Ara melepas pelukan suaminya, perempuan itu bergegas menuju kamarnya untuk berganti pakaian. Bak anak itik yang takut kehilangan induknya, Farel mengikuti langkah istrinya. Sepanjang jalan, Farel terus menggerutu. Dia yang sudah panik sampai wajahnya memerah, tapi istrinya tampak biasa saja.
Ara menggigil kedinginan karena kelamaan berendam. Dalam hati ia merutuki kebodohannya yang sampai ketiduran. Kalau suaminya tidak datang, sudah pasti dia tidak akan tertolong. Ara mengambil kaos dan celana pendek. Memakainya di depan suaminya tanpa rasa malu.
“Kamu ngapain ngikuti aku? Cepat ke dapur, cup cakenya sudah siap,” ucap Ara ketika sudah berpakaiaan. Ara melihat wajah suaminya yang menyiratkan rasa panik, sedikit terharu saat tau kenyataan suaminya takut kehilangannya.
“Aku mau sama kamu,” jawab Farel memegang tangan istrinya.
“Aku mau sisiran dulu.” Ara menuju meja riasnya, mengambil sisir untuk menyisir rambutnya yang basah karena berendam.
Dengan cekatan Farel mengambil hairdryer, memaksa istrinya untuk duduk. Farel mengeringkan rambut istrinya dengan telaten. Pria itu berusaha menormalkan detak jantungnya agar tidak terlalu menyiksa. Bayangan Ara ketiduran di kamar mandi tadi membuat d**a Farel terhimpit sesak.
“Jangan kenceng-kenceng pegang rambutnya!” ketus Ara ketika suaminya terlalu kuat menarik rambutnya.
“Maaf, ini lebih kalem,” jawab Farel.
Lebih baik Farel menghadapi kemarahan istrinya daripada kepergian istrinya. Farel sangat menyayangi Ara dan ingin melindungi gadis itu.
“Kamu kenapa tadi bisa tidur di kamar mandi? Kamu mencoba bunuh diri, ya?” tanya Farel. Farel belum jenak kalau belum tau jelas alasan istrinya sampai ketiduran. Kalau alasannya Ara ingin bunuh diri, Farel akan menghancurkan bathupnya agar tidak dipakai istrinya lagi.
“Aku ngantuk,” jawab Ara cuek. Farel menghembuskan napasnya lega.
“Kamu ngapain aja seharian di rumah sampai kecapean dan ngantuk?” tanya Farel kalem. Namun sayang, pertanyaannya diartikan salah oleh istrinya.
Ara mengartikan ucapan suaminya sebagai ‘Gak ngapa-ngapain saja Lelah sampai ketiduran’.
“Aku gak ngapa-ngapain. Emang gak boleh kalau diam aja aku capek?” sewot Ara. Farel tergelak, saat marah istrinya sangat cantik.
“Mau kamu diam aja, mau kamu koprol-koprol di lantai, aku tidak akan marah kok. Asal kamu gak ninggalin aku,” ucap Farel memeluk tubuh istrinya dari belakang.
Farel meletakkan kepalanya di lekukan leher istrinya, mencium aroma segar yang selalu dia sukai. Istrinya pandai merawat diri, tapi soal berpakaian terkadang kurang modis. Maklum, istrinya selalu di rumah, tidak pernah keluar untuk keperluan macam-macam. Seharian di rumah hanya memakai celana pendek dan kaos, kalau tidak begitu istrinya hanya memakai daster.
“Kamu katanya mau cup cake? Makan sana!” ujar Ara.
“Temenin yuk!” Farel manarik tangan istrinya untuk menuju dapur. Saat sampai dapur, Ara menampilkan wajah super garangnya ketika melihat beberapa peliharaan suaminya ada di sana.
“Farel, ngapain kucing-kucingmu ada di dapurku?” teriak Ara menggelegar. Buru-buru Farel mengamankan kucing-kucing bontotnya. Ara memang tidak pernah melukai kucingnya, tapi kasihan juga mereka kalau mendapat amukan dari Ara.
“Hasying … hasying …. “ Ara menutup hidungnya saat hidungnya terasa gatal sampai bersin-bersin. Bulu kucing yang lebat membuatnya merinding.
