Bunga menata berbagai macam kue yang dia buat di etalase tokonya yang begitu sederhana itu. Bunga memang memilih membuka toko kue pinggir kota. Toko itu langsung terhubung kerumahnya, jadi dia membuat teras samping rumahnya itu sebagai toko nya. Tidak hanya menjual kue, tapi juga Bunga menjual beberapa bunga.
Tokonya sangat terlihat manis dan simple. Bunga menata semuanya sendiri dan membeli semua barang yang dia butuhkan sendiri juga.
Hari sudah mulai sore dan seorang wanita tetangga Bunga mendatangi toko kuenya.
"Hello Bunga."
"Oh hai Jes,"
"Apa cake pesananku sudah selesai."
"Ah...kau tepat sekali, aku baru mengemasnya kedalam kotak." Bunga mengambil kotak kue pesanan Jessi tetangganya itu.
"Ah aku sangat bahagia akhirnya ada yang menjual cake disekitar sini." Bunga tersenyum hangat lalu dia menerima beberapa Pound dari Jessi.
"Oh thank you so much Jes."
Jessi melambaikan tangannya langsung pergi meninggalkan Bunga yang juga ikut menutup toko kuenya. Dia harus berbelanja bahan kue untuk pesanan lainnya besok.
*****
Afrain duduk di sebuah kursi didalam Bar miliknya, dia bersama Alfa dan juga Azka. Dua pria itu terpaksa menemani Afrain karena takut kalau Afrain akan melakukan hal konyol. Tapi ternyata tidak , Afrain masih baik-baik saja. Dia tertawa melihat tingkah konyol para manusia yang ada disana.
"Kalian kenapa membuntuti ku ? Apa karena Mama ku ?" Azka menggelengkan kepalanya.
"Kau tahu kami sangat tahu kalau kau sangat frustasi saat ini." Afrain menggelengkan kepalanya tidak terima.
"Aku sama sekali tidak seperti yang kalian pikirkan."
Alfa dan Azka tidak berkomentar dan Alfa pamit untuk mengangkat telpon dari istrinya.
"Kalian pulanglah, aku baik-baik saja. Aku belum pada tahap sekarat mencintainya. Tapi entah nanti saat kami bertemu lagi."
"Kau tahu dimana dia sekarang ?"
Afrain menggeleng mendengar pertanyaan Azka itu.
"Aku tidak ingin menambah luka dalam hidupnya. Jika memang aku dan Bunga ditakdirkan bersama, aku yakin Tuhan akan mempertemukan kami lagi."
"Kau sangat terdengar puitis tahu ? Dan apa maksudnya luka dalam hidupnya ?" Azka tidak mengerti makud Afrain.
"Aku mencari tahu tentang Bunga dan yang aku dapatkan adalah, dia pernah gagal menikah dengan kekasihnya karena wanita lain."
"Wanita yang malang," jawab Azka prihatin.
Alfa datang mengajak Azka untuk pergi karena istrinya sudah mengamuk dirumah mendengar dia berada di sebuah Bar.
"Hem...kalian kembalillah pada istri masing-masing. Aku masih ingin menikmati malam ini sendiri." Afrain tertawa mengejek lalu perlahan senyumnya pudar.
Dia memikirkan betapa malangnya nasib Bunga. Dia tidak menyangka kalau wanita cantik dan sebaik Bunga mengalami hal yang sangat tidak mengenakkan seperti itu. Ditambah kalau kekasihnya adalah Bos-nya sendiri, pasti itu yang membuat Bunga tidak ingin dekat-dekat dengannya.
Afrain memainkan ponselnya sejenak lalu melihat sebuah foto Bunga disana, dia menekan tombol hapus untuk menghilangkan semua memori tentang Bunga dalam hidupnya.
Dia tahu kalau dia adalah pria b******k dan Bunga tidak pantas dia dapatkan. Dia sudah tahu semua masa lalu yang Bunga jalani, dan dia tidak berhak mengacaukan hidup Bunga lagi.
Kecuali jika nanti takdir mempertemukan mereka lagi, maka Afrain akan benar-benar menjadikan Bunga sebagai istrinya tanpa perlu status pacar ataupun sebutan sebagai kekasihnya.
