Sandra bersidekap melihat sahabatnya itu pagi-pagi sudah datang ke rumahnya dan mengatakan akan resign dari Derson Grup. Hal gila apa yang sebenarnya sudah terjadi pada Bunga sehingga sahabatnya itu melepaskan kesempatan emas yang dia miliki.
"Loe kenapa sih? Pagi datang bilang numpang tinggal sementara waktu karena loe resign dari Derson Group. Itu loe kesambet apa sampe nyia-nyiain kesempatan bagus yang loe punya." Bunga hanya diam memeluk bantal dikamar tamu yang sekarang menjadi kamarnya sementara.
Tak lama kemudian bel rumah Sandra berbunyi membuat wanita itu dengan berat hati meninggalkan Bunga yang masih memasang wajah masam.
Orang didepan pintu Sandra adalah seorang Pria yang sepertinya sering dilihat Sandra. Lalu tak lama kemudian wanita paruh baya yang anggun keluar dari dalam mobil seraya tersenyum lembut pada Sandra.
"Selamat pagi. Bisa saya bertemu dan berbicara dengan Bunga?" Sandra menaikkan sebelah alisnya. Ada apa Bunga sampai dicari wanita yang sangat terlihat high class ini pikirnya.
"Maafkan saya tapi anda siapa Nyonya?"
"Oh maafkan aku. Aku Laire Derson." Sandra hampir membuka lebar mulutnya namun dia tahan. Dengan sangat kaku dia mempersilahkan Laire dan Pria yang tersenyum padanya itu. Dan sekarang Sandra tahu kalau Pria itu adalah Alfa sepupu dari Afrain yang sering menghiasi majalah bisnis.
"Silahkan duduk saya akan panggilkan Bunga." Sandra segera memanggil Bunga dikamar tamu.
"Bunga, loe ada masalah apa sampai Mrs.Derson datang kesini buat nyari loe." Bunga menarik napas lelah. Dia tidak menjawab pertanyaan Sandra dan langsung saja menuju ruang tamu.
Disana sudah duduk Pria tampan yang menatapnya dari atas hingga kebawah. Namun wanita yang terlihat anggun itu tidak melakukan hal yang sama. Dia lebih fokus melihat ekspresi wajah Bunga serta memperlihatkan senyuman.
"Apa kamu Bunga?" tanya Laire dan Bunga mengangguk lalu duduk dihadapan Laire. Sementara Sandra mencoba menguping dibalik sekat ruang tamunya.
"Perkenalkan saya Laire, saya Mommy-nya Afrain. Kamu tentu kenal anak nakal itu bukan." Bunga jelas saja mengenal pria menjengkelkan itu. "Saya datang kesini karena ingin meminta maaf atas perbuatan anak saya kepada kamu. Dia pikir semua wanita bisa mudah dia dapatkan sehingga dia seenaknya saja dengan kamu. Tapi tenang saja, saya mendukung apa yang kamu lakukan terhadap Afrain. Dia sesekali perlu diajari menghormati wanita." Bunga terpana dengan anggun dan bijaknya Laire, tidak seperti anaknya yang malas dijabarkan Bunga.
"Maaf Mrs.Derson saya tidak bermaksud lancang. Hanya saja Sir Afrain sangat tidak sopan. Saya bahkan baru mengenalnya dan dia__," kalimat Bunga tertahan karena tawa Alfa. Namun pria itu langsung terdiam saat Laire menatapnya.
"Baiklah Bunga, saya pamit dulu. Senang bisa melihat wanita yang berani melaporkan Afrain ke polisi." Laire tersenyum lalu memeluk tubuh Bunga tanpa wanita itu duga.
"Saya harap bisa bertemu kamu kembali." Alfa hanya tersenyum lalu berlalu dengan Sandra yang baru saja tiba ingin menawarkan minuman.
****
Malam pun tiba dan dua wanita yang masih betah bercerita itu tidak beranjak sama sekali dari tempat mereka.
"Ya ampun gue gak habis pikir loe bisa nelpon polisi buat ngusir seorang Afrain Derson." Sandra tertawa kencang sementara raut wajah Bunga lalu berubah.
