Afrain mengetuk-ngetuk jemarinya diatas meja, dia tidak hentinya berpikir apa yang sebenarnya yang kurang dari dia. Mengapa wanita bernama Bunga itu sulit sekali jatuh pada pesonanya.
Bahka Afrain sudah mengungkapkan perasaannha dihadapan semua orang termasuk keluarganya.
Tanpa Afrain sadari kalau seorang pegawainya masuk kedalam ruangannya. "Sir. Sorry ini ada surat pengunduran diri dari sekertaris anda."
Devan mengumpat saat mendengar kalimat itu, dia langsung mengambil jasnya dan keluar pergi dari sana.
Afrain masuk kedalam mobil dan meminta supir mengantarkannya ke rumah sahabat Bunga itu.
Namun sebuah kejutan besar didapatkan Afrain. Disebuah cafe dekat dengan perusahaannya dia melihat Bunga bersama seorang Pria yang terlihat sangat akrab dengan wanita itu.
Bahkan sorot mata Bunga terlihat nyaman dengannya. Afrain menerka-nerka siapakah pria itu ? Apa mungkin ternyata Bunga memiliki kekasih ?
Afrain meminta supirnya berhenti, dan dia mengamati dari dalam mobil saat surai indah Bunga disentuh pria itu.
Afrain ternyata dikelabui oleh rasa onsesinya terhadap Bunga. Dia tidak menyangka wanita itu memiliki kekasih.
Dan Afrain tidak terima . Dia pergi mendekati dua manusia yang tertawa bersama itu dan langsung menghajar wajah pria yang bersama Bunga tanpa aba-aba.
"Hei what are___," sebuah pukulan kembali didapat pria itu membuat kesabarannya habis.
Bunga berteriak histeris dan berusaha menjauhkan Afrain dari tubuh sahabat lamanya.
"Pria gila ! Lepaskan dia !" Tegas Bunga sembari berteriak. Namun itu tidak berhasil membuat Bunga memukul badan Afrain dengan tasnya. Afrain yang kesal langsung menarik tangan Bunga membawanya masuk kedalam mobil.
"Lepaskan aku," teriak Bunga namun Afrain tidak mengindahkannya.
"Pergi ke apartement ku sekarang juga." Bunga membulatkan mata saat Afrain memberitahukan kemana dia akan membawanya. Dia masih terus bergerak agar Afrain melepaskan tangannya. Hingga mobil sampai di depan gedung apartement Bunga berusaha lari namun Afrain berhasil menangkapnya, membopong tubuh Bunga bagaikan karung beras menuju unit miliknya.
Setelah akses Afrain diterima, dia langsung mengunci pintu lalu membawa tubuh Bunga kekamarnya yang super luas. Dengan jendela kaca besar mengelilingi kamar itu.
Bunga terdiam saat Afrain membuka kancing kemejanya dan dia ketakutan.
"Apa yang kau lakukan?" Afrain tersenyum bagaikan iblis, dan Bunga langsung bangkit dari ranjang berusaha lari menuju pintu keluar.
Namun dia tidak bisa membuka pintu itu. Dia tidak bisa mengelak lagi saat Afrain semakin dekat dengannya.
"Kau hanya milikku, kau mengerti Bunga ? Aku akan membuat ini menjadi mudah bagimu." Afrain mendorong tubuh Bunga ke dinding dan langsung menyambar bibir itu dengan rakus. Bunga sangat terkejut mendapatkan perlakuan seperti ini.
Bunga sekuat tenaga mendorong tubuh Afrain namun Afrain malah membuat gerakan itu menjadi sensasi bagi mereka karena satu tangannya memeluk erat tubuh Bunga sementara yang satunya sudah menjelajahi tubuh Bunga.
Afrain benar-benar suka akan rasa Bunga.
Tubuh mereka jatuh diatas sofa empuk membuat Bunga benar-benar terkunci oleh Afrain.
Mata Bunga mulai berair, dia berpikir apakah Afrain akan memperkosa-nya?
Afrain teenyata tidak perduli jika Bunga tidak membalas setiap kecupannya, dia masih saja terus melakukan kegiatannya sampai merobek kemeja yang dipakai Bunga.