****
Pagi yang sejuk membuat Bunga merapatkan selimutnya. Setiap harinya dia berada di Inggris dia masih saja tetap kedinginan, dan sialnya musim dingin akan menyapa di daerah itu.
Bunga menyerah ! Dia tidak bisa melanjutkan tidurnya lagi. Dia lalu bergegas menuju pantry untuk membuat sarapan bagi dirinya sendiri.
Pagi yang dingin membuat sebuah kebiasaan Bunga dia lakukan, yaitu mie instan. Ya, Bunga akan memasak mie rebus ditambah telur mata sapi dan bawang goreng, oh jangan lupakan saus ekstra pedas yang sudah dia pesan pada Sandra.
Dengan cepat Bunga menyiapkan semua makanannya. Lalu mengambil mangkuk mie itu, melahapnya sembari membuka ponsel.
Mata Bunga terpaku pada sebuah icon sosial media yang sudah sangat lama dia tidak buka semenjak dia pergi dari Indonesia.
Lama Bunga menimbang hingga dengan sendirinya jari Bunga membuka aplikasi itu.
Dia menahan napas dan mulutnya berhenti mengunyah.
Matanya fokus memandang sebuah foto bahagia. Sedikit ujung bibirnya tertarik, dia benar-benar iri namun juga bahagia.
Dia iri karena dia masih tetap berada pada titik dimana hatinya belum bisa terbuka untuk orang lain.
Dan dia bahagia, karena akhirnya Adam bisa menerima kehadiran Sofia. Meski Bunga tahu, hal itu tidaklah sulit karena Sofia adalah wanita yang baik.
Perut buncit Sofia membuat Bunga akhirnya tersenyum lebar. "Semoga kalian selalu bahagia," ucapnya tulus lalu menutup akunnya dan melanjutkan makan.
Dua bungkus mie instan dan telur menjadi sarapan yang sempurna bagi Bunga, dan wanita itu siap melakukan aktifitasnya.
****
Bunga sedang menata bunga mawar putih dan beberapa tangkai bunga lili untuk dijadikan sebuah buket. Ini adalah pesanan seorang pria lokal yang singgah di tokonya pagi ini.
Pria itu juga memesan satu kue ulang tahun berbentuk hati untuk kekasihnya.
Sungguh sangat romantis, pikir Bunga.
Saat dia tersenyum sendiri memikirkan pelanggannya, bel pintu kedai kue pun berbunyi.
"Selamat datang di Flowers Cake," ucap Bunga ramah dan dengan senyuman terbaik miliknya.
Tapi sepertinya dia mengenal wanita yang baru saja masuk kedalam tokonya ini. Begitupun wanita itu.
"Ah kau adalah___," ucap Bunga tertahan dan wanita itu tersenyum anggun.
"Aku Azura, beruntung kau masih mengingatku." Azura tersenyum ramah dengan wajah yang sangat cantik menurut Bunga.
"Tidak usah kaku padaku, aku hanya mampir karena ingin memberi kejutan untuk kekasihku. Kebetulan dia ada pekerjaan disekitar sini, dan aku melihat toko kue mu." Jelas Azura membuat Bunga mengerti.
Azura tidak berlama-lama ternyata, wanita itu hanya memilih kue ulang tahun yang simple dan beberapa kue kering yang dijual Bunga.
Tiba-tiba Bunga teringat sesuatu saat Azura akan pergi.
"Azura,"
"Ya ?" jawab Azura penuh tanda tanya.
"Bisakah kau merahasiakan dari Afrain kalau aku disini." Azura terlihat berpikir dan dia mengangguk setuju.
"Sure, it's easy." Lalu Azura melanjutkan kalimatnya.
"But if you are destined, God will bring you together again. Trust me." Kalimat Azura mampu membuat bulu kuduk Bunga merinding seketika.
Azura pergi dari sana sambil tertawa kecil, dia tidak habis pikir kalau ternyata Afrain jatuh cinta pada wanita yang benar-benar tidak menyukainya sama sekali.
Sedang di toko Bunga menggelengkan kepalanya berdoa semoga apa yang Azura katakan sebagai takdir dari Tuhan tadi tidak berlaku untuk pria bernama Afrain.
Dia tidak mau ! titik .
Tbc...