"Apa dia udah keluar ya?" Sandra ikut berpikir. "Kayanya belom. Loe masa gak nangkap apa yang nyokap dia bilang." Bunga baru paham dan dia buru-buru mengambil mantel musim dingin serta syal nya. "Loe mau kemana? Udah malam loh Nga."
"Gue mau ke kantor polisi di dekat apartement itu. Gue gak enak kalau dia masih dipenjara disana. Karna tadi ada nomor yang nelpon gue tapi gak gue angkat." Bunga berlalu setelah menjelaskan pada Sandra. Dia langsung keluar rumah dan langsung menemukan tube yang bisa dia gunakan menuju kantor polisi.
Benar dugaan Bunga, dia menemukan Afrain terduduk di lantai jeruji besi itu. Bunga menghela napas kasar melihat pemandangan yang tidak enak itu.
"Kenapa pria ini tidak menggunakan nama besar atau uang yang dia miliki untuk keluar dari sana." Gerutu Bunga dalam hati.
Bunga berjalan menuju petugas yang berjaga. Dia mengurus semuanya agar Afrain bisa keluar.
Saat keluar dari balik jeruji Afrain tersenyum melihat Bunga disana berdiri dengan wajah kesal melihat Afrain.
"Thanks my lady." Bunga langsung berlalu meninggalkan Afrain yang mengejarnya lalu menarik tangan Bunga untuk berhenti.
"Bunga maaf." Bunga berhenti menarik tangannya. Suara Afrain terdengar mampu menembus rasa dingin dihati Bunga. Begitu hangat dan dia merasa gemetar saat Afrain mendekat. "Stop ! Cukup disana saja, jangan mendekat." Bunga memperingati Afrain yang dengan mudah dituruti.
Afrain menghela napasnya membuat Bunga ingin tersenyum. "Senyum saja, tidak usah ditahan." Bunga berubah memasang wajah galaknya.
"Bunga bisa kita jalan sebentar?" Bunga menggelengkan kepalanya.
"Kalau begitu saya antar kamu pulang?" Bunga menggelengkan lagi kepalanya.
"Bagaimana jika saya telpon kamu nanti?" Bunga masih menggelengkan kepalanya membuat Afrain gemas. Dia dengan langkah panjang berada tepat di depan wajah Bunga.
"Kalau begitu biarkan saya mencium bibir yang bungkam ini." Bunga belum sempat bereaksi namun Afrain lebih cepat darinya. Ditahannya tengkuk Bunga dan mencium bibir yang sangat menggemaskan bagi Afrain. Satu-satunya wanita yang menolak dekat dengan dia. Wanita yang sudah berhasil memasukkannya kedalam jeruji besi.
Sementara Afrain menikmati moment indah yang dia lakukan kepada Bunga. Bunga malah masih melebarkan mata karena Afrain mengingatkannya akan sesuatu.
Adam
Pria yang membuat Bunga terpaksa melupakan cintanya. Melupakan mimpi indah besar dan angan yang ia miliki.
Afrain menyadari tidak ada pergerakan dari Bunga lalu dia melepaskan bibir manis milik Bunga. Menatap cairan bening yang keluar dari kelopak mata indah itu.
Bunga yang tahu Afrain menatapnya langsung mendorong tubuh Afrain menjauh lalu ia berlari. Afrain ingin mengejar namun Bunga sudah lebih dulu masuk kedalam tube meninggalkan Afrain yang heran disana.
Kenapa dia menangis ?
Apa aku menyakitinya ?
Pertanyaan itu berputar dikepala Afrain. Dia mengambil ponselnya untuk menelpon supir, sembari mengusap jejak bibir manis Bunga yang dia dapatkan.
Afrain sepertinya begitu bahagia, hingga dia merasakan dia terobsesi dengan Bunga.
Ya . Dia benar-benar ingin mendapatkan Bunga.
Tbc ???
Up pembukaan malam di taun baru nih.. kalian kangen Bunga dan Afrain gak ?