“Tadi ayah nya Sienna bilang lain kali gak usah bawa cookies, bawa martabak telur sama martabak manis aja. Berarti gue boleh datang lagi dong kak? Iya kan?” Ucap Chatura, mata nya memandang Ambar dengan penuh dengan tanda tanya.
Ambar menggeser tubuh nya lalu melirik adik nya sekilas. “Oh nama nya Sienna.”
“Iya, berarti gua boleh datang lagi kan?” Tanya Chatura, lagi.
“Arti nya lo dapat restu.”
“Hah? Masa? bercanda lu ya?” Mendengar hal tersebut Chatura jadi 50:50, antara senang dan juga ragu terhadap kakak nya sendiri. Senang kalau ia betul mendapat restu dan ragu jika Ambar membohongi nya, bukan apa-apa, mereka memang sudah dewasa tetapi jika perihal bohong, Ambar juara nya, hingga saat ini Chatura bahkan belum bisa membedakan yang mana Ambar yang bercanda dan yang mana Ambar yang serius.
“Yaudah kalau gak percaya, kalau sampai bener, mobil baru yang di kasih sama papa, gua yang pakai satu bulan.” Ucap Ambar, Chatura sudah tidak fokus dengan apa yang di ucapkan kakak nya barusan. pikirannya kini sudah melayang-layang pada Sienna, apa benar keluarga gadis itu sudah memberinya restu? Kenapa cepat sekali? Apa ia terlihat se-meyakinkan itu di hadapan ayah Sienna?
Jam menunjukan pukul setengah satu dini hari, suara klakson dari luar membuat Ambar dan Chatura bergegas keluar untuk menyambut Ema dan keluarga kecil nya, sebenarnya Ambar dan Chatura hanya excited dengan Yuri, bayi berumur delapan bulan, yang berstatus sebagai keponakan pertama mereka berdua.
“Yuriiiii!” Ucap Ambar dan Chatura bersamaan ketika Ema dan suami nya sudah muncul di depan pintu beserta Yuri yang ada di dalam dekapan Ema.
“Ssstt, kalau bangun lo yang susuin ya.” Ucap Ema dengan galak, Chatura masih bergeridik ngeri, hidup selama dua puluh tahun lebih di rumah yang sedang ia pijaki saat ini tidak membuatnya berani berkata-kata jika Ema sudah bicara, Ema, si anak pertama, si pemegang kekuasaan penuh di rumah nya, si galak sekaligus yang paling bijaksana.
“Dih, galak.” Desis Chatura, sementara Ambar hanya tertawa lalu mengambil alih Yuri yang akan di tidurkan di kamar nya. Sebenarnya Chatura tidak tahu, apa yang membawa Ema dan keluarganya datang di tengah malam seperti ini, orang tua mereka baik-baik saja, tidak ada yang sakit, jadi tidak ada alasan bagi mereka untuk datang, apalagi mereka adalah orang-orang yang sibuk.
“Kak, kok tiba-tiba datang sih? Emang mama mau bikin acara apaan?” Tanya Chatura yang kini sedang duduk manis di lantai sembari membongkar oleh-oleh yang di bawakan oleh kakak nya dari bandung.
“Lah? Ambar gak cerita?” Tanya Ema, lalu Chatura menggeleng.
“Kamis, Ari datang ngelamar. Berhubung rabu nya harpitnas, yaudah cuti aja sekalian.” Ucap Ema. Chatura begitu kaget ketika mendengar kakak kedua nya, Ambar akan segera di lamar oleh Ari, pacar delapan tahun Ambar yang saat ini berprofesi sebagai seorang polisi.
“Tega lo, mau nikah gak bilang-bilang. Lo gak mau gua datang ya kak?” Ucap Chatura dengan dramatis ketika Ambar ikut duduk di sebelahnya, gadis itu menatapnya dengan tatapan acuh, kini fokus nya teralihkan dengan sebungkus basreng berwarna merah yang di bawakan Ema untuk mereka.
“Ya lo gak baca chat lo kali, dasar gila.” Balas Ambar. Dengan sigap Chatura merogoh ponsel nya, lalu mencari nama Ambar dengan stiker monyet di belakang nama nya.