Melepaskan satu persatu kain yang menutupi tubuh Bunga. Dia mencium setiap jengkal tubuh itu membuat Bunga merinding.
Sampai tiba di bagian inti Bunga, Afrain sudah bersiap ingin melepaskan pakaian dalam wanita itu namun dia terhenti saat Bunga memegang bahunya.
"Please don't atau kau akan menyesali ini seumur hidupmu." Mata yang berair dan rambut berantakan membuat Afrain mendapatkan kesadarannya kembali.
Dia memeluk tubuh Bunga dengan cepat dan mengusap bahu yang bergetar akibat tangisan Bunga yang pecah.
"Sorry, Sorry." Afrain juga tidak mengerti kenapa dia sangat menginginkan Bunga.
"Aku tidak suka melihatmu dengan pria lain sedekat itu, sementara kau terus menghindar dariku."
Bunga masih menangis, lalu Afrain membawa tubuh Bunga masuk kedalam kamarnya dengan menggendong tubuh itu.
Dia memberikan selimut untuk menutupi tubuh Bunga.
"Maafkan aku Bunga." Bunga tidak menjawab dia masih mengontrol dirinya untuk tidak terlihat menyedihkan.
"Istirahatlah disini aku akan meminta orangku menyiapkan makanan dan bajumu."
"Aku ingin pulang !" ucap Bunga dan Afrain menarik napasnya berat.
"Bunga tidakkah kau melihat betapa aku berusaha mendapatkanmu?"
"Aku ingin pulang Mr.Derson."
Afrain kembali hilang kesabarannya, dia naik ke ranjang besar itu dan memegang kedua bahu Bunga. Menatap dalam manik kata yang masih terluka oleh perbuatannya tadi.
"Dengar ! Aku mencintaimu___,"
"Tapi aku tidak Mr.Derson." jawab Bunga tanpa ragu sedikitpun. "Lalu bisakah ini berakhir !?" tanya Bunga langsung tanpa membiarkan Afrain memotong perkataannya.
"Apa yang kurang dari ku Bunga?"
"Tidak ada ! Kau begitu sempurna hingga aku tidak mampu jatuh cinta pada mu Sir." Bunga ternyata tidak tahan, dia mengintat cinta masa lalunya. Seorang pria yang begitu sempurna hingga membuatnya tertahan untuk membuka hatinya pada pria manapun.
Afrain menggelengkan kepalanya tidak percaya. Dia keluar dari dalam kamar setelahnya dengan membanting pintu kamar itu.
Bunga memeluk kedua lututnya dan dia kembali menangis.
Mengingat kisah cintanya yang selalu membayangi dia. Bahkan Afrain sama menariknya seperti Adam yang dulu berusaha mendapatkannya.
Adam___pria yang membuatnya jatuh cinta hingga hampir melakukan hal gila. Adam adalah pria sempurna, mapan, tampan, pintar dan dari keluarga terpandang. Dan yang paling penting Adam mencintainya dan terus berusaha mendapatkan hati Bunga dulu.
Layaknya Afrain yang saat ini melakukan hal sama. Dan Bunga tidak sanggup untuk kembali mengulang kisah pahit percintaannya.
Bunga tidak munafik, dia berusaha untuk tidak terjerat dengan semua yang Afrain lakukan untuk membuatnya luluh. Hanya saja, saat Afrain mencoba menaklukan hatinya, dia harus membangun tembok besar dan tebal untuk membatasi hatinya. Agar Afrain tidak akan bisa menjangkaunya sedikitpun.
Dan Afrain harus menyerah. Agar semua perjalanan pahit itu tidak terulang kembali.
Dan Bunga tidak akan merasakan sakit lagi.
Sakit saat kau merelakan kekasih mu pergi demi kebaikan dua insan yang terikat.
Bunga masih menangis, sementara Afrain melihat diam-diam di depan pintu kamarnya yang sempat dia buka lagi untuk memberikan baju baru bagi Bunga.
Tapi apa yang dia lihat membuatnya semakin penasaran dengan Bunga.
Dia berbalik arah dan menelpon seseorang diruang kerjanya.
"Hallo, aku ingin semua data tentang Bunga Humaira kau berikan padaku. Termasuk seputar masa lalunya."
****
Tbc ?