“Jangan provokasi gue, Sof. Lo mungkin akan berada dalam bahaya kalau lo nggak segera turun dari pangkuan gue,” ujar Nicholas memperingatkan dengan tatapannya yang tajam. Sebenarnya Sofia merasakan debaran jantung yang tak kalah hebatnya. Entah datang dari mana keberanian untuk menggoda lelaki. Ia tak pernah melakukan hal seagresif ini sebelumnya. Sofia bereaksi secera naluriah, ia pikir, kalau malam ini tak berhasil, maka bos brengseknya itu akan berkesempatan menikmati tubuhnya lagi dan lagi. Membayangkannya saja sudah membuat Sofia bergidik. “Saya hanya melakukan tugas, sesuai interuksi Bu Anita.” Perkataan lirih Sofia membuat Nicholas memaksa gadis itu membalas kontak matanya. Mereka bersitatap tanpa kata. Sofia tercekat, seolah-olah ada kekuatan tekad panas dalam sorot Nicholas yang