“Lah iya… selamat ya, kok rasa nya sedih sih.” Ucap Chatura ketika mendapati chat Ambar yang memberitahu nya tentang rencana lamarannya lusa, Ambar dan Ema seketika menatap adik bungsu nya itu dengan tatapan jijik. Chatura masih terlalu menye-menye di hadapan mereka.
Keesokan pagi nya, Chatura bangun dengan mood yang super bagus. Mengingat hari ini ada Yuri di rumah nya membuat semangat Chatura menggebu-gebu, semenjak Yuri lahir, Chatura yang semula membenci anak kecil menjadi sangat menyukai anak kecil, Yuri tepat nya. Setelah mandi, ia bergegas ke bawah untuk bergabung bersama keluarganya yang sudah berkumpul di meja makan sejak tadi.
“Loh dek, kapan datang? Mama kok gak tau?” Ucap Melisa ketika melihat putra bungsu nya turun dari tangga dan mendekat ke arah Yuri.
“Semalem ma, mama sama papa udah tidur pas aku datang.” Ucap Chatura. Kini Yuri telah beralih ke pangkuannya dengan sigap Chatura memberi Yuri snack, dan menyuapi nya dengan sangat telaten.
“Nikah gih mas, papa lihat kamu sudah cocok jadi papa.” Ucap Heru ketika melihat putra nya menggendong Yuri, Chatura langsung menatap papa nya dengan tatapan yang aneh.
“Iya, nikah gih, mumpung udah ada calon.” Sambung Ambar.
“Lah? Emang udah ada? Siapa? Lo udah pernah ketemu?” Tanya Ema kepada Amber dengan excited, seumur hidup Ema belum pernah melihat Chatura membawa satu orang pun perempuan untuk di kenalkan kepada keluarga mereka, sehingga ketika mendengar bahwa Chatura sudah punya calon Ema langsung senang mendengar nya, selama ini Ema mengira bahwa adik nya itu tidak normal.
“Iya, tapi kan belum jadian.” Jawab Chatura.
“Yaudah gak apa-apa, kenalin dong sama kita, kamu tuh main sembunyi-sembunyi aja. Nanti ya, kalau acaranya Ambar ya, bawa kesini.” Ucap Melisa, Chatura hanya mengangguk, ia tidak mau berjanji, takut nanti ketika ia mengajak Sienna, gadis itu akan menolak.
*****
Hari itu, Chatura bekerja seperti biasa, namun sebelum pulang ia menyempatkan waktu dulu untuk mampir ke rumah Sienna untuk membawakan gadis itu beberapa buah-buahan untuk sekedar memulihkan tenaga. Niat nya Chatura juga ingin bertemu dengan Sienna, namun kata satpam yang berjaga di sana, Sienna sedang ke dokter bersama orang tua nya.
“Kamu gak apa-apa ci? Sekarang kamu lagi di mana? Sakit nya tambah parah ya?” Ucap Chatura ketika teleponnya sudah tersambung dengan Sienna. Chatura bahkan belum beranjak dari tempat nya, ia masih berdiri, di depan mobil nya yang terparkir tepat di depan rumah Sienna.
“Eh… enggak, bukan aku. aku Cuma nemenin mama buat ambil resep obat nya oma, sekalian minta vitamin buat aku. hahaha, aku udah gak apa-apa kok, besok juga udah mau ngantor. Kamu di mana emang?” Tanya Sienna, mendengar suara tawa gadis itu membuat Chatura bernapas lega, setidak nya Sienna memang tidak apa-apa.
“Lagi di depan rumah kamu. Kalau gitu sehat-sehat ya, besok aku jemput aja kalau emang mau ngantor. Baik-baik ya, salam sama tante.” Ucap Chatura sebelum mengakhiri sambungan teleponnya dengan Sienna. Buah yang tadi ia bawa, ia titipkan kepada Satpam, setelah nya baru lah ia pulang. Chatura memang belum memberitahu Sienna tentang ajakannya untuk hadir di acara nya Ambar nanti, karena Chatura ingin memberitahu gadis itu secara langsung.