“Ara, jangan lebay deh. Ini aku amankan kucingnya,” ucap Farel membawa satu persatu kucingnya ke halaman belakang.
“Kamu sudah sebulan di sini, masih aja alergi sama kucing,” ucap Farel lagi setelah kembali dari kandang. Saat Farel akan mendekati istrinya, Ara beringsut menjauh.
“Cuci tangan dulu … hasying ….”
Farel cuci tangan, walau dalam hati dia masih dongkol sama istrinya. Farel tidak suka saat Ara melihatkan kemarahannya pada kucing-kucing kesayangannya.
Ara juga mendumel dalam hati, kenapa Farel baru mempermasalahkan dirinya yang lebay? Bukankah pria itu juga tau kalau dia lebay sejak dulu. Rasanya Ara ingin menghajar Farel saat ini juga.
“Setelah ini aku mau beli sereal kucing, kamu mau ikut enggak?” tanya Farel sambil mencomot cup cake yang dibuat istrinya. Ara menggelengkan kepalanya.
“Sambil jalan-jalan gak mau?” tanya Farel lagi. Farel sangat berharap istrinya akan menjawab iya, tapi sepertinya itu hanya harapan.
Farel ingin menjalan kehidupan rumah tangga yang bahagia di dalam mau pun di luar rumah. Kencan, makan malam, nonton di bioskop dan lain-lain. Namun, istrinya tidak akan pernah mau diajak keluar.
“Kamu tunggu di sini gak apa-apa? Aku agak lama,” pancing Farel.
“Gak apa-apa, Rel. Kamu pergi aja Sana!”
“Terus kamu ngapain di rumah?”
“Ya kayak biasanya. Memangnya apa yang bisa perempuan lebay lakukan?” sarkas Ara.
“Ara, aku gak maksud ngatain kamu lebay, Maaf.” Farel memegang tangan istrinya untuk dia cium.
“Jangan terus mengucapkan kata maaf, aku bosan,” kata Ara cemberut.
“Kamu maunya apa sekarang?”
“Ya cepat pergi sana. Nanti keburu malam. Kasihan kucing-kucingmu yang kelaparan,” ucap Ara.
“Kamu mau dibawakan apa?”
“Gak usah. Aku kenyang.”
Farel menghembuskan napasnya, dia pasrah. Laki-laki itu mengambil jaket dan kunci motornya untuk pergi ke supermarket terderkat. Sebelum pergi, dering hp Farel berbunyi. Ia merogoh hp yang ada di sakunya. HRD rumah sakit lah yang menelpon. Sebelum sempat mengangkatnya, panggilan itu sudah terputus. Satu pesan disertai gambar masuk ke aplikasi chat onlinnya.
HRD : Dok, ada calon dokter baru yang memberikan surat lamaran pekerjaan, saya sudah memeriksanya dan akan meneruskan pada Anda.
Farel meneliti foto yang dikirim, dia kenal calon dokter baru itu, dia Aleta. Aleta gadis mandiri yang dulu teman satu kampusnya. Farel tersenyum melihat foto gadis itu, ia pikir kalau Aleta akan meneruskan sekolah di luar negeri, tapi ternyata gadis itu malah melamar kerja di rumah sakitnya.
“Rel, gak jadi beli sereal?” tanya Ara yang bingung melihat suaminya malah berdiri di depan teras. Farel melihat wajah Ara dan wajah Aleta dalam foto bergantian. Sedetik kemudian Farel mematikan hp nya, merangkul pinggang istrinya dan mengajaknya masuk ke dalam.
“Gak jadi, mendingan aku sama istri cantikku. Berduaan main ehem-eheman,” ucap Farel menutup pintu.
“Terus kucingnya gimana?”
“Nanti aku belikan lewat online. Saat ini, cium aku!” titah Farel. Ara bingung dengan kelakuan suaminya, tapi perempuan itu tetap saja menciumnya.
Farel harus meyakinkan dirinya sendiri, kalau tidak ada yang lebih menarik dari pada istrinya. Istrinya yang paling cantik dan istrinya yang paling dia sayangi. Papanya selalu berpesan, jadi laki-laki harus setia dan tidak boleh gampang tertarik dengan wanita lain.