan Kern langsung berubah, pria itu menjadi menakutkan seperti sekarang, wajahnya penuh dengan kebencian dan kemurkaan, ya seperti itu jika seseorang sudah mengganggunya, Kern akan menjadi seseorang yang sangat berbeda dan sangat menakutkan.” Ucapan Christy membuat Jeslyn meringis.   ‘Dan aku yang membuat wanitanya meninggal juga ibunya koma, jadi sudah bisa kau pastikan sendiri kan, Je, bagaimana pria itu akan membunuhmu.’ Jeslyn menggumam dalam hati dengan hati yang kembali berdenyut nyeri, wanita itu menyugar rambutnya dan menghembuskan napasnya lelah, tidak mungkin dirinya bisa membuat Kern jatuh cinta sedangkan tatapan pria itu untuknya penuh oleh dendam, dendam untuk membuatnya mati pelan-pelan dengan sangat menyakitkan.   “Benar, aku dulu tidak sengaja mendengar juga gosip dari para maid di sini, saingan bisnis yang mencelakai Audrey jika tidak salah bernama Wallice, kudengar Kern berhasil membalasnya dengan telak, membuat perusahaan itu diambang kehancuran juga membuat salah satu keluarga pria itu sekarat.” Perkataan Gwen membuat Jeslyn menelan ludahnya susah payah saat mendengar nama Wallice, dia memang ingat saat usianya sekitar tujuh belas tahun, perusahaan ayahnya diambang kebangkrutan dan ia juga mendapati Lauren sekarat di rumahnya karena percobaan aksi bunuh diri.   Saat mendengar ungkapan Gwen, dirinya kembali berpikir, jika mungkin saja ibunya bukan mencoba bunuh diri, melainkan dibuat seperti bunuh diri. Jeslyn sangat tau Lauren, wanita itu sangat ambisus dalam hidupnya. Dia sangat menyayangi hidupnya dan akan melakukan apapun untuk meraih ambisinya. Jadi sangat tidak mungkin jika Lauren memilih bunuh diri. Jika alasannya karena ayahnya yang mungkin sebentar lagi akan bangkrut, tentu saja Lauren pasti lebih memilih meninggalkan Peter dari pada bunuh diri.   “Kupikir Kern adalah orang yang akan membalaskan setimpal apa yang ia dapatkan, ibarat kata, jika dirinya mendapat satu tangan maka dia akan membayar si pemberi dengan dua tangan, namun jika seseorang mengambil satu tangannya, maka dia akan mengambil kaki dan tangan orang yang berani macam-macam dengannya itu.” Sekali lagi ucapan Gwen membuat Jeslyn bergidig, sudah dapat dipastikan jika Kern benar-benar akan menghancurkannya mengingat dirinya yang membuat kekacauan terbesar dalam hidup pria itu, membuat Audrey meninggal dan membuat Rhea koma.   ‘Jadi apa yang akan kau lakukan setelah mendengar semua ini, Jeslyn? Ini adalah hal paling bodoh yang kau putuskan dalam hidupmu. Kau mengambil keputusan ini bukan hanya karena ingin melindungi Rhea saja kan? Tapi karena hatimu yang sudah lama jatuh cinta pada Kern Aldene juga menginginkannya. Kau mengambil kesempatan ini untuk bisa lebih dekat dengan orang yang kau cintai tanpa kau tau justru kau menyerahkan hidupmu padanya.’   Hatinya kembali berkonfrontasi, membuat Jeslyn menghembuskan napasnya panjang. Sungguh, dirinya tidak pernah berpikir jika semuanya akan menjadi kacau seperti ini. Dirinya hanya mencoba membuat semuanya baik-baik saja. Saat mendengar tawaran Peter dengan ancaman nyawa Rhea, Jeslyn tanpa pikir panjang langsung mengiyakan, karena baginya yang terpenting adalah Rhea, wanita itu adalah hidupnya, bidadari penyelamatnya dan Jeslyn akan melakukan apa saja. Namun, nyatanya saat ia menyanggupi ancaman ayahnya dirinya juga mendapat hal menyakitkan itu. Rhea tetap celaka bahkan kini diambang kematian, lalu dirinya berakhir menjadi sasaran balas dendam pria itu hingga kematian menjemputnya. Hidupnya benar-benar akan berakhir di tangan Kern dengan menyedihkan.   ‘Sejak kapan kau penuh dengan keputus asaan seperti ini, Jeslyn? Bukankah kau orang yang selalu bersemangat untuk mengubah sesuatu yang tidak mungkin. Kau lupa dengan apa yang diajarkan oleh Rhea? Hal yang tidak mungkin itu masih bisa berubah menjadi mungkin jika kau mau berusaha dengan keras. Rasa benci Kern mungkin bisa berubah tergantung bagaimana sikapmu mengimbangi permainannya.  Bagaimana bisa kau menyerah sebelum memulai? Kau yakin membiarkan dirimu hancur oleh Kern hingga mati? Oh, ini sangat-sangat bukan Jeslyn-ku.’   Hatinya kembali bermonolog, membuat Jeslym meringis, membuat secercah harapan itu kembali muncul.   ‘Ya Jeslyn. Hal seperti ini sudah sering kau alami dalam hidupmu kan? Luka yang bisa kau ubah menjadi tawa, sejak dulu kau selalu mengalaminya, kau berhasil melewati setiap hal menyakitkan dalam hidupmu, jadi apa susahnya mencoba hal ini untuk sekali lagi?  Happy ending is mine. Itu motto hidupmu kan Jeslyn? Jadi bagaimana bisa kau berputus asa seperti ini?.’ Jeslyn menggumam dalam hati lalu mengangguk dengan senyum tipisnya, meyakini jika banyak hal yang bisa ia lakukan untuk membuat Kern berubah dan mencari fakta-fakta tentang kecelakaan itu. Jeslyn tidak akan menyerah hingga kematian yang menjemputnya.   “Je,” panggil Gwen menepuk bahu Jeslyn yang sejak tadi terlihat melamun, Jeslyn langsung terkesiap dan tersenyum kikuk pada Gwen juga Christy.   “Ya?”   “Ck, kau melamun? Apa yang kau pikirkan?”   “Bukan apa-apa, ah sebaiknya biar aku yang melanjutkan ini, kalian bisa memasak untuk maid yang lain. Biar Kern aku yang mengurus.” 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN