Raka berdiri terpaku di depan butik Shaka, dengan tatapan yang menembus dinding kaca. Hatinya bergejolak melihat Serena dan Shaka yang tampak akrab di dalam. Ia selalu tahu bahwa ada sesuatu yang berbeda dalam cara Serena tersenyum pada Shaka, sesuatu yang tidak pernah ia lihat ketika Serena bersamanya.
Matahari senja memancar lembut, menciptakan bayangan panjang di trotoar. Raka merasakan angin sore yang sejuk, namun tidak mampu mendinginkan hatinya yang terbakar oleh rasa cemburu. Setiap tawa Serena yang terdengar dari dalam butik seperti mengiris hatinya perlahan, membuat luka yang tak kasat mata.
"Kenapa harus dia?" bisik Raka pada dirinya sendiri, suaranya hampir tenggelam oleh bising kota. Kedekatan mereka terasa seperti duri yang menancap di hati, semakin dalam seiring berjalanny
